Aku dipaksa kembali ke rumah Xander. Sepanjang perjalanan aku memang memikirkan perasaanku. Xander selalu berhasil membuatku terbuai. Apakah ini cinta? Tapi kurasa aku hanya terbuai dengan pesonanya. Aku belum sepenuhnya mencintainya. Aku masih belum bisa memikirkan bahwa aku akan menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Namun saat sebuah ide untuk pergi meninggalkannya terlintas dalam otakku itu membuatku bergidik. Aku tidak ingin membayangkan saat-saat aku kembali ke tempat dimana aku tidak bisa bertemu dengannya lagi. Usapan dipunggungku membuyarkan lamunanku. “Ada apa?” Aku mendongak melihat mata jernihnya. Selamanya aku akan terperangkap di kedalaman matanya. Aku menggeleng dan mengeratkan pelukanku, menyembunyikan kepalaku di d**a bidangnya. Dia mengecup puncak kepalaku ringan.

