Part 4

4080 Kata
Aku berjalan masuk ke dalam lobby kantorku bersama dengan George dan juga Nicholas - rekan kerja George. Kami sempat berdiskusi mengenai Pallyson, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengantar George dan Nicholas untuk menemui Pallyson. "Pffttt !" tiba - tiba George menyemburkan tawanya. Aku menoleh ke arah George, "Ada apa ? Apa ada sesuatu yang lucu ?" George menunjukkan tangannya ke arah atas sambil menahan tawanya, "Lihat saja itu," Aku mengikuti arah tangan George dan seketika mataku terbelak dengan pemandangan yang aku lihat saat ini, Terdapat 5 buah banner besar yang di gantung di lobby kantor, fotoku juga terpampang jelas dalam 5 banner tersebut, "Manager Wensy Jerimah adalah teladan bagi kami semua ! Mempedulikan sesama rekan kerjanya dan berani membela ketidakadilan !" ucap George sambil menahan tawanya saat membaca tulisan yang tertulis pada ke-5 banner tersebut. "Wah, Nona Wensy.. Anda benar - benar seorang bintang !" ucap Nicholas - rekan kerja George seraya mengacungkan jempolnya padaku, "Perlukah kita memasang banner yang serupa di kantor polisi ?" "Boleh juga.." ujar George sambil tertawa. "Diam kau, George !" gumamku kesal. Ah ! Sial ! Ini benar - benar memalukan ! Siapa sih yang mempunyai ide seburuk ini ?! Rasanya ingin aku musnahkan ! Ini terlalu berlebihan untukku ! George menepuk bahuku sambil masih tertawa terpingkal - pingkal, "Siapapun yang membuat banner ini, dia adalah orang yang sangat jenius dan memiliki selera humor yang baik," "George, kau sudah bosan hidup, ya ?" gumamku sambil menatap tajam kepada George. "Maaf, tapi,-" lagi - lagi George terbahak, "Aku tak bisa berhenti tertawa," Aku memijat kepalaku, kenapa hari - hariku tak pernah tenang sih ?? "Manager Wensy ! Anda sudah datang rupanya ?" ujar Vony sambil tersenyum lebar. Aku tersenyum membalas Vony, "Saya baru saja tiba," Vony berjalan ke arahku, "Anda sudah lihat banner nya ? Anda terlihat keren ! Pak CEO sendiri yang menyuruh kami untuk memasang banner ini," Aku langsung menepuk dahiku begitu mendengar ucapan Vony, sebenarnya apa sih yang ada di pikiran Pak Ceo ? Kenapa pula beliau sampai memasang 5 banner raksasa ini di lobby kantor ? "Manager Wensy.. Selamat siang," sapa seorang pemuda yang sepertinya merupakan karyawan dari divisi perencanaan dan strategis, "Ini untuk anda," ujarnya sambil menyerahkan sebuah bungkusan persegi panjang berwarna merah. "Ah .. Terimakasih," jawabku. "Anu, Manager Wensy.." pemuda itu tampak canggung dan malu saat melihatku, dia terlihat bingung sambil menggaruk - garukan kepalanya yang tidak gatal. "Ya ? Apakah anda membutuhkan bantuan ?" tanyaku pada pemuda itu. "Ah tidak ! Bukan begitu, Manager Wensy..," pemuda itu tampak berpikir keras dengan ucapan yang akan keluar dari mulutnya, "Anda terlihat cantik sekali dan saya sangat mengagumi anda !" kemudian pemuda itu membungkukkan badannya padaku, "Saya permisi," setelah berkata demikian pemuda itu buru - buru pergi meninggalkanku yang masih berdiri mematung karena terkejut. "Astaga, Manager Wensy ! Apakah anda baru saja mendapatkan penyataan cinta ?" pekik Vony kegirangan, "Padahal bukan saya yang mendapatkan pernyataan cinta tersebut, tapi entah kenapa malah jantung saya yang rasanya berdegup kencang.." "Wah, Wensy ! Daya tarikmu sungguh mengagumkan," ucap George. "Entah mengapa adegan tadi membuat saya tersadar bahwa saya hanya manusia purba yang tak mengerti apa - apa tentang cinta.." ujar Nicholas, "Sedikit merinding, namun masih dalam batas yang wajar.." Aku tak mengubris ucapan Vony, George, dan juga Nicholas. Rasanya aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi, hanya karena aku memberanikan diri untuk bernegosiasi dengan para penyusup, semua orang langsung mengenalku dan bahkan sampai ada yang memberikan pernyataan cinta padaku. Hahhh !! Aku bisa gila ! George menyikutku dan membuatku tersadar, "Hei, ayo.. Kau harus mengantarku untuk mencari Pallyson," "Ah iya benar.." ujarku, kemudian aku menoleh pada Vony yang ada di sebelahku, "Vony, tolong sampaikan pada Asisten Bryan untuk menemuiku di lantai 4," "Baik, Manager Wensy.." ujar Vony sambil berlalu meninggalkan aku bersama dengan George dan juga Nicholas. "Berkat melihat banner ini, perasaan saya jadi lebih tenang," ujar Nicholas. "Dan berkat banner tersebut, aku mendapatkan hiburan yang sangat baik," ucap George sambil terkekeh. Aku hanya menghela nafas, sebenarnya aku ingin sekali memukul George saat ini, namun karena aku sedang berada di kantor, aku tak bisa melakukan hal tersebut. Bagaimanapun juga aku harus menjaga sikapku. Aku, George dan Nicholas berjalan masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai 4, tak membutuhkan waktu lama, kami bertiga pun akhirnya tiba di lantai 4, Kami bertiga keluar dari lift dan berjalan menyusuri lorong lantai 4 untuk menemui Pallyson, "Selamat siang, Manager Wensy.." sapa seorang karyawan pria padaku. "Selamat siang," ujarku. "Oh ! Manager Wensy.. Selamat siang," sapa seorang karyawan wanita. Aku mengangguk sambil tersenyum, "Selamat siang," "Manager Wensy, semangat untuk hari ini.." ujar karyawan wanita yang lainnya. Aku tersenyum, "Terimakasih.. Anda juga semangat untuk hari ini," George menyikut lenganku, "Kau memang benar - benar seorang Wensy.. Dimana pun kau berada, kau pasti selalu berhasil menarik perhatian dan menjadi populer," Nicholas berdecak kagum, "Sepertinya Nona Wensy bukan terlahir untuk menjadi seorang manager, melainkan seorang aktris.." Aku menyunggingkan senyum tipisku, "Kalian berdua terlalu melebih - lebihkannya," "Itu fakta, Nona Wensy.." ujar Nicholas, "Jelas - jelas saya melihatnya dengan jelas hari ini," Aku tertawa mendengar ucapan Nicholas, "Apa yang anda lihat hari ini hanyalah sebagian,.. Bukankah begitu, Wensy ?" tiba - tiba seorang pemuda muncul di hadapanku, George dan Nicholas. Aku yang semula tertawa, mendadak langsung menatap pemuda itu dengan wajah datar seraya menyilangkan kedua tanganku di depan dadaku, "Anda muncul di waktu yang tepat, senior Pallyson.." ucapku dingin. Pemuda bernama Pallyson itu tertawa, "Wensy.. Apa kau kesal ?" "Untuk apa saya merasa kesal, Senior Pallyson ?" ucapku tenang. Pallyson memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil tersenyum dan berjalan mendekat ke arah kami, "Mungkin karena aku tak mau memanggilmu dengan sebutan 'Manager' seperti yang lainnya ?" "Bukankah asumsi anda terlalu kekanak-kanakkan , Senior Pallyson ?" ucapku sambil tersenyum. "Begitukah ? Sepertinya aku terlalu khawatir karena ku pikir kau akan menjadi orang yang gila hormat setelah Pak CEO menawarkan posisi Wakil CEO padamu," ujar Pallyson. Karena Pallyson berbicara dengan suara yang keras, hal tersebut menarik perhatian dari karyawan - karyawan lain yang berada di lantai 4. Tanpa perlu menunggu lama, lorong lantai 4 mulai ramai dengan kehadiran karyawan - karyawan lain yang penasaran dengan apa yang terjadi antara aku dan Pallyson, Aku maju selangkah sambil menatap Pallyson, "Daripada anda mengkhawatirkan tentang saya, bagaimana kalau anda mengkhawatirkan tentang diri anda sendiri ?" Pallyson tertawa sinis, "Apakah ada sesuatu tentang diriku yang harus membuatku khawatir ? Sepertinya sejak menjadi seorang manager, kau tidak lagi menghargai seniormu, Wensy.." "Apakah saya terlihat tidak menghargai anda, senior ?" tanyaku. "Kenapa kau bertanya padaku ? Apakah kau tidak pernah berkaca ?" Pallyson balik bertanya padaku. George dan Nicholas hendak maju untuk membelaku, tapi aku memberi isyarat pada mereka untuk menahan diri sebentar, "Senior.." aku maju selangkah lagi dan berbisik di telinga Pallyson, "Jika saya tak menghargai anda, bukankah saya bisa saja menyebarkan perilaku buruk anda di kantor ini ?" kemudian aku mundur selangkah dan menatap Pallyson sambil tersenyum manis, "Ah ! Saya hampir lupa, tanpa perlu saya sebar pun, orang - orang sudah tahu dengan sendirinya tentang perilaku buruk anda.. Bukankah begitu, Senior Pallyson ?" Pallyson masih berusaha tenang di hadapanku, namun sorot matanya terlihat bahwa dia sangat kesal padaku, "Apakah kau yang menyebarkan rumor tentangku ?" tanyanya geram. "Oh ayolah, senior.. Saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu," ucapku sambil tersenyum tenang, "Saya tidak suka menyebarkan rumor tanpa bukti, jika memang saya yang menyebarkan hal tersebut, saya akan menyebarkannya dengan bukti - bukti nyata yang bisa saja membuat senior di pecat dari kantor ini," Pallyson menatapku dengan geram, "Jika saya memang tidak menghargai anda, maka saya berani jamin kalau anda pasti sudah di pecat dari kantor ini.. Sudah pasti, saya akan membuat anda membayar semua perilaku buruk anda, dengan bayaran yang penuh," ujarku dengan tenang, "Tapi, anda masih bisa bekerja di kantor ini.. Artinya, saya sama sekali tidak bergerak untuk melawan anda, senior," Pallyson tertawa tidak percaya, dia seperti ingin sekali memukulku, "Kau benar - benar mengerikan, Wensy.." Aku tersenyum, "Anggap saja saya memang mengerikan.. Dengan begitu setidaknya, saya yang terlihat lemah ini, bisa membela diri saya sendiri," "Bukankah dengan sikapmu barusan, itu artinya kau ingin melawanku ?" ucap Pallyson. Aku menggelengkan kepalaku, "Saya tidak melawan anda.. Karena tanpa saya melawan anda pun, saat ini anda sendiri yang membuat diri anda terjatuh," "Kau !" Pallyson hampir saja menarik kerah kemejaku, tapi, "AKH !!" teriak Pallyson kesakitan. "Jangan menyentuh Manager Wensy sembarangan !" tiba - tiba Bryan datang dan langsung menahan tangan Pallyson serta memelintirnya sekuat tenaga. "T-tunggu ! Tunggu ! AKHH ! Tanganku !" teriak Pallyson. Aku sedikit terkejut dengan kehadiran Bryan, maksudku, aku tahu memang aku yang menyuruh Bryan untuk menyusulku ke lantai 4, tapi aku tak tahu kapan Bryan datang dan dengan sigap Bryan berdiri di depanku untuk menahan Pallyson, bahkan George dan Nicholas yang ada di dekatku saja kalah cepat dengan Bryan. Aku menepuk lengan Bryan, "Asisten Bryan.. Lepaskan dia," Bryan menatapku sebentar, aku mengangguk dan akhirnya Bryan pun melepaskan Pallyson, "Apa ini ? Rupanya asistenmu bekerja sebagai bodyguardmu juga ?" ejek Pallyson. Bryan hendak maju lagi, namun aku menahan tangannya dan memberi isyarat pada George serta Nicholas untuk membawa Pallyson pergi, George dan Nicholas pun langsung memborgol Pallyson, "APA-APAAN INI ?!" teriak Pallyson marah. "Anda kami tahan karena kasus tabrak lari.. Selebihnya akan di bicarakan di kantor polisi," ucap George. "A-apa ?" Pallyson terlihat terkejut, entah dia terkejut karena tiba - tiba di borgol atau dia terkejut karena perbuatannya akhirnya di ketahui oleh polisi. "Senior.. Waktu bermain sudah usai," ujarku sambil tersenyum pada Pallyson, "Lihat ? Saya tidak melawan anda dan merencanakan ini semua, anda sendirilah yang membuat masalah ini dan saya harap anda bisa menyelesaikan semuanya dengan baik," George dan Nicholas menarik Pallyson untuk ikut bersama dengan mereka, "T-tunggu !! Bukankah aku berhak mendapatkan pengacara ?!" Pallyson berteriak, berusaha melawan George dan Nicholas, namun tetap saja George serta Nicholas lebih kuat daripada Pallyson, "Awas kau, Wensy ! Aku akan kembali untuk melawanmu !!" "Baiklah senior.." seruku sambil tersenyum penuh kemenangan, "Saya akan menunggu anda," "Berani - beraninya kau mengejekku !!" teriak Pallyson marah dan terus memakiku sampai akhirnya dia pun tidak terlihat lagi karena masuk ke dalam lift bersama George dan Nicholas. Hufft !! Akhirnya satu bebanku bisa hilang. Pallyson adalah seniorku saat aku pertama kalinya bekerja di kantor ini, awalnya hubungan kami berdua baik - baik saja. Bagiku Pallyson merupakan senior yang sangat baik dan perhatian padaku, namun seiring berjalannya waktu, Pallyson sering sekali melemparkan tanggung jawabnya padaku dengan alasan agar aku banyak belajar. Awalnya aku tidak keberatan, namun semakin hari, semakin parah ! Lalu suatu hari Pallyson melakukan kesalahan dalam bekerja dan dia memohon agar aku mengaku pada CEO bahwa itu adalah kesalahanku, tentu saja aku tidak mau ! Itu hal yang sangat merugikan posisiku ! Untunglah karena aku memiliki bukti dan alibi yang kuat, CEO percaya padaku dan berakhir dengan memindahkan Pallyson di divisi lain serta mengangkatku sebagai manager yang baru. Sejak itulah Pallyson terlihat membenciku, dan dia tak pernah mau memanggilku dengan sebutan "Manager", dengan kata lain dia tidak mau menghargai dan menghormatiku. Padahal karyawan - karyawan lain yang lebih senior dari Pallyson saja, sangat menghargaiku. Seharusnya dia bersyukur karena CEO tidak memecatnya, hahh !! Membuatku emosi saja ! "Manager Wensy ! Anda keren sekali !" seru seorang karyawan wanita di sertai dengan tepukan tangan. Semua yang ada di lorong lantai 4 itu pun ikut bertepuk tangan dan berkali - kali mengucapkan bahwa tindakanku menghadapi Pallyson sangatlah mengagumkan. Aku tersenyum tipis mendengar ucapan karyawan - karyawan yang lain, sejujurnya aku tak ingin melawan Pallyson di hadapan mereka, namun aku tak mau lagi menahan rasa kesal ini. "Manager.. Apakah masih ada hal lain yang perlu anda lakukan di divisi pemasaran ?" tanya Bryan padaku. Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak ada.. Sekarang kita kembali ke ruangan, Asisten Bryan,.." "Baik, manager.." ujar Bryan. "Sampai jumpa lagi, manager.. Semoga hari anda menyenangkan," ujar para karyawan yang ada di divisi pemasaran itu. Aku mengangguk sambil tersenyum, "Sampai jumpa dan semoga hari anda sekalian juga menyenangkan.." Bryan dan aku pun akhirnya pergi menuju divisi kami yang terletak di lantai 5 dengan menggunakan tangga darurat karena aku merasa jarak antara lantai 4 dan 5 tidak terlalu jauh, jadi tidak ada salahnya jika sekali - sekali aku menggunakan tangga darurat, "Manager.." panggil Bryan yang berjalan di belakangku. "Ada apa , Asisten Bryan ?" tanyaku sambil berjalan menaiki tangga. "Apakah alasan anda meminta saya untuk menemui anda di lantai 4 karena anda harus berhadapan dengan orang tadi ?" tanya Bryan. Aku menghentikan langkahku, "Apakah orang yang anda maksud adalah Senior Pallyson ?" Bryan menganggukkan kepalanya, "Tidak.. Bukan karena Senior Pallyson," ujarku pada Bryan, "Saya memanggil anda hanya karena saya ingin anda mengenal divisi - divisi yang lain," "Ah begitu rupanya," ujar Bryan. Aku menoleh pada Bryan sambil tersenyum, "Tapi terimakasih karena sudah menolong saya tadi.. Anda cukup sigap menangani Senior Pallyson tadi.." Bryan memalingkan wajahnya dariku, dia seperti menghindari tatapan mataku, "Itu sudah merupakan kewajiban saya," "Kenapa itu adalah kewajiban anda ?" tanyaku, "Anda bekerja sebagai seorang asisten manager dan bukan seorang bodyguard," "Tapi saya adalah seorang asisten manager yang pandai dalam hal bela diri, dan tidak ada salahnya jika saya merasa bertanggung jawab untuk melindungi anda,.." ujar Bryan. Aku hanya diam mendengar ucapan Bryan dan lanjut berjalan menaiki tangga, setelah itu pun tak ada perbincangan antara aku dan Bryan sampai kami berdua tiba di lantai 5, Begitu sampai di lantai 5, aku langsung di sambut oleh Vony, Cloe, Steve, Pak Jeffrand, Nasya dan juga beberapa karyawan yang lain, "Manager ! Manager !" Nasya tampak heboh sekali, "Anda pasti tidak akan percaya ini !" "Ada apa ?" tanyaku bingung. Nasya dan Vony langsung menarik tanganku menuju ruanganku, jantungku berdegup kencang ! Ada masalah apa lagi kali ini ? Tidak bisakah hari - hariku berjalan dengan tenang ? Vony membuka pintu ruanganku, dan JENG ! JENG ! "Apa ini ??!" pekikku saat melihat sofa yang ada di dalam ruanganku penuh dengan tumpukan - tumpukan kado, rasa - rasanya saat ulang tahunku saja, aku tak pernah menerima hadiah sebanyak ini kecuali saat aku masih kecil. Nasya dan Vony masuk ke dalam ruanganku, sedangkan aku sendiri masih mematung di ambang pintu, "Ini semua hadiah untuk anda, manager.." ujar Nasya, "Sejak pagi banyak sekali yang mencari anda, tapi karena anda tidak ada, mereka pun meninggalkan hadiah - hadiah ini di ruangan anda.." "Jujur saja, kami cukup kewalahan tadi," ujar Steve, "Pagi tadi, divisi kita ini sangat ramai karena orang - orang yang terus berdatangan dan memberikan hadiah untuk anda," "Ini menandakan bahwa anda sangat populer saat ini, Manager Wensy.." ujar Pak Jeffrand. "Divisi kita akan menjadi yang paling tenar di kantor ini," ujar Cloe dengan bangga. Aku memegang kepalaku sambil menghela nafas, "Bagaimana bisa jadi begini ?" "Ini hal yang bagus, manager.." ucap Nasya, "Ah, tadi Pak CEO pun datang mencari anda dan beliau pun menitipkan hadiah untuk anda," Aku ternganga mendengar ucapan Nasya, bahkan Pak CEO pun sampai ikut memberiku hadiah, Hahh ! Benar - benar memusingkan ! Vony menarikku masuk ke dalam ruangan, "Nah, manager.. Selamat menikmati waktu anda untuk membuka semua hadiah - hadiah ini," ujarnya kemudian Vony mengambil beberapa dokumen dari atas mejaku, "Kami akan membantu menyelesaikan pekerjaan anda, jadi anda hari ini hanya perlu bersantai sambil membuka hadiah - hadiah ini," "Semangat Manager !" ujar Nasya, Vony, Cloe, Pak Jeffrand, dan Steve sambil keluar meninggalkan ruanganku, sedangkan Bryan masih terlihat berdiri di ambang pintu ruanganku, Aku terduduk di sofa lainnya sambil menatap semua tumpukan hadiah itu, "Manager.. Anda baik - baik saja ?" tanya Bryan. Aku menghela nafas panjang, "Bisakah anda membantu saya ?" Bryan dengan cepat langsung masuk ke dalam ruanganku dan menutup pintu, kemudian Bryan duduk di sebelahku, Aku mengambil sebuah kotak berwarna navy berhiaskan pita berwarna silver, sedangkan Bryan mengambil sebuah hadiah yang di bungkus dengan kertas kado berwarna ungu muda dengan motif garis - garis horizontal berwarna ungu tua, Aku membuka kotak navy tersebut dan terdapat sebuah liontin perak berbentuk hati, bahkan namaku tertulis pada liontin tersebut, bagaimanapun juga ini hadiah yang sangat cantik, di dalam kotak tersebut terdapat sebuah kartu, aku mengambil kartu tersebut dan membaca tulisan yang tertulis pada kartu tersebut, You're doing wonderful. Be gentle with yourself, you're doing the best you can.. Aku tersenyum membaca isi kartu tersebut, aku tidak tahu siapa yang mengirimkan liontin dan kartu ini, tapi hal ini benar - benar menghiburku. Aku menoleh pada Bryan, "Apa isinya ?" tanyaku. "Handuk.." ujar Bryan dan menyerahkan handuk berwarna peach beserta sebuah amplop merah padaku. Aku menerima handuk serta amplop tersebut, "Handuk ini memiliki bahan yang bagus.." ujarku seraya membuka amplop tersebut, aku mengambil sebuah kertas dari dalam amplop tersebut, Teruntuk Manager Wensy yang saya hormati, Terimakasih karena anda sudah menolong saya pada saat saya menjadi sandera.. Saya tidak menyangka anda berani melakukan hal seperti itu dan bahkan anda dengan rela memberikan 1 juta euro pada para penyusup agar kami di lepaskan, Saya tidak akan pernah melupakan keberanian dan juga kebaikan hati anda, Semoga anda selalu sehat dan penuh dengan kebahagiaan.. ~ Zeniya Valerie ~ Lagi - lagi aku tersenyum membaca surat yang aku dapatkan, aku tak menyangka bahwa semua orang yang aku tolong sangat menghargai bantuanku, "Anda tidak ingin memakai liontin ini ?" tanya Bryan sambil menunjuk liontin yang ada di dekatku. "Ah, mungkin nanti.. Masih banyak hadiah yang harus di buka," ujarku. Tanpa berkomentar apapun Bryan mengambil liontin perak tersebut, "Saya akan memakaikannya untuk anda, liontin ini terlihat cocok untuk anda," Aku sebenarnya canggung, tapi akhirnya aku pun membelakangi Bryan, "Tolong ya," ucapku. Bryan dengan perlahan memaikan liontin tersebut padaku, entah mengapa jantungku bedegup kencang ! Sadarlah jantung !! Kau tidak bisa bertingkah seperti ini hanya karena perilaku dari Bryan ! Ingat ! Dia adalah rekan kerja ! "Sudah.." ucap Bryan. "Ah iya.. Terimakasih," ujarku dengan nada canggung. Aku dan Bryan pun sama - sama terdiam, kami langsung menyibukkan diri dengan membuka kado yang lain, Aku mengambil sebuah kotak berwarna biru muda dengan pita berwarna navy, perlahan aku membuka kotak tersebut dan terlihatlah sepasang anting mutiara di dalamnya, "Astaga.. Bukankah ini mahal sekali ?" pekikku. Bryan melihat ke arahku, "Iya, sepertinya anting tersebut hanya ada 10 di dunia ini," Aku melongo tak percaya mendengar ucapan Bryan, "Siapa yang memberikan barang semahal ini sebagai ucapan terimakasih ?" "Mungkinkah Pak CEO ?" tebak Bryan. Aku pun langsung melihat lagi ke dalam kotak dan melihat sebuah kartu kecil yang terselip, Ini hadiah yang pantas untuk seseorang seperti anda, Manager Wensy.. Tolong jangan merasa terbebani.. Lalu, untuk ke depannya sepertinya saya akan sering memberikan anda hadiah Jadi persiapkan diri anda ^^ - Jordan Melvision - Aku langsung menghela nafas, ternyata memang benar bahwa Pak CEO lah yang memberikan hadiah ini kepadaku, entah kenapa tiba - tiba beliau bersikap seperti ini, membuatku gelisah dan resah saja.. "Manager ?" Bryan terlihat bingung saat melihatku menghela nafas. "Saya baik - baik saja," ujarku kemudian sambil menyimpan hadiah dari Pak CEO. Bryan pun tak bertanya lagi padaku, dia kemudian mengambil sebuah paper bag mungil berwarna orange bertuliskan 'Hermes', "Apa itu ?" tanyaku. "Sebuah parfum," ucap Bryan sambil menyerahkan paper bag mungil tersebut kepadaku. "Imut sekali dan wanginya sangat unik," ujarku begitu melihat bentuk botol dari Twilly d'hermes dan mencium aroma parfum tersebut. "Anda benar.. Wanginya sangat unik karena aroma bunga yang segar bercampur dengan aroma kayu yang kuat," ucap Bryan. Thank you, For showing me that there are people like you in this world .. - Emily S - Aku tersenyum membaca surat dari Bu Emily yang merupakan karyawan dari divisi pemasaran, rupanya beliau lah yang memberikan parfum ini untukku. Tiba - tiba aku teringat sesuatu, aku merogoh saku celanaku dan mengeluarkan sebuah bungkusan persegi panjang berwarna merah dari dalamnya, "Hampir saja lupa," gumamku. Bryan menatap bungkusan itu namun dia tak bertanya apapun padaku, Aku membuka bungkusan itu dan terdapat sebuah scarf berwarna putih dengan motif bunga sakura berwarna pink muda, dan di atas syal tersebut terdapat sebuah surat, Manager Wensy, Maaf kalau isi surat ini akan membuat anda sedikit tidak nyaman,.. Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya sangat menyukai anda, Entah sejak kapan, tapi yang jelas saat ini saya benar - benar menyukai anda.. Jika anda tidak keberatan, bisakah saya mendapat kesempatan untuk pergi berkencan dengan anda akhir minggu ini ? Saya akan menunggu jawaban anda.. - Dominic J - "Jadi namanya adalah Dominic.." gumamku pelan. "Ya ? Anda mengatakan sesuatu, manager ?" tanya Bryan. "Ah tidak.. Saya hanya sedang membaca sebuah surat," ujarku sambil buru-buru menyimpan hadiah dari Dominic, entah kenapa aku merasa malu jika Bryan sampai mengetahui isi surat dari Dominic. Bryan memberikan sebuah tas berwarna hitam serta sebuah kartu kecil padaku, "Bu Quilla memberikan ini untuk anda dan juga sebuah kartu ucapan terimakasih," Aku menerima tas serta kartu tersebut dari tangan Bryan, kemudian aku meletakkan tas tersebut di sampingku, "Lalu, beberapa karyawan dari bagian produksi, memberikan serangkaian skincare dan juga bodycare untuk anda," ujar Bryan sambil memberikan sebuah kotak putih yang cukup besar padaku, "Mereka tak memberikan nama mereka secara spesifik, mereka hanya menuliskan "team produksi" pada kartu yang ada di dalam kotak," Aku mengangguk dan menerima kotak tersebut dan meletakkannya di atas meja, "Saya sudah memisahkan beberapa hadiah yang berisi coklat dalam satu paper bag," ujar Bryan sambil menunjuk sebuah paper bag putih yang terletak di sampingnya. Aku membelak, "Apakah coklat yang saya terima sebanyak itu ?" tanyaku saat melihat paper bag putih yang ukurannya sangat besar. Bryan mengangguk, "Ini semua anda dapatkan dari divisi keamanan," Aku melongo tak percaya, bahkan para petugas keamanan kantorpun sampai memberikan aku hadiah sebagai ucapan terimakasih mereka, Aku belum sempat berkomentar karena tiba - tiba telepon kantor yang ada di atas mejaku berdering, Aku beranjak berdiri dan langsung mengangkat telepon tersebut, "Halo ?" "Manager Wensy, saya dari bagian receptionist.. Maaf karena saya mengganggu waktu anda, tapi seseorang datang untuk menemui anda," "Benarkah ? Apakah anda bisa menanyakan namanya ?" "Beliau bilang namanya adalah Hillard," ujar receptionist tersebut. "Hillard ?" aku memastikan pendengaranku, bahwa aku tidak salah mendengar. "Iya, manager.." jawab receptionist tersebut. "Maaf tapi saat ini jadwal saya sangat padat, tolong sampaikan pada beliau untuk menemui saya di lain waktu," "Baik, manager.." Aku meletakkan ganggang telepon pada tempatnya semula, pikiranku langsung berkecamuk, "Apa yang Hillard lakukan di sini ?" batinku, "Bagaimana dia bisa tahu tentang keberadaanku ?" Aku menggigit kuku ibu jari kananku karena cemas, "Tidak mungkin Athan menyuruh Hillard untuk mencariku kan ?" pikirku. "Ataukah Hillard sedang mencari Viola ? Apa yang dia inginkan ?" aku terus berbicara dalam hati, "Bagaimana ini ? Apa yang harus aku lakukan ? Bagaimana kalau Viola dalam masalah ? Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Viola ?" "MANAGER WENSY !!" teriak Bryan sambil menarik tangan kiriku. "Ya ??" aku tersadar dari lamunanku dan menatap Bryan yang menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan. Bryan langsung membuka telapak tangan kiriku, "Apa yang sedang anda pikirkan ?! Lihat ini !" Aku melihat kearah telapak tanganku yang terlihat terluka dan mengeluarkan darah, "I-ini ?" "Anda mengepalkan tangan kiri anda sampai - sampai anda tidak sadar bahwa tangan anda terluka ?!" Bryan terlihat cemas sekaligus kesal. "I-itu.." aku tak sanggup berkata - kata dan hanya memperhatikan telapak tanganku yang terluka akibat kuku jari-jariku sendiri. Bryan menghela nafas, dia menyuruhku untuk duduk di kursi kerjaku, kemudian dia berjalan kearah lemari dan mengambil kotak p3k, aku hanya diam memperhatikan Bryan dan sesekali melirik ke arah tangan kiriku, Bagaimana bisa aku tidak merasakan sakit sedikitpun saat aku mengepalkan tangan tadi ? Padahal jelas - jelas saat ini aku merasakan nyeri pada tanganku, Bryan berjalan menghampiriku sambil membawa kotak p3k di tangan kanannya, kemudian diapun berlutut di hadapanku, "A-asisten Bryan,-" "Saya akan melakukannya dengan cepat," Bryan mengeluarkan kapas dan juga alkohol, dia menuangkan alkohol pada kapas tersebut dan dengan perlahan membersihkan lukaku, "Ugh !!" aku meringis kesakitan. Bryan meniup telapak tanganku yang terluka, kemudian dia mengoleskan salep pada lukaku dan membalutnya dengan perban. "Lukanya terlihat cukup parah," ujar Bryan, "Anda harus sering membersihkan luka anda, jangan sampai menimbulkan infeksi." "Terimakasih, Asisten Bryan.." gumamku pelan. "Tolong jangan berbuat hal seperti itu lagi, manager.. Anda membuat saya cemas," ujar Bryan sambil beranjak berdiri untuk mengembalikan kotak p3k tersebut. Aku terdiam mendengar ucapan Bryan, aku tahu dia cemas, tapi.. Aku pun tak ingin seperti ini.. Aku berusaha untuk mengatasi rasa cemasku yang berlebihan dan mengatasi traumaku, Aku juga menderita hidup seperti ini.. Tak bisakah aku hidup normal seperti dulu lagi ? Kenapa juga aku harus menanggung semua ini ? Apa salahku ? Dan kenapa, aku hanya selalu membuat cemas orang lain ? Sampai kapan aku harus seperti ini ? ~ To Be Continued ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN