Pagi itu, Renata sampai di kantornya dengan langkah terburu-buru. Nafasnya tersengal menandakan betapa keras usahanya untuk ia bisa sampai secepat mungkin ke bangunan ini. Begitu pintu lift terbuka, ia langsung menuju ke satu ruangan. Bosnya. Meilani. Ketika Renata membuka pintu, hal pertama yang bisa ia lihat adalah wajah bosnya yang terlihat sangat bahagia. Sebuah senyum lebar tampak di mukanya. Begitu lebar sampai-sampai Renata kuatir kalau senyum tersebut akan merobek wajah cantik bosnya itu. “Ada apa?” tanyanya langsung tanpa basa basi sambil duduk di depan CEO-nya tersebut. “GUESS WHAT???? I’M GOING TO BE YOUR GREAT FAIRY GODMOTHER!!” Renata makin bingung. Dahinya berkerut makin dalam. “Maksud lo, Mei??” Jika tak ada siapapun di ruangan kantor Meilani, Renata selalu ber lo gu

