Hari ini, perban di mata Emran akan dilepas. Dan dia sudah mempersiapkan diri—mental dan batin—untuk kembali melihat sosok-sosok tak kasat mata yang selama ini menghantui. Ternyata benar. Sesuai dugaannya. Begitu perban dilepas, penglihatannya langsung menangkap luka bakar melepuh di kedua tangannya. Rasa perih pun kembali datang, seolah luka itu baru saja terjadi. “Bagaimana, Pak? Apakah ada rasa sakit di mata Bapak?” tanya dokter sambil menyorot mata kirinya dengan senter kecil. “Tidak ada, Dok.” “Mungkin ada keluhan lain?” ‘Aku masih bisa melihat hantu, Dok,’ batin Emran cepat. Tapi tentu saja tak mungkin ia mengatakan itu dengan lantang. Dokter spesialis di hadapannya bisa saja tersenyum sopan, lalu menyarankannya untuk segera menemui terapis kejiwaan. “Pak?” “Tidak ada, Dok. S

