Tak seperti hari-hari sebelumnya, Fania selalu bimbinga bersama dengan Farel. Jadwal bimbingan keduanya secara kebetulan ada di hari dan jam yang sama. Tapi untuk kali ini, Fania mendapatkan jadwal bimbingan tambahan bersama dengan Pak Gibran jam 3 sore. Fania melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan. Ia langsung berbelok menuju rak buku sejarah. Tempatnya dengan Pak Gibran biasa bimbingan. Sebagai mahasiswa pejuang kelulusan, Fania tentu menerima dengan senang hati jika Pak Gibran meminta bimbingan tambahan. Selain cepat lulus, Fania bisa cuci mata sedikit dengan dosen tampan nan pandai satu itu. Ups! Fania langsung beristighfar menyadari niat buruknya. Ia langsung membayangkan wajah Farel yang menatapnya tajam setiap mereka membicarakan soal Pak Gibran. Fania bergidik ngeri membayang

