“Percayalah, Mel… Aku pun hampir kehilangan akal sehatku karena kehilanganmu. Sungguh, percayalah padaku,” ucap Irfan dengan suara bergetar, tangisnya pecah tanpa bisa ditahan. Rasanya seperti ada sembilu yang mengoyak dadanya ketika membayangkan betapa wanita itu telah menderita selama bertahun-tahun. Ia tahu, tidak mungkin Melia tidak histeris sekarang. Wanita itu telah lama menunggu, bertahun-tahun lamanya, hanya untuk diselamatkan. Hanya keajaiban dari Tuhan yang membuat Melia mampu bertahan… dan ia bisa menemukannya kembali. “Percayalah padaku, Mel. Demi Allah aku mencari mu. Aku telah melakukan segalanya. Segala cara yang terpikir olehku sudah ku tempuh. Aku mendatangi polisi, menyewa detektif, bahkan… bahkan aku sampai bertanya pada orang-orang pintar. Namun tak satu pun berhasil m

