Part 3

1241 Kata
Dddrttt... Dddrttt... Papa is Calling... 'Ya pa? Ada apa?', jawabku malas 'Bisa pulang ga besok?', 'Ngapain?', 'Papa mau minta tolong, sayang', 'Ya udah.. Besok aku pulang ke Malang!', 'Makasih sayang', Tut tut tut "Ada - ada aja bapak satu ini...", gumamku Aku menhabiskan sebotol Soju, dan pergi ke kamar untuk bersiap pulang ke Malang. Ddrrtt... Dddrttt... "Siapa lagi sih!!!", teriakku kesal Rei is Calling... 'Ya Rei.. Ada apa? Hik..', 'Kamu mabuk?', 'Ga kok, cuma minum soju aja mabuk.. Hahaha.. Lucu kamu!', 'Apa aku membebanimu?', 'Hmm, kamu ngomong apa sih? Kalo ga ada yang penting aku tutup nih, aku mau siap-siap pulang ke Malang, papa minta aku balik besok!', 'Tumben, ada apa?', 'Tauk tuu.. Kangen mungkin hehe,', 'Ya udah, kamu istirahat aja kalo gitu..', 'Iya.. Bye Rei..', Tut tut tut Ting tong.. "Sapa lagi dateng malem-malem gini! Hah... Sebel deh.. Hik", Brukk... "Auh.. Sakit... Sapa juga yang mindahin pintu kesitu!!", Ceklek "Tee.. Kok susah banget sih telepon kamu!!", "Ino.. Ngaps kesini.. Hik..", "Mabuk?", "Ga!", "Iya kamu mabuk!", "Gak!!! Pulang sana!! Mual aku lihat muka kamu!!", "Oh gitu, mentang-mentang sang mantan balik, aku ga di butuhin?!", "Iya.. Dah sono pergi ke pelukan Devina!!", "Cemburu?", "Gak!! Ihh eh eh.. Sapa suruh masuk?", "Biasanya juga gini kan?!", "Pulang sana! Bruk... Auh.. Siapa sih yang mindahin kursi kesini!!", "Sini kamu!", Ino menarik tanganku dan melemparku ke atas ranjang. "Apaan sih! Di usir juga masih aja disini!", Bukannya pergi, Ino justru melunat bibirku dengan kasar. Ino merobek kaos tipisku dan melemparnya sembarangan. Bahkan celana pendek yang kugunakan sekarang sudah tak ada. "Ahh.. Stop.. Ino.. Ahh", "Aku udah pernah bilang, jangan abaikan aku!", "Ahh..", Ino juga melepaskan pakaiannya, kini ia memompa tubuhku dengan kasar. Aku tak pernah merasakan permainan yang kasar seperti ini, rasanya bagian intimku robek karena ulahnya. "Pelan Ino!! Sakit.. Ahh..", "I don't care!", "Ino...!! Ahhh... Sakit...", "Kamu milikku!!", "Please... Sakit.. Ino..", Tanpa sadar aku meneteskan air mata, setelah sekian lama aku melakukan hal ini dengannya. Baru kali ini dia membuatku kesakitan. "Letti.. Hei.. Maaf.. Aku minta maaf", ujarnya merasa bersalah "Ahh.. Sakit, No '", "Iya maaf.. Aku pelankan temponya oke", Aku hanya mengangguk menurut padanya. "Ah..", "Masih sakit?", "Iya..", Ino melumat bibir ku, membuatku bisa menahan sakitnya. "Aku keluar te..", Ino berbaring di sampingku, memelukku dari belakang. "Maaf, tee..", ujarnya menyesal "Hmm", "Aku baru sadar, itu koper kenapa ada di luar? Kamu mau pergi kemana?", "Papa suruh aku pulang ke Malang, ga tau ada apa!",jelasku "Mau aku temenin?", "Ga perlu, aku berangkat sendiri aja! Lagian kamu pasti sibuk sama Devina besok", "Hmm, kita lagi berdua.. Jangan bahas lainnya deh!", "Whatever!!", "Berapa hari di Malang?", "Ga tau!", "Kok gitu?", "Aku balik kalo udah dapet mood!", "Hmm.. Kalo aku kangen gimana?", "Video call aja!", "Ga mau!", "Terserah!", "Masih marah?", "Ya iyalah!! Kalo miss v ku lecet rusak ga bisa di pake lagi gimana?", "Aku tanggung jawab kok!! Entar aku anter ke Singapura buat bikin yang baru lagi! Hehe", "Gila!! Ogah deh!!", "hmmm, tidur yuk, ngantuk!", ajaknya sembari memejamkan mata Sedangkan aku masih menahan nyeri di bagian bawah. *** Ino pov Paginya aku terbangun tanpa Letti di sampingku. Ku coba memanggilnya, namun tak ada jawaban. "Tantee..", Ceklek Brak Ddrrttt... Ddrttt... 'Hmm', 'Kamu dimana?', 'Udah sampek pasuruan nih! Kenapa? Aku udah bilang kan mau balik Malang!', 'Pagi banget berangkatnya?! Kenapa ga bangunin aku?', 'Kamu nyenyak banget tidurnya, ga tega aku bangunin!', 'Alasan!!', Tut tut tut Aku melempar ponselku ke atas ranjang, menenggelamkan wajahku di antara kedua tanganku. Ting.. Tong.. "Siapa juga pagi-pagi udah absen kerumah Letti", gumamku Ceklek "Loh Ino", sapa Rei "Hei.. Nyari Letti? Ga ada.. Udah berangkat", "Oh, oke.. Aku juga mau pamit sih sebenarnya.. Ya udah.. Thanks infonya.. Bye No'", "Kamu ga tanya ngapain aku disini?", "Gak, udah tau juga.. Hahaha", "Sialan lo", Brak Aku kembali ke kamar, kembali tidur dan mengabaikan ponselku. *** Letti pov Ku lajukan mobilku menuju Malang, menibggalkan Ino yang masih terlelap. Akan berat jika berpamitan dengannya, meski Malang Surabaya dekat. Text Message From Rei "Aku mampir ke apartemen, ada Ino disana. Dia bilang kamu udah berangkat", To Rei "Iya, aku berangkat jam lima, ada apa?", From Rei "Cuma mau pamitan aja, kan aku hari ini ke Paris", To Rei "Oh iya, aku lupa.. Maaf.. Hati-hati ya.. Awas ada bule nyantol entar, hahaha", From Rei "Hahaha, bisa aja.. Maunya kecantol kamu aja, Letti.. Aku kangen..", To Rei "Gombal kamu! Udah ah, aku nyetir ini", Rei tak membalas pesan terakhirku, mungkin dia sudah berada di pesawat. Aku sudah sampai di Malang, tepatnya di Batu. Mansion milik papa, rumah utama keluarga Siswojo. Pasti ada dia yang tak ingin ku temui disana. Aku tiga bersaudara, dan semua saudaraku perempuan. Aku anak pertama di keluarga Siswojo. Sedangkan adik keduaku bernama Fanda, masih berkuliah di Brawijaya Malang. Dan yang ketiga adalah adik yang paling ku sayang, namanya Alletta. Alleta masih SMA dia tinggal di Jakarta. Bukan karena apa, dia disana juga memegang perusahaan papa, jadi ya begitulah. Di antara kami bertiga Fanda adalah anak paling malas dan tak mau tau soal bisnis keluarga. Yang ia tau hanya menghabiskan uang saja. Tok tok tok Ceklek "Nona.. Silahkan masuk, tuan ada di ruang kerja bersama Alletta", "Alletta pulang? Makasih bi", Begitu mendengar nama Al aku langsung berlari menuju ruang kerja papa. Ceklek "Al.....", teriakku memanggil Alletta "Mbak.. Kebiasaan.. Toa masjidnya taruk dulu ih..", "Uh... Kangen kamu... Hehe...", "Letti..", panggil papa "Eh.. Iya Pa...", "Mbak Letti udah dateng, buruan kasih tau! Ada apa sampek bikin Al pulang?", "Perusahaan di Surabaya, ada yang mau pegang?", "Bukannya itu jatah mbak Letti? Kok sekarang di tawarin?", "Siapa tau kamu mau tukeran sama mbakmu!", "Gak ah.. Enak di Jakarta.. Mbak kenapa ga mau jalanin perusahaan sih?", "Kan aku udah punya sendiri ih... Fanda tuh suruh pegang!", "Hmm kalian tau kan, Fanda seperti apa?!", "Al, entar jalan yuk", "Iya..", "Letti!!", bentak Papa "Iya iya pa.. Ya udah Letti yang pegang!!", "Bagus.. Sebaiknya kamu segera menikah, agar tidak kuwalahan saat memimpin perusahaan", "Ga dulu pa.. Kalo di suruh nikah mending Fanda aja yang pegang perusahaan!!", "Ya udah!! Kamu selalu begitu!", "Udah ni pa?",tanya Al "Yaelah pa! Via telepon kan bisa! Al yuk!", "Dasar remaja jaman now!!", celetuk papa Aku mengajak Al untuk pergi ke kamarku. Al terbilang anak yang sedikit cuek, namun jika bertemu denganku dia biasanya akan mengeluarkan segudang unek-uneknya. "Gimana Jakarta?", tanyaku dengan senyum manis "Biasa aja, sama kayak di Surabaya. Cuma lebih gede aja, hehe", "Masih nulis?", "Masih, la mbak gimana?", "Masih tapi ga sesering dulu... Banyak tugas nih", "Oh.. Masih sama Ino?", "Masih!", "Partner?", "Yes", "Ya udah, nikmatin aja kalo gitu...", "La kamu? Apa kabar Ijal?", "Lancar kok.. Sama kayak mbak!", Aku bercerita banyak dengan Al, kami memang seperti saudara kembar saja. Setiap apa yang kami mau selalu sama dan kami saling mengerti. Di antara kami bertiga hanya aku yang tidak menyandang nama papa. Banyak yang menganggapku anak haram, padahal akulah anak tertua dan yang paling di lindungi karena kejadian masa kecilku. "Mbak, kapan balik Surabaya? Aku mau ikut dong! Mau refreshing bentar.. Kangen nih sama Surabaya.. Kebetulan Rijal ada di Surabaya juga sama Daren dan Yoga", "Hmm.. Oke.. Besok ya? Tau gitu ga bawa baju sekoper aku! Hah...", "Hahahaha kena tipu papa..", Ceklek "Mbak...", suara Fanda masuk ke dalam kamarku "Ya.. Ada apa?", "Aku boleh ikut ga ke Surabaya? Mau main sama temenku", "Bukannya kamu punya mobil sendiri? Ngapain nebeng sama aku?", "Ga boleh sama papa kalo kesana sendiri!", "Ya udah..", "Makasih..", Brak... "Set... Dah.. Gitu doang? Asem deh!", umpatku "Whahahahha... Udah tau adeknya kek gitu... Masih aja ngumpat", sahut Al
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN