Anggun tiba dirumahnya tepat jam satu dini hari. Gadis itu melangkah dengan cepat memasuki rumahnya karena tak sabar ingin bertemu dengan Mamanya yang tadi mengiriminya pesan. Anggun bisa memastikan jika Mamanya sekarang pasti tengah duduk diruang tengah menunggu dirinya untuk diceramahi karena kebiasaannya yang selalu keluyuran ke club malam itu. Tapi Anggun hanya akan diam sambil menutup telinga saja jika itu terjadi, seakan akan ocehan Mamanya sudah biasa untuknya. Benar benar cewek bar bar... !!!
"Mama.. I am coming.. " Anggun berseru sambil menenteng sepasang heels nya di tangan.
"Eh, non Anggun baru pulang? " sapa salah satu asisten rumah tangga yang biasa di panggil mbok Imah yang kebetulan sedang mengambil air minum di dapur.
"Iya mbok, Anggun baru aja pulang. Mama mana? " tanya Anggun seraya menghempaskan bokongnya pada sofa.
Bukannya langsung menjawab, kepala Mbok Imah justru tertunduk.
"Nyonya baru saja pergi, non. " ujarnya lesu karena mbok Imah paham jika ia mengatakan itu Anggun pasti akan kecewa.
"Pergi? " ulang Anggun dengan kedua alis terangkat. Mbok Imah hanya mengangguk lemah.
"Jam segini? " lagi lagi mbok Imah mengangguk. "Kemana? " Anggun terus bertanya.
"Mbok kurang tau, non. Kata Nyonya ada urusan mendadak. Makanya tadi buru buru. " terang mbok Imah pelan. Berharap Anggun tidak kecewa dan kesal seperti biasa.
Anggun mendengus sambil menghentakkan kakinya. "Ihh.. ada urusan apa sih sebenernya? Sampe harus pergi di jam segini? " dumel Anggun seraya mengerucutkan bibirnya. Maklum saja, ia jarang bertemu dengan Mamanya karena beliau yang merupakan wanita sosialita yang selalu mengikuti kemanapun suaminya dinas. Hingga pada akhirnya Anggun yang merupakan putri semata wayangnya menjadi korban dari kesibukan kedua orang tuanya.
"Emangnya Mama nggak kangen sama Anggun, apa? " Anggun masih terus mengoceh dan ocehannya itu dapat di dengar oleh mbok Imah yang masih berdiri disampingnya.
Melihat raut wajah kecewa sang majikan, mbok Imah langsung mengambil duduk di sisi sofa yang kosong sebelah Anggun.
" Non Anggun nggak boleh ngomong gitu. Nyonya pasti punya alasan sendiri makanya pergi. Dan tidak cuma non Anggun aja yang kangen, Nyonya juga pasti kangen sama non Anggun." ujar mbok Imah mencoba menenangkan Anggun.
"Tapi kenapa Mama nggak nungguin Anggun pulang dulu, mbok? Seenggaknya kan' Anggun bisa ketemu biar sebentar doang. Anggun udah seminggu nggak ketemu sama Mama. " dumel Anggun lagi dengan sedih.
Mbok Imah hanya dapat tersenyum, tangannya terulur untuk mengelus punggung Anggun yang hanya berbalut tang top.
"Sabar non, nanti non Anggun juga pasti ketemu sama Nyonya. "
"Iya, harus banyak sabar nya kalo jadi anak orang sibuk mbok. " beo Anggun lagi.
"Huss, tidak boleh ngomong begitu. Tidak baik. " peringat mbok Imah. Anggun hanya terdiam sambil memijit pelipisnya.
"Non Anggun lapar? Biar mbok siapin makanan. " tanya mbok Imah mencoba mengalihkan topik.
Anggun menggeleng. "Nggak mbok, Anggun nggak laper. Anggun ngantuk, mau tidur aja. Capek! " tolak Anggun seraya bangkit dari sofa.
"Ya udah kalo gitu, Anggun ke kamar dulu ya mbok. " pamit Anggun seraya bangkit dari sofa.
"Iya non. " sahut mbok Imah.
Anggun segera bergegas menaiki anak tangga menuju kamarnya. Mbok Imah yang masih duduk di sofa hanya bisa menatap punggung Anggun,dia tau jika Anggun saat ini tengah kecewa dan membutuhkan waktu untuk menenangkan diri karena terpaksa harus menahan .
????
Seorang pria dengan postur tubuh yang tinggi dan gagah menggunakan tuxedo berwana putih tengah berdiri di atas karpet merah yang penuh dengan taburan kelopak bunga mawar. Pria itu berbalik, melihat wanitanya tampil sangat cantik dengan balutan gaun berwarna putih berjalan kearahnya. Anggun melangkah semakin mendekat, pria di depannya itu menyodorkan sebelah tangannya ke depan dan kemudian berlutut. Dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah dari dalam sana kemudian membuka kotak itu.
Anggun terkesiap, menutup mulutnya tak percaya. Pria tampan dengan manik mata berwarna coklat bak pangeran Yunani itu mendongak kearahnya dan meraih tangannya dan bersiap memasukkan cincin kejari manis Anggun. Namun ketika cincin itu hendak masuk kejari manis Anggun, tiba tiba..
Drrtt.... Drtt....
Dering ponsel milik Anggun berbunyi membuat Anggun terbangun dari mimpi indahnya. "Sialan! Ternyata tadi gue cuma mimpi? " Anggun mengumpat kesal seraya bangkit dari tidurnya dan langsung meraih benda pipih yang membuat mimpi indahnya hancur seketika itu.
"Ini lagi, siapa sih yang nelpon pagi pagi? Ganggu orang lagi mimpi indah aja. " gerutu gadis itu lagi sambil melihat nama kontak yang memanggil.
Dengan amarah yang menggebu gebu, Anggun akhirnya menggeser tombol berwarna hijau di ponselnya itu. "Hallo! " semprot Anggun galak saat mengetahui jika sang penelpon tak lain adalah Amel.
"Aduh, galak amat sih' kaya kucing oren! " ejek Amel dari sebrang sana.
"Bacot! Ngapain lo nelpon gue pagi pagi? " sentak Anggun kembali.
"Pagi? Lo nggak punya jam apa di rumah? "
Ini udah jam 10 Anggun.. " Amel membalas tak kalah galak juga. Dengan muka bantalnya, Anggun seketika langsung menatap jam dindingnya yang memang sudah menunjukkan jam sepuluh. Apa itu masih bisa disebut pagi? Anggun lantas menepuk jidatnya dan meringis sendiri. Merutuki kebiasaan buruknya yang masih suka bangun siang.
"Bodo! Yang jelas ini masih pagi buat gue. " Anggun mengelak karena tak mau kalah.
"Emangnya lo nggak ke butik? "
"Pergi dong, tapi ntar siang. Ada apa emang? "
"Nggak ada sih, gue cuma pengen pastiin aja kalo lo masih hidup. Soalnya tadi gue baru aja mimpiin lo metong. "
Mendengar ucapan Amel, seketika mata Anggun langsung membelalak.
"Sialan! Jadi lo sumpahin gue meninggoy 'gitu? "
Terdengar suara kekehan dari Amel.
"Bukan itu maksud gue, kan tadi gue bilang cuma mimpi, gimana sih? "
"Setau gue nih ya, kalo orang yang elo mimpiin mati itu biasanya dia lagi kekenyangan. "
"Emang lo kekenyangan? " Tanya Amel penasaran. Dia baru tau jika memimpikan orang mati itu pertanda jika orang tersebut tengah kekenyangan.
Anggun memutar bola matanya dengan malas. "Iya. Kekenyangan minum gue kemarin sampai mabok. "
Amel sontak tergelak di tempatnya. "Hahaha..Bukannya kekenyangan karena ciuman sama cowok kemarin ya? " sindir Amel membuat Anggun terdiam sepersekian detik. Ia jadi kembali mengingat kejadian yang hampir ia lupakan semalam.
"Eh, ngomong ngomong...gimana rasa bibirnya tuh cowok, Gun?? Manis aja atau manis banget..? " Amel kembali menggoda yang sontak membuat Anggun langsung memegang bibirnya, jika mengingat itu Anggun benar benar ingin menenggelamkan dirinya saja sekarang. Gadis itu lantas menggelengkan kepala, membuang jauh jauh ingatan semalam yang sangat memalukan yang pernah ia perbuat. "Dasar omes! Jangan ingetin gue lagi sama kejadian itu. " ketus Anggun kesal.
"Loh, kenapa?? Kan' gue penasaran. Lo kan belum sempat cerita kemarin. " Amel ini memang tipe cewek yang sangat kepo. Walau sudah di peringati masih saja mencari tau. Yaah... Namanya juga wanita, selalu ngeghibah hal yang tidak penting.
"Nggak ada alasan! Pokoknya jangan bahas itu lagi, gue nggak suka! " omel Anggun lebih serius dan tak terbantahkan.
"Hahaha... Jangan bilang lo malu? " Skak mat untuk Anggun.
Anggun tak bisa berkata kata lagi. Semua ucapan Amel memang benar adanya. Sekarang pipinya langsung memanas begitu saja. "Berisik!! Udah ah, gue mau mandi dulu. Bye..! "
"Tut... Tut... "
Anggun menutup sambungan telponnya secara sepihak. Jika terus meladeni Amel maka tak akan ada habisnya. Lagipula ia harus segera membersihkan diri dan bergegas ke butik miliknya.
????
Anggun baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran butik miliknya.
"Kampret emang tu si Amel, pagi-pagi udah bikin mood gue hancur aja. " Anggun kembali mendumel ketika ia kembali mengingat mimpinya yang sempat terganggu karena panggilan dari Amel. "Aaa....mimpi ketemu sama pangeran gue jadi harus kepotong gara gara Amel, " dengusnya lagi sambil menghentakkan kaki.
Setelah puas dengan ocehannya pada Amel yang entah dimana keberadaannya. Anggun lantas keluar dari mobil dan segera melangkah masuk kedalam butik. Semua karyawan di butik langsung menyapa dirinya dengan senyuman dan tundukan kepala dan dibalas senyuman oleh Anggun. Meskipun Anggun dikenal dengan sifat bar barnya, namun ia juga sangat ramah pada karyawan butiknya. Anggun hendak naik ke ruangannya yang berada di lantai dua, namun saat hendak menaiki anak tangga seseorang menghampiri nya. "Siang mbak, " sapa salah seorang karyawan dengan ramah. Anggun memang tidak mau jika karyawannya memanggilnya dengan sebutan ibu, nyonya ataupun bos, karena menurutnya ia masih terlalu muda jika di panggil ibu. Dan Anggun juga tidak mau karyawan jadi merasa sungkan padanya jika mereka memanggilnya dengan sebutan bos atau nyonya. Begitulah Anggun.
"Siang. " jawab Anggun. "Apa hari ini ada pelanggan yang datang?" tanya Anggun kemudian.
Karyawan itupun mengangguk. "Iya, tadi mbak Melly datang mengecek gaun yang beliau pesan untuk minggu depan, mbak. Beliau tanya apa gaunnya udah siap? "
"Kamu udah bilang kalo gaunnya akan selesai dua hari lagi? "
"Sudah mbak. "
"Terus dia bilang apa? Dia nggak keberatan 'kan? "
"Nggak kok, mbak. Mbak Melly cuma dateng memastikan. Katanya takut kalau gaun itu tidak bisa beliau pakai ke acara ulang tahunnya minggu depan. "
"Oke kalo nggak ada apa apa lagi, aku keatas dulu. " baru saja Anggun hendak menaiki anak tangga, karyawannya itu kembali memanggilnya.
"Tunggu, mbak, "
Anggun menoleh "Ada apa? " tanya Anggun dengan alis terangkat.
"Ini, mbak Melly titip undangan buat mbak Anggun untuk acara pesta untuk minggu depan itu. " karyawan itu menyodorkan selembar undangan kearah Anggun dan dengan sigap Anggun menerimanya.
"Oh, gue di undang juga ternyata. " beo Anggun seraya membaca undangan itu sesaat.
"Iya, katanya mbak Melly pengen liat mbak Anggun dateng ke acara itu karena mbak Anggun udah banyak berjasa dalam penampilannya selama ini. "
Anggun sontak langsung menoleh dengan raut tak percaya, "Serius dia ngomong gitu? " tanyanya penasaran dan dibalas anggukan kepala oleh karyawannya.
"Kurang lebih seperti itu lah mbak. Hehehe... "
Anggun terkekeh, "Haih, kamu ini ada ada aja." ujarnya.
"Udah ah, aku mau keatas dulu. " pamit Anggun akhirnya.
"Iya, mbak. "
Anggun naik ke lantai dua dimana ruang kerjanya berada. Dia pun mulai dengan aktivitasnya mendesain busana. Butiknya belakangan ini selalu ramai pengunjung yang membuat ia harus bekerja keras akhir akhir ini. Anggun memang dikenal dengan gadis yang memiliki sifat bar bar. Namun walau begitu, Anggun adalah atasan yang ramah pada karyawan butiknya. Selain itu, Anggun juga tipe gadis yang mudah berbaur dengan siapapun, hanya saja terkadang mulutnya yang pedas melebihi sambel mercon level 20 dan tidak bisa di kontrol jika sudah merasa kesal dan melihat orang disekitarnya tertindas. Anggun pasti akan jadi barisan terdepan jika menyangkut orang orang terdekatnya. Itulah sebabnya karyawan dan juga teman temannya sangat menyayangi Anggun.