bc

Si Cantik dan Juragan Kontrakan

book_age18+
418
IKUTI
1.4K
BACA
dominant
drama
city
office/work place
regency
virgin
punishment
passionate
knight
lords
like
intro-logo
Uraian

Renata Niala terlahir sebagai anak perempuan pertama yang memikul banyak tanggung jawab. Saat lulus dari sekolah menengah atas dia tidak diizinkan kuliah meskipun dia mendapatkan beasiswa. Orang tuanya menututnya untuk bekerja agar bisa membantu biaya sekolah kedua adik laki-lakinya. Sejak kecil Renata sudah tahu kalau dia diperlakukan berbeda dari kedua adik laki-lakinya. Dia tidak bisa menolak keputusann ayah dan ibunya. Jadi, dia pergi merantau ke Ibu Kota.

Semua awalnya berjalan dengan baik kemudian dia bertemu dengan pemilik kontarakan tempatnya tinggal. Pria tampan yang sangat tegas. Renata mengontrak di sana sejak dia tinggal di Jakarta. Hal yang membuat keduanya ribut adalah, Renata yang sering kali telat membayar kontrakan. Terakhir dia bahkan menunggak sampai tiga bulan. Semua itu karena ulah adiknya yang hidup dengan gaya hedon tapi masih terus meminta kepadanya.

"Bang, saya pinjam uang Abang dulu, deh. Nanti kalau saya sudah gajian saya kembalikan." Renata menebalkan mukanya saat mendapat tatapan tajam pria itu. Dia tidak punya cara lain lagi. Saat ini dia butuh uang banyak. Selain untuk bayar kontrakan dia juga dituduh menggelapkan uang omset toko pakaian tempatnya bekerja. Dia diharuskan mengembalikan uang kalau tidak dia akan diproses hukum.

"Kamu pinjang uang saya untuk bayar kontrakan ke saya?" Pria bernama Gabe itu menatap tidak percaya.

"Abang satu-satunya harapan saya. Saya akan melakukan apapun untuk Abang. Saya bisa memasak, bersih-bersih apapun bisa saya lakukan." Gabe menaikkan alis matanya sedikit tertarik dengan tawaran perempuan itu.

"Kamu menawarkan diri jadi pembatu?" Kata kasarnya memang begitu. Jadi mau tidak mau Renata mengangguk.

"Saya sudah punya pembantu. Saat ini tidak ada lowogan yang kosong," kata Gabe.

"Saya akan melakukan apapun yang Abang minta." Renata menegaskan bahwa dia bisa melakukan hal lain.

"Kamu yakin akan melakukan apapun yang saya minta?" Renata mengangguk tanpa berpikir panjang.

"Baik, kalau begitu kita buat surat perjanjiannya. Hal ini dilakukan agar kamu tidak melanggar perkataan kamu sendiri." Ada kilatan licik dimata Gabe dan Renata tidak menyadari itu.

chap-preview
Pratinjau gratis
Awal
"Ayah tidak setuju kamu kuliah. Biar bagaimanapun kamu itu hanya seorang perempuan. Di mana perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya kalian itu hanya berada di dapur." Renata tidak terkejut mendengar hal itu. Dia sudah lama merasakan kalau kasih sayang kedua orang tuanya berbeda kepada kedua adik laki-lakinya. Dia mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri dan keduanya hanya bermain. "Tapi, Yah. Ini Renata dapat beasiswa." Renata saat ini sedang duduk bersama seluruh keluarganya. Dia baru lulus dari sekolah menengah atas dan tadi pagi dia mendapatkan kabar baik kalau dia diterima di salah satu perguruan tinggi negri dengan jalur beasiswa. Sejak dia menginjakkan kakinya di bangku sekolah, dia selalu menjadi yang pertama di kelasnya. Renata belajar dengan giat agar bisa membuat kedua orang tuanya senang. Namun, selama ini tanggapan mereka biasa saja. Seperti tidak ada hal spesial yang dia lakukan. Berbeda jika itu salah satu dari kedua adiknya. Maka apapun yang mereka minta, kedua orang tuanya akan berusaha keras memenuhinya. "Ayah tetap tidak menyetujui kamu kuliah. Akan lebih baik kamu cari kerja lalu bantu kedua adikmu hingga mereka lulus perguruan tinggi." Renata ingin sekali tertawa keras di hadapan ayahnya. Dia selalu dipaksa mengalah kepada dua adik laki-lakinya. "Aku bisa bekerja sambil kuliah, Ayah." Renata masih belum menyerah. Dia mencoba membujuk Ayahnya sekali lagi. Namun, keputusan ayahnya sudah bulat. "Kamu akan lebih maksimal kalau kerja saja. Kalau sambil kuliah, uang yang kamu hasilkan tidak akan besar." Renata melirik kedua adiknya dan juga ibunya yang hanya diam saja. Tidak ada yang masuk ke dalam pembicaraannya dengan sang Ayah. "Bagaimana pendapat Ibu?" Renata menatap ibunya dalam, berharap wanita yang telah melahirkannya itu memiliki pendapat yang sama dengannya. "Ibu ikut kata Ayah saja," kata wanita itu membuat putri satu-satunya itu menghela kecewa. "Sudah sejak dulu aku merasa kalau perlakuan Ayah dan Ibu itu berbeda. Kalian lebih condong kepada Ryan dan Randy. Apapun yang mereka minta kalian pasti akan menurutinya berbeda denganku yang harus berusaha keras dan itu pun tidak pernah berhasil." Sejak dulu Renata tidak pernah protes mengenai perbedaan yang dia alami. Namun kali ini dia ingin tahu alasan ayah dan ibunya. "Tidak ada yang berbeda, kamu saja yang merasa seperti itu," kata sang Ibu sembari tersenyum. Berbeda dengan ucapan ibunya, apa yang ayahnya katakan justru membuat Renata ingin cepat-cepat keluar dari rumah itu. "Kamu adalah anak perempuan, suatu hari nanti kamu akan meninggalkan keluarga ini untuk tinggal dengan suami kamu. Sementara kedua adik kamu mereka akan menjadi penerus keluarga kita. Mereka harus bersekolah tinggi untuk bisa mengubah garis keturunan. Karena itu sebelum kamu menikah, kamu harus bisa membawa kedua adik mu menyelesaikan sekolah mereka di pendidikan yang tinggi. Ayah tidak mengizinkan kamu menikah setidaknya sebelum kedua adik kamu menyelesaikan pendidikan mereka. Atau lebih bagus lagi tunggu mereka sampai sukses kamu baru boleh berhubungan dengan laki-laki. Kami tidak ingin membesarkan anak perempuan yang tidak bisa diandalkan." "Aku akan berangkat ke Jakarta besok untuk mencari pekerjaan," kata Renata menutup pembicaraan itu. Dia lalu masuk ke dalam kamarnya yang sangat sempit. Lagi-lagi berbeda dengan kedua adiknya yang memiliki kamar yang lebih luas darinya. Renata menyusun pakaiannya ke dalam sebuah tas travel yang memang sudah dia siapkan dari jauh-jauh hari karena berpikir dia akan pindah ke kota untuk kuliah. Ternyata dia harus merelakan mimpinya untuk menjadi seorang guru. Renata bertekad kalau dia tidak akan berhenti di sini. Dia akan menyisihkan uangnya untuk pendidikannya kelak. Dia tidak akan menerima begitu saja perlakuan Ayahnya. Akan dia buktikan kalau dia bisa lebih baik dari segala hal dibandingkan kedua adik laki-lakinya. *** Waktu cepat berlalu, sudah tiga tahun Renata berada di Jakarta, selama tiga tahun ini semua masalah dia hadapi sendiri. Tidak mudah memang namun, sejauh ini dia berhasil melewatinya. Dan dalam tiga tahun itu dia belum pernah pulang ke rumah orang tuanya. Bagaimana mau pulang kalau semua uangnya habis dia kirim ke kampung semua. Meski dia memiliki dua pekerjaan, hal itu tidak lantas bisa memberinya ruang untuk menabung. Terkadang adiknya menghubunginya untuk meminta uang bahkan sebelum dia gajian. Renata bekerja pada sebuah toko pakaian yang cukup besar. Toko pakaian yang sudah memiliki nama di Indonesia. The Fashion House memiliki lebih dari seratus cabang di seluruh Indonesia. Renata akan bekerja pagi hingga sore di sana lalu setelahnya dia akan bekerja di restoran cepat saji yang buka dua puluh empat jam. Renata masuk dari jam enam sore lalu pulang saat jam dua belas malam. Jam kerjanya dia restoran cepat saji hanya enam jam berbeda saat dia bekerja di toko pakaian yang menerapkan sistem kerja delapan jam. Renata tiba di rumah yang sewa saat jam menunjukkan pukul dua belas lebih tiga puluh menit. Perempuan itu menaruh tasnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Renata menatap jauh ke langit-langit kamarnya. Dia berharap adiknya cepat lulus agar dia bisa keluar dari tekanan keluarganya. Dia sudah membuat rencana setelah kedua adiknya lulus nanti. Renata bangkit saat merasakan perutnya berbunyi. Dia melupakan makan malamnya. Dia lalu mengambil tasnya mengeluarkan jatah makan yang dia dapat dari restoran. Renata membaginya jadi dua bagian. Dia lalu menyimpan satu bagian di dalam kulkas kecil miliknya untuk dia makan besok pagi. Sejenak Renata menatap kulkas itu. Teringat bagaimana dia berebutan dengan tetangga kontrakan untuk mendapatkan benda itu. Karena kulkas tersebut adalah bekas tetangganya yang lain yang saat itu hendak pindah. Lamunan Renata terganggu dengan suara yang bersumber dari perutnya. Sebelum makan dia minum segelas air terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan agar dia cepat kenyang. Saat perempuan itu makan, ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Renata mengintip dari tempat karena benda itu dia letakkan di lantai yang cukup jauh dari jangkauannya. Jantung Renata berdetak kencang. Yang menghubunginya adalah adik pertamanya, Ryan. Dia segera meninggalkan makanannya dan mengambil ponsel tersebut. "Halo ..." Renata langsung menerima panggilan tersebut. Dia berpikir terjadi sesuatu dengan orang tuanya karena tidak biasanya adiknya menelepon saat dini hari seperti ini. "Kak Renata masih bangun?" "Iya, ada apa?" Renata bertanya tidak sabar. "Paket internet ku habis, Kak. Tolong isikan sekarang, iya." Renata langsung mematikan sambungan telepon. Rasanya dia ingin sekali memaki adiknya itu. Jika hanya paket internet yang habis, tidak bisakah dia menunggu hingga besok? "Dasar pemalas yang tidak berguna!" Maki Renata kesal. Dia lalu melanjutkan makannya mengabaikan puluhan pesan yang dikirimkan oleh adiknya itu. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook