Wrong Time, Wrong Place, Wrong Person

1892 Kata

Arzelion itu saksi atas seluruh pembunuhan yang Nael lakukan. Bukan tanpa alasan, Nael selalu melakukan pembunuhan di depan mata Arzelion, secara sengaja maupun tidak disengaja. Seperti pembantunya dulu, Nael bahkan dengan gampang mendorongnya dari lantai 3 tepat di hadapan Arzelion—tanpa beban, dengan senyuman yang begitu puas. Arzelion sangat paham bahwa Nael benci jika keinginannya ditentang. Nael selalu menunjukkan betapa unggulnya dirinya dalam segala hal. Jika dia menginginkan sesuatu, maka semuanya harus terwujud. Atau mungkin akan ada yang mati lagi. Seumur hidupnya, Nael tidak pernah sekalipun dikecewakan. Sekali kecewa, itu karena ayahnya menikahi seorang wanita biasa dari kalangan rendah, dan menggantikan ibunya. Nael tidak terima, Nael menolak kehadiran keluarga itu di rumahn

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN