4. Awal

1540 Kata
                                                                                                                                                                                  Melody melangkahkan kakinya menuju kelas dengan rambut yang dikucir kuda, sangat indah. Karna memang Melody lebih sering menggerai rambutnya. Penampilan nya lebih menarik perhatian dan terlihat lebih cantik. Melody memiliki rambut sebahu yang tebal, untuk itu sangat pas jika di kucir seperti itu. Indah di pandang.       "Melodyyyy!" Adela melambaikan tangan ke arah dirinya. Melody balas melambai lalu melangkah mendekat menuju gadis yang barusan memanggilnya.      Terlihat sangat gembira sepertinya, "Nah gini dong semangat, jangan murung mulu!" balas Mel dan langsung merangkul sahabatnya.      "Iya dong, yuk ah masuk kelas." Melody mengangguk sekilas lalu mengikuti Adela berjalan menuju kelas bersama.      Adela langsung merangkul bahu Melody, dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat mawar merah yang sudah layu dan ada bercak darah yang berada di atas meja mereka.     Dikelas memang baru ada dirinya dan Adela, entah dimana dengan penghuni yang lainnya.     "Del? Ini apa..." ujar Melody lirih. Ia melihat ada beberapa tangkai bunga mawar merah berdarah yang ditaruh persis di atas meja tempat duduk dirinya dan Adela. Jelas Melody kaget, karena ini pertama kalinya melihat bunga seperti itu. Kalau hanya bunga mawar biasa, mungkin Melody akan biasa saja, tapi ini bunga mawar merah berdarah! Siapa yang tidak takut?                                                                                                                                                                                      Adela menggeleng, "Mungkin cuma orang iseng kali? Lo gak usah khawatir. Gua bakal bilang bunga ini, lo tenang aja, ya." Adela langsung mengeluarkan buku tulis dan merobek bagian tengah kertas nya untuk membuang bunga tersebut. Lalu gadis itu berjalan keluar menuju tong sampah yang berada di teras untuk membuang bunga aneh tersebut. "Aman!" seru Adela sambil mengacungkan jempolnya. Ia menghampiri Melody yang masih menatap kaku kepada mejanya. "Tenang aja, Mel, mungkin cuma orang iseng. Nggak usah panik gitu, ah."                                                                                                                                                                                         "Tapi lo yakin, cuma orang iseng? Gimana gua nggak panik, mawar berdarah loh, Del!" "Iya, gua tahu. Tapi udah gua buang juga, kan? Nggak bakal terjadi apa-apa, percaya deh." "Mana mungkin ada orang iseng, yang niat banget taro bunga kaya gitu disini. Itu pasti bukan cuma orang iseng, tapi orang itu emang udah niat buat taruh bunganya di situ, Del. Gua yakin itu bukan orang iseng. Tapi, siapa orangnya?" "Siapa tau kan?" Mel mengangguk. Dan kemudian langsung duduk ditempatnya. Jujur dia masih sangat parno pada kejadian barusan, tidak mungkin kan orang iseng datang pagi-pagi sekali sekedar untuk menaruh bunga seperti itu di meja nya? Apa mungkin Adela? Duh Melody apasih yang kamu pikirkan, mana mungkin Adela yang melakukan itu. "Kenapa, Mel?" "E-hm gapapa Del, gua ke toilet bentar ya." "Mau gua temenin?" "Gak usah." Setelah nya Mel langsung melangkah menuju toilet, sekedar ingin membasuh muka. Hanya butuh melewati beberapa kelas untuk sampai di toilet, "Aneh banget sih, apa memang benar cuma orang iseng ya?" Ujarnya pada diri sendiri. Dan betapa terkejutnya dia ketika hendak keluar dari toilet dan mendapati bunga yang sama yang diselipkan di gagang pintu. Ada yang tidak beres, batinnya. Mel segera berlari keluar dari dalam toilet. Disamping itu ada seseorang yang tersenyum dengan smirknya. "Ini baru awal, dan belum seberapa." Setelah sampai di kelas, Melody berusaha menormalkan nafasnya yang tidak teratur, akibat lari dari toilet sampai kelas. "Kenapa, Mel?" tanya Adela. "Tadi gua liat bunga yang sama persis di toilet Del!" "Hah, yang bener? Mana mungkin?!" "Sumpah! emang muka gua keliatan lagi boong?!" Adela menggeleng. "Ya enggak sih, tapi masa iya sih?" Rasa cemas tidak pernah hilang sedari tadi, selama pelajaran dimulai pun Melody sama sekali tidak fokus untuk sekedar mendengarkan. Untung saja guru yang sedang mengajar tidak mendapati dirinya sedang melamun. --- Bel istirahat berbunyi dengan sangat merdu dan semua yang berada di kelas langsung berhambur menuju kantin, begitupun dengan kedua sahabat ini. "Hai, Melody." Ah dia hampir melupakan Dikta, pasalnya ia sudah beberapa hari ini merasa aman tanpa gangguan si aneh ini. Ralat. Tidak aman, karna kejadian tadi pagi. Sial kenapa pikirannya selalu terfokus pada satu masalah itu saja. Mungkin emang bener cuma orang iseng. "Lo nggak kangen gua, gitu?" Lanjutnya sambil duduk disamping Melody. "Dih! Ngapain kangen sama Lo." "Yakin, gak kangen?" "Apaan sih Lo! Makan ya makan aja, gak usah gangguin gue!" Ketus Mel. "Jangan galak-galak atuh neng." Melody mendelik ke arah Adela. "Tuh, Mel. Dengerin apa kata temen Lo. Jangan galak-galak, suka sama gua baru tau rasa Lo." Dasar cowok aneh! Buat nafsu makan orang jadi hilang aja sih, Batinku. "Melody!" Aku sangat hafal dengan suara berat itu! Yap Danis, siapa lagi kalau bukan dia. Kenapa kedua cowok aneh itu malah berkumpul disini sih. Alamat gak makan siang inimah. "Gue boleh duduk disebelah Lo?" "Lo nggak liat? Di kanan kiri gue ada orang!" Sabar atuh neng. "Gampang!" Ujar nya dengan menjentikkan jari. "Minggir Lo." dengan seenak jidat dia menyela tempat duduk yang di tempati oleh Dikta. "Lah woi apa-apaan sih! Gua yang duluan duduk disini!" "Bodoamat!  Gue gak peduli." ujar Danis sambil melahap bakso nya. "Rese ya Lo jadi orang!" Dikta menarik seragam Danis. "Ribet amat Lo jadi cowok, tinggal duduk doang apa susahnya." Balas Danis sambil menghempaskan tangan Dikta yang berada di seragam nya. "Lo gak tau sopan santun? Gua yang duluan duduk disini. Dan Lo bilang gua ribet? Gak ngaca!" "Gua bilang, gua gak peduli!" Brakk.. seluruh pasang mata menatap ke arah meja Melody. "Kalian berdua yang gak tau sopan santun!" Keduanya langsung terdiam, dan Melody melangkahkan kakinya keluar dari kantin. Nafsu makan nya benar-benar hilang dan membuat mood nya semakin jelek. Dasar cowok nyebelin! --- Setelah penat dengan segala aktivitas di sekolah,kini Melody membaringkan tubuhnya di atas sofa. Rasanya benar-benar malas untuk sekedar menaiki tangga menuju kamarnya. "Mel, Kenapa tiduran di sofa neng? Kan ada kamar atuh, sekalian mandi tuh. Bau asem." Yunita terkekeh dengan ucapannya sendiri. "Mel capek banget mah, males buat naik tangga," ujar Mel, yang masih menelungkup kan wajah nya pada sofa. "Ih masa anak gadis jorok gini sih, buruan mandi abis itu makan." "Tap.." Belum sempat Melody menjawab, Yunita kembali menukas nya. "Gak pake tapi-tapian!" Dengan langkah gontai akhirnya dia beranjak dari sofa menuju kamar nya, "Ish nyebelin banget sih mamah." ujar Melody dengan suara kecil. Sementara Yunita di bawah terkekeh. Sambil membuka pintu kamarnya, Melody masih misuh-misuh gak jelas. "Huft Gak tau orang lagi.." ucapan Melody terputus akibat suara yang sangat nyaring. "SURPRISE!!" Bukannya senang, Melody justru melewati begitu saja orang yang kini ada di hadapannya. Sambil memutar bola mata malas. Aish, banyak sekali pengganggu hari ini. Batinnya. "Sakit banget loh Mel, gak di anggap. Padahal gua jelas banget di hadapan Lo sekarang." Ujar laki-laki itu mendramatisir. "Lebay Lo! Kaya upil badak." "Lagian orang mah sambut kek Abang nya pulang, lah ini malah di cuekin." Melody hanya memutar bola mata malas. Padahal dalam hati dia senang kalau tau Abang nya pulang. Tetapi, untuk sekarang waktunya belum tepat. Mood nya sedang buruk. "Kenapa sih Lo, gua perhatiin dari tadi misuh-misuh gak jelas?" "Kepo Lo kaya mantan! Keluar sana, gua ngantuk." ujar Melody yang sudah merebahkan dirinya di atas kasur. "Lo gak.." "Pintunya jangan lupa, ditutup lagi ya abangku." "Kurang ajar banget Lo, sama Abang sendiri! Awas aja Lo!" Bukannya keluar, Anggara justru menghampiri adiknya dan menggelitiknya sambil tertawa puas. Melody yang tak terima, langsung membalas perlakuan Abang nya dan menggelitikinya juga dengan tawa yang sangat lepas. Anggara tersenyum tipis melihat adiknya bisa tertawa lepas seperti ini. "Nah gini dong! Kalau senyum kan jadi jelek. Eh cantik maksud nya hehe," "Garing Lo! Btw, ngapain Lo pulang? Gua kira udah lupa sama rumah." "Asal Lo tahu, tugas kuliah gua banyak. Jadi gak bisa tuh santai-santai kaya Lo yang masih SMA. Nanti juga Lo ngerasain sendiri." ujar Anggara panjang lebar. Melody bergumam, "Gimana, udah dapet belum mojang Bandung yang kata lo mantep-mantep itu?" Anggara terkekeh. "Banyak sih, cuma belum ada yang cocok aja." "Belum ada, apa emang gak laku?" ucapan Melody membuat Anggara menoyor kepalanya. Pelan ko... "Sembarangan! Gini-gini juga Abang Lo banyak yang demen tau. Cuma ya guanya aja yang masih pilih-pilih. Karna gua mau yang bener-bener serius!" "Iya-iya serah Lo aja deh. Gua capek mau tidur, Lo keluar ya?" pinta Melody dengan muka melas. Anggara mengangguk. Akhirnya berhasil juga caranya kali ini, dan setelah Gara keluar dia memejamkan matanya sambil memeluk Miyu, Tedy bear kesayangan nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN