bc

Mamaku

book_age16+
2
IKUTI
1K
BACA
like
intro-logo
Uraian

Seorang remaja yang berusaha mencari tahu kehidupan pribadi dan pekerjaan ibunya sendiri yang selama ini sangat misterius. Membuatnya mengalami berbagai pengalaman yang mengejutkan.

chap-preview
Pratinjau gratis
Pagi seperti biasa.
Alarm berbunyi, pertanda pukul 5 pagi. Kuraih alarm yang berada di meja tak jauh dari ranjangku, tangan kananku meraba-raba di tempat biasa weker itu menyamankan diri. Nihil. Rupanya dia bisa berpindah?, pikirku singkat. Dengan cepat aku terduduk mengamati sekeliling dan, rupanya weker sok rajin itu berada di bawah tempat tidur, tepatnya di sebelah selop hitam kesayangan. Sejak kapan juga dia punya skill berpindah diri. Kumatikan alarm sok rajin itu dan ku letakkan di meja, kuusap mataku sambil sesekali menguap dan mengulat. Baru kusadari rumah terasa sunyi. Mama pergi bekerja?. Tentu saja, bergegas aku menuju dapur tempat biasanya Mama beraksi dengan segala skill chef nya. Kosong. Memo kulkas. Di era tang begini modern, Mamaku yang sangat ordinary itu lebih suka menulis memo di kulkas daripada pesan chat di sosmed. Whatever, itu adalah ciri khasnya. Dunia maya bukanlah dunia Mama, Mama adalah makhluk dunia nyata. Itu adalah kalimatnya. " Mama akan balik nanti malam pukul 23:30WIB jangan terlambat makan, dan hati2 ok? " Baiklah. Menu sarapan kesukaan akan segera tersedia ala chef Okan. Telur mata sapi, dalam chicken breast sandwich. Coba kali ini kita beri nama apa pemirsa?. Dadaku terhimpit bersama telur yg masih meleleh. Ouch. Chicken breast sandwich with egg and simple sauce, sounds delicious right?. Ocehku sendiri seperti program acara televisi yang fenomenal itu. yang chefnya begitu aku sukai Juna. Perut telah terisi, segelas s**u hangat juga telah melengkapi sajian menu sarapan western ala aku tadi. harusnya hari ini menjadi a perfect day ever. Sebagai cowok yang baru masuk SMA skill aku sudah mumpuni untuk menerima tawaran Mama hidup mandiri saat kuliah nanti. Seperti dua orang pendahuluku, kedua kakakku yang di lepas Mama saat sudah kuliah, mereka menjalani hidup hingga sekarang dengan mandiri. Tapi, aku masih ingin bersama Mama. Sekarang saja aku sudah merindukannya. Kalau bekerja seperti ini beliau tidak pernah membawa android miliknya. Selalu tertata rapi di nakas kamar tidurnya. Kamarnya juga tidak pernah di kunci, semua barang-barang miliknya tertata rapi seperti berada dalam etalase, bahkan lipstiknya aku bisa tahu warna apa yang dia bawa kali ini. Kali ini aku membayangkan apa yang sebenarnya beliau kerjakan, bekerja meninggalkan aku sudah sejak kecil beliau seperti ini. Selalu ku usahakan untuk berfikir positif. Berharap suatu hari nanti beliau bercerita padaku. Ojek online langgananku sudah datang dan membunyikan klakson di depan pintu. " eh, pak kok tumben bawanya mobil?, kan saya pesannya motor biasanya," tanyaku sambil garuk-garuk kepala. " saya ada keperluan mas, nggak papa bayarnya tarif motor seperti biasa saja mas," ucapnya ramah seperti biasa. Rumah ku kunci dengan rapi, kalau bisa tidak boleh ada yang tahu kalau rumahku kosong, semua orang selalu berpikir Mama selalu di rumah. Dan, selamat datang dunia sekolah. Baru ku tahu setelah masuk ke SMA cewek-cewek terlihat cantik natural. Tapi mama tertawa mendengar aku mengatakan "cantik natural". " mana ada cewek cantik natural Okan," kepalanya menuduk sambil tertawa menutupi mulutnya, tangan kirinya berkacak pinggang, lalu gelak tawanya semakin keras sambil menengadah ke langit. Mama alay. ucapku kala itu namun ternyata beliau sangat benar, setelah kuamati, entah apa yang mereka pakai. mereka menggunakan make up yang biasanya di pakai Mama agar terlihat cantik natural. OK. " Hai Okan," beberapa gerombolan cewek berdua atau bertiga menyapaku. Aku tersenyum tipis sambil menahan malu dengan diam. Ini yang di maksud Mama cool. Seseorang menepuk pundakku, lalu di bisikkan ke telingaku. " hei, anak p*****r," kepalaku terasa mendidih, jantungku berdegub kencang. seketika kulihat segerombolan kakak kelas mengepung tempatku berjalan. Mereka berlalu sambil memperlihatkan layar android mereka. Ada di grup, gosip SMA. Ada puluhan notifikasi di sana, memang sejak pagi tak ku hiraukan. Tapi benar juga kulihat media itu. Foto Mama memakai dress warna hitam dan juga sepatu nike yang beliau sengaja beli kembar denganku. Pagiku cerah, berubah penuh tanya dan pembenaran atas semua misteri yang beliau sembunyikan. Serasa semua orang berbisik dan membicarakan beliau, di sebuah hotel bintang lima di Jakarta. Pagi ini, darimana mereka mendapati foto itu. Gerombolan Rico memang dominator di sini, aku yang biasa hanya berdua dengan Andi serasa berjuang sendiri menghadapi pressure hari ini. Andi ijin sakit di saat aku terkena badai. perfect. Tanpa ku sadari Pak Anton berdiri di hadapanku dan menuliskan angka 19 di meja ku. Aku mendongak, beliau tersenyum sambil menyerahkan kapur ke tanganku. Dengan pasrah aku mengerjakan langsung ke papan tulis. Karena sejak tadi pikiranku entah ke mana. Soal biasa seperti mengerjakan uji nyali. Kukerjakan langsung di papan tulis tanpa membawa buku, karena memang aku tidak mendengarkan bahkan mengerjakan. Saat sedang serius mengerjakan seseorang dari luar jendela meneriakkan kata-kata. " haha, l***e," entah suara siapa itu. Kucoba bertahan untuk kali ini. Paling tidak aku akan mendapatkan klarifikasi dari Mama saat beliau pulang nanti. Angin sore berhembus lebih dingin dari biasanya, panas terik Surabaya telah menyingsing. tersisa hembusan dingin senja yang begitu pilu. Entah kenapa aku selalu merasa lelah dan sedih saat senja. Aku terduduk di pinggir lapangan basket. keringatku menetes perlahan di wajah dari kepala. kuamati satu persatu membasahi lantai lapangan basket. " Okan, kita mau balik. Ayok cepetan!" Teammates ku sudah berjalan menuju toilet dan bergegas pulang. Handphone ku berdering, tampak di layar wajah kakak pertama. " Iya," jawabku malas. " sudah pulang?" tanyanya kaku. " belum," " cepetan, aku di depan," Mobil SUV standard itu tidak mencolok, tapi aku tahu Gaza di dalam sana. ku buka pintu dan langsung mendudukkan diriku dengan nyaman di kursi penumpang depan. " masalah apa?" selalu tahu sebelum aku cerita. " mama," ku palingkan mukaku ke jalanan. " semua sekolah tahu?," " begitulah," seperti dia juga pernah mengalami. " yang kau perlukan adalah mendengarkan apa kata mama," aku menoleh dan mata kami bertemu, dan seperti dia memaksakan pendapat bahwa Mama tidak pernah berdusta. Ku dinginkan isi kepalaku. berpikir ke sana ke mari, Mama harus punya alasan yang masuk akal. " aku sedang tidak sibuk dan merindukan Mama, aku akan ke rumah dan menunggu sampai Mama pulang," ucapnya santai. Benar juga, banyak hal gang ingin aku tanyakan dan sudah jelas bahwa Mama tidak akan pernah berdusta pada kami. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook