Cici POV
Menikah dengan Fajar bukanlah impianku, karena sebelum berkenalan dengan Fajar aku sudah memiliki kekasih namanya Bagas. Kami pacaran sudah cukup lama, sejak aku masih semester satu waktu kuliah. Bagas kakak tingkat ku. Gaya pacaranku dengan Bagas sudah sampai ke ranah ranjang, sampai suatu ketika aku hamil, tapi Bagas bilang belum siap untuk menikah dan dia memintaku untuk menggugurkan kandunganku kalau tidak dia akan meninggalkanku. Aku kalut, aku gak mau dibuang gitu aja setelah apa yang sudah kami lalui selama ini. Belum lagi jika orang tuaku tau, aku bisa-bisa dibunuh ayahku jika tau aku sudah mencoreng nama baik keluarga kami. Akhirnya ku putuskan untuk menggugurkan kandunganku.
waktu terus berlalu, hubunganku dengan Bagas mulai tidak baik-baik saja, dia mulai menghindari ku. Bagas selalu beralasan jika aku ingin berjumpa dengannya. Dia sudah tidak ada waktu lagi untukku, hal ini membuatku stress. Aku mau bunuh diri saja, tapi dua orang sahabatku Eliza dan Nova selalu menghalangi niatku untuk bunuh diri. Mereka selalu menguatkan ku agar aku jangan putus asa, menurut mereka tinggal cari gantinya saja kalo sudah putus, selesai masalah. Ngapain harus menangis berhari-hari sampai nekat mau bunuh diri. Eliza dan Nova tidak tau jika aku pernah menggugurkan kandungan ku, kalo masalah hubungan ranjangku dengan Bagas mereka tau karena aku sudah cerita ke mereka. Awalnya mereka kaget, karena mereka kalo pacaran gak pernah begituan apalagi si Eliza, dia aja punya pacar jauh di seberang lautan sana alias LDR. Mana mungkin akan melakukan hal demikian, si Nova juga LDR an sama pacarnya.
flashback on
Hari ini aku mau bunuh diri lagi, kulemparkan gelas hingga pecah, kuambil satu bagian pecahan gelas tersebut. Ingin ku goreskan ke nadi ku, tapi tiba-tiba pintu kamar kos ku di gedor-gedor dari luar, siapa lagi kalo bukan Eliza dan Nova.
"Gila kamu ya, mau bunuh diri beneran kamu?" semprot Nova sambil merebut pecahan gelas di tanganku.
" aku mau mati aja kak, gak ada gunanya aku hidup, gak ada kak, tengoklah si Bagas tu dia malah selingkuh sama si Fitri," aku berteriak.
" Tapi menyelesaikan masalah juga gak gini Ci, kamu pikir dengan kamu mati semua masalah kamu selesai? kamu mikir gak sih gimana orang tua kamu kalo kamu bunuh diri?" Eliza juga malah meneriaki ku.
" aahhhhh,,,, benci aku sama Bagas kak, benci kak, huhuhuhu" aku menangis dalam pelukan Eliza.
" setelah semua yang dia perbuat ke aku kak, setelah aku menyerahkan keperawanan ku sama dia, ini yang dia buat ke aku kak, dia ninggalin aku kak, dia selingkuh sama Fitri kak, apa kurangnya aku kak, apa?? kok dia tega kayak gini ke aku, semua yang aku punya dah aku serahkan ke dia, sampai uang kuliah dia pun aku bantu bayarnya kak, tapi kok dia tega sama aku kak" aku meraung menumpahkan sakit hatiku.
" sabar Ci sabar, mau di sesali juga semua udah terjadi Ci, sekarang Ci lebih baik bertobat sama Allah, jangan pernah buat lagi kesalahan yang sama di masa depan, Bagas pasti akan nerima karma atas apa yang udah dia perbuat ke Ci. Suatu saat dia akan merasakan sakit melebihi sakit yang diberikan ke Ci," ucap Eliza sambil mengelus punggung ku.
Kedua sahabatku ini yang selalu menguatkanku saat aku terpuruk, apalagi Eliza dia selalu ada saat aku membutuhkannya. Saking dekatnya aku sering menginap di rumahnya saat itu, ibu dan ayahnya juga baik padaku. Saking dekatnya kami sampai-sampai Eliza meminta ku agar jangan sampai punya rasa cinta pada abangnya. Karena menurut Eliza aku ini sudah seperti adiknya sendiri. Tapi abangnya selalu saja berusaha mendekatiku. Hatiku yang sedang galau karena penghianatan Bagas terhadapku membuatku nyaman dengan semua perlakuan abangnya Eliza karena dia bisa membuatku kembali bersemangat menjalani hidupku.
Kedekatan ku dengan bang Fajar ku sembunyikan dari Eliza, aku tidak mau Eliza tau kalo kedekatan kami saat itu sudah sampai merusak hubungan persahabatan kami. Aku pikir saat itu kedekatan kami hanya sebatas teman tapi mesra saja, ternyata Bang Fajar ingin memiliki ku seutuhnya. Padahal saat itu Bang Fajar sudah punya pacar namanya Maya. Entah Setan apa yang merasuki hati dan pikiranku saat itu, aku menerima bang Fajar menjadi kekasihku, aku tidak peduli dengan Maya yang jelas-jelas pacar dari Bang Fajar. Toh janur kuning belum melengkung berarti masih milik bersama kan.
Meskipun aku sudah tidak lagi perawan tetapi Bang Fajar mau menerimaku apa adanya. Dia juga percaya semua yang ku katakan, entah karena dia sangat mencintaiku sehingga dia mau tidak mempermasalahkan statusku.
Sejak aku dan Bang Fajar resmi jadian aku mulai jarang jalan ke rumah nya, karena Bang Fajar bilang kalo dia sudah menyampaikan niatnya untuk melamar ku tapi orang tuanya tidak setuju. Kata Bang Fajar sampai dia mau stress dibuat orang tuanya. Aku tau ini semua pasti karena Eliza sudah cerita kepada orang tuanya tentangku.
Meskipun orang tuanya tidak setuju kami tetap melanjutkan hubungan kami, kami tetap sering ketemuan diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya dan Eliza. Sampai akhirnya Bang Fajar ngajak kawin lari. Awalnya aku gak setuju, tapi karena bang Fajar memaksa dan berjanji akan selalu membahagiakanku, menomorsatukan aku akhirnya aku luluh. Kami pun menikah siri, setelah menikah kami kembali ke rumah kami masing-masing. Jika kami kepengen kami akan menyewa penginapan untuk melakukannya. Tapi lama-kelamaan aku gak betah kalo gitu terus, aku mau kami tinggal bersama dan akhirnya kami ngontrak tidak jauh dari tempat Bang Fajar bekerja.
flashback end
"Abang berangkat kerja dulu ya sayang," ucap suamiku.
" Iya sayang, hati-hati kerjanya ya, nanti langsung pulang jangan mampir kemana-mana," jawabku sambil mencium tangannya.
"iya sayang," jawabnya sambil mengecup keningku.
Sepeninggal suamiku, aku beberes rumah dan mulai berselancar di dunia maya. Sudah seminggu kami tinggal di sini, menurut ku lingkungan kontarakan ku ini terlalu sepi, apalagi di sini mau kemana-mana jauh. Aku mulai update status di f*******: ku dengan menuliskan kata 'sepi, gak enak kali disini' ternyata banyak yang nanya aku dimana kok merasa sepi. Tapi anehnya Eliza maupun Nova gak ada nanya aku lagi dimana. Tapi bodoh amat, saat ini aku sudah merasa bahagia meskipun status pernikahan ku hanya nikah siri tapi yang penting kami tidak berzina. Hubungan kami halal Dimata agama.
Entah mengapa mendadak aku kangen banget sama ibuku, sudah seminggu aku tidak mengabarinya. Sampai saat ini pun ibuku belum tau kalo aku dah nikah. Ibuku taunya aku kerja sambil kuliah. Sejenak aku merasa bingung bagaimana nanti memberi tau ibuku tentang pernikahanku ini, karena gak mungkin akan ku tutupi selamanya. Saat aku memikirkan itu semua mendadak hp ku berdering ternyata ibuku yang menelpon.
"Assalamualaikum bu, ibu apa kabar? tumben ibu nelpon Cici," tanyaku saat telpon tersambung.
"Alaikum salam, kabar ibu baik, apa gak boleh ibu nelpon anak ibu sendiri? Kau dah seminggu ni gak ngabarin ibu, kenapa rupanya? sehat-sehat aja nya kau kan?" berondong ibuku dengan pertanyaan.
" hehehe,, Cici sehat kok Bu, Cici gak ada pulsa buat nelpon ibu," jawabku.
" Oh gitu, kapan kau pulang? Udahlah gak usah ngekos lagi kau, biar ibu belikan motor buatmu pergi kuliah ya,"
" Gak usah Bu, aku ngekos aja disini sambil kerja, duit ibu disimpan aja buat adik sekolah Bu."
"Banyaklah alasan kau ya, udah dulu kalo gitu ya Ci. Ibu mau ke pasar lagi, baik-baik kau ya, jaga diri jangan buat macam-macam ya. Assalamualaikum."
"iya Bu, Alaikum salam."
Tes,,, setetes air mataku jatuh setelah ku tutup telpon ku. Maafkan aku Bu, sudah terlalu dalam membohongimu.