Setelah menyapa kedua orangtuanya dengan singkat di bawah, Farel langsung bergegas naik ke kamarnya. Di tangannya ia menenteng beberapa makanan dan juga obat untuk Fania. Selama bekerja, Farel sulit fokus karena terus mengkhawatirkan Fania. Bagaimanapun ia masih merasa bersalah karena meninggalkan gadis itu begitu saja kemarin saat di kampus. "Assalamu'alaikum.." Farel menjajakkan kakinya di dalam kamar setelah membuka pintu dan mengucap salam dengan suara pelan. Tak mendapat balasan salam dari Fania, ia melihat Fania sedang terlelap di dalam balutan selimut. Farel meletakkan barang bawaannya di atas nakas lalu duduk di sebelah Fania yang sedang tertidur. Ia melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul 18.45 malam. Perasaan menyesal mulai menyeruak karena nyatanya ia telat pulang kerja

