BERTEMU KEMBALI

1439 Kata
Seminggu berlalu, dan malam yang ditunggu pun tiba. Anggun membenahi penampilannya untuk sekian kalinya sebelum keluar dari mobil. Dia tersenyum sangat puas. "Aduh.. lo cantik banget, Gun! Sepertinya Tuhan terlalu sayang sama gue, buktinya gue dikasi kecantikan yang mencapai level 100. " memuji diri sendiri. Setelah membanggakan penampilannya sendiri, Anggun pun keluar dari mobil. Gadis itu melangkah dengan anggun memasuki hotel dimana acara ulang tahun Melly dilangsungkan. Anggun melangkah perlahan memasuki ballroom hotel. Ketika ia tiba di ruangan itu, semua para tamu undangan yang juga mulai memadati ruangan itu menoleh kearah Anggun. Jangan tanya kenapa, penampilan Anggun malam ini benar benar sexy dan mempesona. Dress berwarna merah maron dengan tali spaghetti di kedua pundaknya membuat punggung dan leher Anggun terekspos. Belum lagi belahan di sebelah kiri hingga sebatas pahanya membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan menelan ludah. Rambut yang dia sanggul keatas dan menyisakan beberapa helai dia biarkan tergerai di bagian kanan dan kiri wajahnya serta make up naturalnya membuat Anggun menjadi pusat perhatian di sana. Anggun yang menjadi pusat perhatian lantas mengernyit bingung. "Apa ada yang salah sama penampilan gue, ya? " batinnya seraya melirik kearah orang orang yang memperhatikan. Anggun bahkan bisa mendengar beberapa orang yang berbisik saat Anggun melewati mereka. "Atau jangan jangan gue tadi melewatkan salah satu bagian dari make up gue makanya penampilan gue jadi aneh? " monolognya lagi seraya menyentuh beberapa bagian di wajahnya sambil mengingat proses saat dia memoles make up sebelum datang. "Tapi perasaan tadi sebelum keluar dari mobil gue udah ngaca dulu. " tambah Anggun lagi sambil terus berpikir jika sama sekali tidak ada masalah pada penampilannya. Ia bahkan sudah mengecek deretan giginya andai andai ada lipstik atau mungkin cabe yang menempel. Ia masih belum peka mengapa orang orang memperhatikannya. Wajahnya yang cantik, tubuh yang tinggi dan langsing, serta merta menjadikannya bahan sorotan di sana. Tapi karena merasakan ragu, Anggun memilih untuk mengecek kembali penampilannya. "Mending gue ke toilet aja kalo gitu. " putus Anggun kemudian. Namun ketika Anggun hendak membalikkan tubuhnya, dia justru menubruk d**a seseorang. "Eh, sorry sorry gue nggak senga_ " Anggun tak dapat melanjutkan kalimatnya ketika menyadari ternyata sang pemilik d**a bidang itu adalah seseorang yang baru baru ini ia kenal. "Kamu! " seru pria dihadapannya itu. Anggun merapikan penampilannya kemudian tersenyum. "Eh, kita ketemu lagi. Apa kabar, ganteng? " goda Anggun mencoba basa basi. Sebenarnya ia berniat untuk menghindar, namun sepertinya ia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik walau untuk sekedar berkenalan dengan pria ini, bukan? Lagipula disini Anggun tidak mengenal satu orang pun. Jadi ada baiknya jika Anggun mencari teman mengobrol, dan mungkin pria di depannya ini bisa ia jadikan teman mengobrol. Pria yang tidak Anggun ketahui namanya itu malah tersenyum miring. "Jangan pura pura sok kenal denganku. Dasar perempuan murahan! " Mata Anggun membelalak seketika, ia tidak mengira pria itu justru mengatainya dengan perempuan murahan. Oh, Anggun lupa, bahkan di club waktu itu pria ini juga menganggap dirinya sebagai wanita penghibur. Ckk... Sialan!! "Hey, tolong mulutnya dikondisikan wahai kaum adam? " geram Anggun. Emosinya mulai tersulut begitu saja. Ia bahkan melupakan tujuan sebelumnya yang hendak ke toilet. Pria itu maju selangkah, "Kenapa? Apa kamu keberatan jika aku mengatakan kamu murahan? " balas pria itu penuh ejek. Kedua tangannya bersidekap disertai matanya menyoroti Anggun dari atas hingga bawah. Anggun yang keras kepala itu justru tak mengenal takut. Ia membalas dengan tangan yang menyilang di d**a, lantas mendongak untuk melihat pria itu. "Jelas donk gue keberatan! Itu termasuk dalam kategori pencemaran nama baik. Dan itu melanggar hukum! Kalo gue ngelaporin elo, elo bisa dapet hukuman. Mau? " Anggun mengancam dengan penuh penekanan. Bukannya takut, pria itu justru terkekeh. Seakan akan ucapan Anggun itu adalah sebuah gurauan. Pria itu lantas mendekatkan wajahnya ke telinga Anggun. "Boleh dicoba. Aku suka bermain dengan hukum. " bisiknya pada Anggun. Anggun bahkan bisa merasakan aura dingin hanya dari suara pria tersebut. Anggun baru pertama kali berhadapan dengan orang seperti ini. Ia jadi merinding sendiri. Dengan susah payah ia menelan salivanya sambil mengerjapkan kedua matanya seperti orang bodoh. Karena biasanya, jika Anggun berurusan dengan seseorang terlebih itu adalah seorang pria, Anggun pasti tak akan pernah merasa takut ataupun gentar. Tapi sepertinya pria di hadapannya kali ini berbeda. "Gila! Ini orang waras nggak, sih? Kok sukanya main sama hukum? " batin Anggun mulai cemas. Pria itu lantas melangkah maju satu langkah, otomatis membuat Anggun ikut melangkah mundur karena jarak yang mulai mengikis di antara mereka. "Lagipula, semua orang pasti akan mengatakan hal yang sama jika melihat penampilanmu. Baju yang kamu pakai sangat terbuka, itu sangat mirip dengan seorang jalang. " lagi dan lagi si pria itu mencibir Anggun dengan sebutan w************n. Tidak kah ia tau jika mereka sekarang sedang berada dimana? Anggun tak tahan, telinganya terasa panas setiap kali mendengar pria itu menyebutnya dengan w************n. Ia lantas mendengus dengan tangan yang ikut terkepal kuat. Ingin rasanya memberikan satu bogem mentah untuk pria ini. Tapi Anggun masih waras karena ia mengingat jika ia kini tengah berada di keramaian. "Bisa nggak sih' lo sopan dikit kalo ngomong? " semprot Anggun akhirnya. Pria itu itu menggeleng dengan pelan. "Apa tidak salah jika kamu bicara tentang kesopanan padaku? Sedangkan malam itu kamu datang dan langsung nyosor pada ku? " Mak jleb! Ucapan pria itu membuat Anggun tak bisa mendapatkan kalimat lagi untuk membela diri sekarang. "I-itu... " Anggun menunduk, merutuki kebodohannya. Kenapa ia harus bertemu dengan pria itu disini? Dan kenapa juga tadi ia harus meladeni pria ini? Memang benar seharusnya tadi ia langsung saja ke toilet. Pria itu menundukkan kepala, mengintip wajah Anggun yang tertunduk malu dan tak bisa berkata kata lagi. "Kenapa kamu diam? Bingung mau bilang apa? Bukannya hanya jalang yang akan melakukan hal memalukan seperti itu? " mulai lagi kan? Selalu saja sebutan yang tidak Anggun sukai itu ia ucapkan di setiap kalimatnya sejak tadi. Panas, Anggun sudah merasakan sangat panas. Dan ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Gadis itu lantas mengangkat kepalanya. Matanya melotot disertai bibir yang mengerucut kesal memandangi pria di depannya itu. "Bisa nggak sih' jangan bahas masalah malam itu disini? "Anggun berujar dengan berbisik. Terlalu lelah menahan geramnya. Matanya terus melirik kearah orang orang sekitar. Takut takut jika ada yang mendengar percakapan mereka yang menceritakan kelakuan bar bar seorang Anggun. Pria itu tidak menjawab, ia tetap terlihat sangat santai sekali. Anggun lantas menarik nafas lalu menghembuskannya dengan kasar. "Oke oke, gue minta maaf sama lo. Malam itu gue mabuk berat, jadi gu___" "Apa? Kamu akan bilang kalau kamu mengira jika aku ini adalah kekasih kamu? Iya, begitu? " potong pria itu cepat. "Busyeet... Nih orang bisa telepati kali ya, sampe bisa baca pikiran gue? Apa jangan jangan otak gue transparan sampe dia bisa ngeliat isi otak gue? " batin Anggun berteriak. Anggun meringis. Susah sekali mencari alasan yang tepat. Gadis itu lantas menggaruk kepalanya dengan telunjuk, ia merasa sangat bodoh di depan pria ini. "Iya sorry deh sorry, gue mau ke toilet dulu. Byee.. " Anggun memilih untuk mengalah dan pergi saja. Jika terus meladeni pria ini maka tidak akan ada habisnya. Bisa bisa sifat bar barnya keluar dan mengamuk disini, membuat pesta ini jadi kacau. "Kamu tidak bisa pergi gitu saja. " pria itu mencekal lengan Anggun, membuat Anggun harus menghentikan langkahnya. "Lepasin gue! Maunya lo apa sih? "Anggun berontak, mencoba melepaskan tangannya dari cekalan pria dingin itu. Bahkan beberapa pasang mata kini melihat kearah mereka berdua. "Nona Anggun, " sapa seseorang, membuat Anggun dan pria itu menoleh ke asal suara itu secara serempak. Dan Anggun memanfaatkan moment ini untuk bisa melepaskan cekalan tangannya dari pria itu. "Eh, nona Melly, " balas Anggun ramah, membuat Melly sang empunya acara tersenyum padanya. Anggun segera memberikan kado kecil dengan pita berwarna merah itu pada Melly sebagai hadiah. "Happy birtday ya Nona Melly, aku doain semoga di pertambahan umurnya yang semakin dewasa ini nona Melly bisa semakin sukses dalam karier dan juga bisa di pertemukan dengan jodohnya. " ucap Anggun sambil memeluk Melly. "Amin. Makasih ya Nona Anggun. " balas Melly seraya mengurai pelukan mereka. "Saya juga berharap nona Anggun bisa segera dipertemukan dengan jodohnya. " Anggun tersenyum. "Terimakasih atas doa nya nona Melly. " Melly lantas menoleh pada pria dingin disebelah Anggun itu. "Ada tuan Devan juga ternyata. Selamat malam tuan Devan. " sapa Melly. "Malam juga nona Melly. " balas Devan. "Lama tidak jumpa. Bagaimana kabar anda?" "Baik, " jawab Devan singkat. "Acara dansa sudah dimulai, jadi bisakah saya berdansa dengan tuan Devan? " tanya Melly sesaat setelah MC di depan sana mengumumkan jika acara dansa telah dimulai. Dan semua tamu dipersilakan untuk berdansa dengan pasangannya. "Maaf, saya sudah memiliki pasangan untuk berdansa. " Devan lantas menarik lengan Anggun dan langsung memeluk pinggang Anggun agresif.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN