Perlahan Melody melangkahkan kakinya dengan hati-hati berharap tidak bertemu dengan.. Yap, tidak bosan-bosan Melody menyebutnya orang aneh. Karna memang sangat aneh. Bagaimana tidak aneh, baru bertemu malah menyatakan cinta begitu mudahnya, padahal kenal saja tidak. Memang aneh!
Melody menghembuskan nafasnya lelah, bahkan matahari saja baru menampakkan dirinya beberapa saat lalu. Sengaja ia berangkat lebih awal agar terhindar dari orang itu, tetapi lihat cowok itu sudah melambaikan tangannya ke arah dirinya. huftt.
"Mau, apalagi sih lo?" ujar Mel ketika lelaki itu mencekal lengannya.
"Lo mau hindarin gue?" tanyanya balik. Lelaki itu menatap Melody tajam.
"Menurut, lo?"
"Menurut gua sih, iya." Muka flat, tapi ngeselin. Itulah Dikta. Lelaki itu memperkenalkan namanya sebagai Pradikta Chandra, tetapi Melody lebih suka menyebutnya 'aneh'.
Udah tau nanya, dasar human!
"Tapi kayaknya lo gak bakal bisa menghindar, karna gua tau jadwal lo berangkat ke sekolah." Setelah mengucapkan itu dia langsung berjalan yang entah kemana. Biar sajalah, sesuka si aneh itu saja. Mau terjun ke jurang juga silahkan. Biar hilang sekalian.
"Apa maksud perkataan dia barusan? Tau semua? Huh emang nya dia keluarga gua apa!" gumam Mel sambil memperhatikan langkah si aneh itu. Ia mengedikan bahu sekali lalu kembali melangkah menuju kelas yang tadi sempat tertunda gara-gara lelaki aneh itu.
Suasana kelas masih terlihat cukup sepi karena memang ini terlalu kepagian bagi seorang Melody Aletta, jika bukan karena si aneh itu dia tidak akan berangkat jam segini. Sepi, tidak ada teman ngobrol. Sepi bukanlah tempat yang sesuai untuk Melody, karena gadis itu lebih suka dengan keramaian. Berbanding terbalik dengan Adela. Gadis itu justru lebih suka dengan suasana sepi seperti itu, nyaman katanya.
"Hai, Mel!" ujar lelaki yang tiba-tiba duduk disebelah Mel. Apalagi kali ini.
"Danis? Tumben, lo datang jam segini." Danis terkekeh.
"Aneh ya, kalau gua datang jam segini?" ucap nya sambil memperhatikan wajah Mel dan semakin turun ke bawah.
Risih, siapa yang tidak risih ditatap seperti itu oleh lawan jenis? Apalagi seseorang yang tidak terlalu dekat dengan kita.
"E-hmm, gua mau ke kantin dulu deh." Danis justru ikut bangkit dan mengikuti Melody.
"Btw, Lo ngapain ikutin gue?" Ujar Mel, karena sedari tadi Danis terus mengikuti langkahnya.
"Kantin kan buat umum, jadi siapa aja boleh dong kesana." Ya memang sih, ah sudahlah!
Melody terus berjalan dengan langkah sedikit cepat, berusaha agar tidak beriringan dengan Danis. Jujur, dia tidak suka Danis! sikapnya yang membuat Mel risih untuk berdekatan dengan dia.
"Mang, biasa ya." setelah mang Koko mengacungkan jempolnya, Mel langsung menuju tempat kosong yang berada di kantin.
"Ini neng, pesanannya. Mamang tinggal dulu ya,"
"Iya mang, makasih ya."
Tidak lama Danis datang dengan semangkuk bakso ditangannya, dan langsung berhambur duduk di sebelah Mel.
"Boleh gua duduk disini?"
"Lo udah duduk btw, " ujar Mel santai.
Dia diam, tidak menghiraukan ucapan Mel. Kemudian menyantap bakso nya sambil sesekali melirik ke arahku, tatapan matanya seperti... Ah masabodo.
"Tumben Lo datang pagi-pagi banget, Mel?"
"Nggak ngerepotin Lo ini, kan?"
Dia menggaruk tengkuknya, "Hehe, iya nggak sih. Btw, ada hubungan apa Lo sama Dikta?" ujarnya sambil mengunyah.
"Kok Lo tahu, namanya Dikta? Secara kan, dia anak baru."
"Ya tahu lah, anak cewek di kelas gua heboh karena kedatangan murid baru yang katanya cogan. Jadi, gua tau namanya dari mereka." Melody mengangguk sambil ber 'oh' ria.
Secara fisik memang Dikta bisa dikatakan ganteng, mempunyai senyuman yang manis pula. Tetapi, dia juga tidak suka Dikta! Dia aneh, sikapnya pun gampang sekali berubah. Kadang manis, tapi tidak lama bisa menjadi kasar.
"Gua gak ada hubungan apa-apa sama dia."
"Oh bagus deh."
"Hah? Bagus apanya?"
"Ya bagus, berarti gua masih ada kesempatan buat deketin Lo."
Melody langsung berdiri, "Gua mau ke kelas, bentar lagi bel masuk."
"Titip ini, tolong kasih sama mang Koko."
Dirinya meninggalkan uang di meja, dan tanpa menunggu Danis mengucapkan apa-apa lagi, Mel langsung melenggang pergi meninggalkan nya.
"Dasar aneh! Kenapa sih Mel harus dipertemukan sama dua cowok aneh kaya mereka sih, huft."
Sesampainya di kelas, Hadi si ketua kelas menghadang jalannya. Memberi kabar bahwa hari ini Adela tidak masuk.
"Mel, Adela izin gak masuk hari ini. Katanya sakit, tadi dia mau izin sama Lo tapi handphone Lo gak aktif."
Sontak Melody langsung meraba saku seragam nya, tidak ditemukan disana.
Dia menepuk dahi, "Astaga! Gua lupa bawa handphone Di. Tadi, Adela bilang apa aja?"
"Gak bilang apa-apa sih, dia cuma izin gak masuk karena gak enak badan katanya,"
Mel mengangguk, "Yaudah, thanks ya Di."
"Sama-sama."
Tidak lama guru yang mengajar di kelas datang, dan memulai pelajaran seperti biasanya. Kondisi belajar cukup hening karna sebagian murid ada yang memilih untuk terbang ke alam mimpi.
Kringggg...
Tidak ada yang ditunggu selain bel istirahat dan bel pulang sekolah, kini bel istirahat sudah berbunyi nyaring ke seluruh penjuru sekolah. Bahkan yang sedari tadi tidur di jam pelajaran kini menjadi segar bugar karena mendengar bel tersebut.
Mel tidak berniat menuju kantin, karna selain masih kenyang karena sarapan tadi pagi. Juga menghindari dua cowok aneh tersebut, kini kaki nya melangkah menuju perpustakaan. Seperti nya membaca novel asik.
Tetapi, dia melihat Danis dan Dikta berada di ruangan tersebut. Sepertinya mereka berdua bolos di jam pelajaran terakhir. Melody terus memperhatikan mereka yang tampak sedang serius berbincang, bahkan sudah seperti teman dekat. Dan... Oh tidak! Mereka sepertinya hendak keluar.
Mel segera bersembunyi di balik dinding sambil menahan nafas, "Untung, saja."
Setelah dua orang itu pergi melewatinya, dia langsung masuk ke dalam perpustakaan dan mencari-cari novel yang akan dibaca nya sampai bel masuk nanti.
Tetapi, disisi lain ada yang tersenyum miring dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Apa yang mereka berdua bicarakan ya? Sepertinya serius banget, bahkan mereka seperti teman yang sudah lama kenal."
Dan, "Hai, Mel." Melody terlonjak dan refleks menepuk pundak Dikta.
"Ngagetin orang, aja sih. Kalau gua jantungan gimana?" Ketusnya pada Dikta.
"Emang Lo punya, riwayat penyakit jantung?" dasar bodoh, mana mungkin dirinya punya penyakit seperti itu. Amit-amit deh!
"Ya nggak lah, enak aja kalau ngomong."
"Santai dong, gua kan cuma nanya."
"Kalau mau berisik mending keluar!" Melosy mencari sumber suara tersebut, ternyata itu berasal dari Dewa.
Iya, namanya Dewa Gustiwana. Atau lebih akrab dipanggil Dewa sih, dia merupakan Ketua Osis di SMA Wijaya ini. Badan yang tegap dan postur tubuh yang tinggi, membuat sebagian siswi menyukai sosok Dewa ini. Ah, kenapa jadi bahas Dewa sih?
"Maaf kak, kami nggak sengaja," ujar Mel sesopan mungkin.
"Ngapain sih Lo minta maaf, kan kita gak salah."
"Lo nggak ingat, barusan kita berisik disini. Perpustakaan kan anti sama yang namanya suara berisik," ucap Mel. "Kalau bukan karena, Lo. Gua gak akan sampai dimarahi sama dia."
"Iya-iya maaf, deh." Tetapi disisi lain, tangan Dikta sudah terkepal sambil menatap tajam ke arah Dewa.
"Lagian, ngapain sih Lo ikutin gua sampai kesini?"
"Emang gak boleh, ya?" tanyanya. Jadi benar Dikta mengikuti Mel?
"Kalau orang nanya tuh dijawab, bukan malah balik nanya!" Ketus Melody dengan suara sekecil mungkin.
"Ya pokonya kemana pun lo pergi, gua bakal ikutin. Karna gua suka sama Lo!"
"Lo udah gila?" suara Melody naik satu oktaf, dan menarik Dikta keluar dari perpustakaan.
"Nggak apa-apa, Lo bilang gua gila. Asal penyebab gua gila itu Lo!" dengan seenak jidat dia langsung merangkul bahu Melody.
"Jangan kurang ajar ya, Lo."
"Hehe, iya-iya maaf. Jangan ngambek mulu dong, perasaan Lo ke semua orang ramah dah kenapa sama gua jutek gini."
"Suka-suka gua lah, itu hak gua mau ramah sama siapa aja. Terkecuali Lo!" Tegas Mel sambil melangkah pergi dari hadapannya.
Namun, Dikta menarik pergelangan tangannya. Dan satu tangannya lagi ditarik oleh tangan lain. Danis.
Sebenarnya apa yang mereka mau dari Melody, "Lepasin!" Tegas Mel, sambil menghentakkan tangannya dari mereka.
"Gua gak tau ya kalian siapa, dan apa yang kalian mau dari gue. Tapi, stop! Jangan ganggu gue!" Ujar Mel sambil berlalu dari hadapan mereka berdua.