"Hay ganteng! Boleh kenalan nggak? " dengan percaya diri tingkat dewanya, Anggun menyapa dan langsung duduk di samping pria yang kini menunjukkan wajah dinginnya.
Pria itu hanya menoleh kearah Anggun dengan ekor matanya sesaat. Jelas sekali jika ia tidak berminat sama sekali dengan ajakan perkenalan dari Anggun.
"Nama gue Anggun. " Anggun menyodorkan telapak tangannya kearah pria tersebut. Tapi lagi lagi pria tampan itu melengos, tak ingin membalas jabatan tangan Anggun yang menganggur.
Anggun mengerucutkan bibirnya karena diacuhkan. Ia menatap telapak tangannya yang terulur dan terabaikan. "Kasian banget sih' kamu tangan. Padahal kata Mama imunisasi gue dulu lengkap 'deh. Udah suntik campak juga. Tapi kok masih aja dicampakkan gini 'sih? " gerutu gadis itu sambil menepuk punggung tangannya sendiri. Terasa amat menyedihkan karena ini adalah pertama kalinya ia di acuhkan oleh seorang pria.
Tapi sedetik kemudian Anggun kembali memasang senyumnya seakan tak perduli. "Oke nggak apa apa, " ucapnya seraya mengibaskan rambutnya kebelakang.
Pria itu lantas menoleh sekilas. Menatap Anggun dengan mata menyipit serta wajah datar. "Maaf. Saya tidak membutuhkan wanita penghibur. Sebaiknya anda menyingkir, Nona! " sarkas pria itu dingin. Ia mengira jika Anggun adalah seorang wanita penghibur karena penampilannya yang terbilang sexy. Tank Top hitam yang memperlihatkan bahu putih mulusnya dan juga rok jeans sebatas paha yang mempertontonkan paha mulus dan kaki jenjang gadis itu, jelas akan membuat orang menilai jika ia adalah seorang wanita penghibur.
Anggun membelalakkan mata, tak percaya pada apa yang baru saja diucapkan oleh pria tersebut. "Hey! Jaga ucapan anda kisanak. Gue itu bukan wanita penghibur. " protes Anggun tak terima dikatai wanita penghibur. Sedangkan si pria hanya menggedikkan bahu tak peduli lalu kembali menyesap brandinya.
Anggun menghela nafas. Mencoba bersabar dengan si pria dingin tapi tampan disebelahnya itu. "Fine. Kali ini gue maafin. Untung lo ganteng. " gumamnya lirih. Jika bukan karena misinya untuk memanasi Dion, Anggun sebenarnya juga tidak akan sudi melakukan hal memalukan ini.
"Tapi..." Anggun bangkit dari duduknya, melirik ke arah belakang sesaat. Gadis itu kemudian mendekatkan badannya pada si pria. Dengan perlahan Anggun mendekatkan wajahnya, semakin dekat dan semakin dekat. Lalu tanpa diduga...
" CUP "
Satu ciuman dari Anggun mendarat di bibir pria tadi. Karena dirasanya pria dingin itu tidak menunjukkan perlawanan, Anggun membiarkan bibirnya menempel dengan bibir si pria itu cukup lama. Anggun bisa merasakan hembusan nafas pria berkemeja navy itu dari tempatnya. Aroma alkohol dan mint bercampur menjadi satu di sana. Anggun juga bisa mendengar suara teriakan heboh teman temannya dari arah meja mereka di sana.
Karena dirasa cukup, Anggun lantas menarik diri. Gadis itu tersenyum sambil menatap wajah pria dihadapannya itu yang masih terbengong kaku serta mengerjap bodoh.
Anggun menyeka bibirnya menggunakan ibu jari kemudian kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman miring. "Makasih. Bibir lo manis meskipun sikap lo jutek, " lontar gadis itu lalu kembali mendekatkan wajahnya disamping telinga si pria tampan yang belum ia ketahui namanya. "Tapi gue suka. " tambah nya berbisik kemudian beranjak dari sana.
Antara terkejut, shock atau mungkin jengkel, si pria itu justru terpaku di tempatnya. Namun di detik berikutnya setelah kepergian Anggun, pria itu akhirnya tersadar akan perbuatan yang dilakukan Anggun padanya tadi. "s**t!! " umpatnya seraya menyeka bibirnya menggunakan telapak tangan dengan kasar. Apa yang dilakukan Anggun tadi benar benar keterlaluan.Tapi ia juga tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Kenapa ia juga bisa menikmati bibir Anggun tadi.
"b******k! " pria itu kembali mengumpat untuk yang kedua kalinya sambil meninju angin. Ia geram sekaligus marah dengan kelakuan Anggun yang kelewat batas. Pria itu lantas meneguk brandinya didalam gelas hingga tandas kemudian berlalu pergi meninggalkan club'.
Bartender yang juga melihat aksi Anggun tadi hanya bisa menggelengkan kepala. Si bartender itu cukup kenal dengan Anggun karena Anggun adalah langganan tetap club tersebut. Namun bartender itu tak pernah menyangka jika gadis bar bar itu sampai berani melakukan hal yang gila seperti tadi. Apalagi mengingat jika pria yang baru saja Anggun cium tadi adalah seseorang yang terkenal sangat dingin.
Anggun berjalan menghampiri teman temannya yang sedari tadi sudah menunggu dirinya.
"Mantap, Gun! " Amel memberi dua jempolnya untuk Anggun.
"Wah.. lo keren, Gun. " timpal Jisa sambil memberi tos untuk Anggun.
"Gila! Gue nggak habis pikir sama yang lo lakuin barusan, Gun. " Erfi ikut berceletuk dan masih tak percaya.
Anggun tersenyum remeh. Merasa bangga pada apa yang baru saja ia perbuat. Ditambah oleh pujian dari teman temannya yang tidak ada akhlak itu. "Gimana? Hebat 'kan gue? " Anggun mengibaskan rambutnya kebelakang dengan bangga.
"Gue puas banget liat wajah kesalnya Dion, Gun." Amel berseru riang. Mengingat bagaimana tampang kesal mantan laknat Anggun itu.
"Serius lo? Dion tadi liat gue? " Anggun bertanya penasaran. Membayangkan bagaimana reaksi mantan pacarnya itu ketika melihat dirinya berciuman, oh ralat! Mencium pria yang jauh lebih tampan darinya.
"Beuuh.. dia langsung ngacir liat lo ciuman sama itu cowok. " Amel menjelaskan dengan menggebu gebu. Teramat sangat puas melihat betapa kesalnya wajah Dion tadi.
"Hooh. Puas.. banget gue liatnya. " Jisa mengangguk setuju.
"Sumpah, Gun. Lo bikin gue mupeng tau nggak? " Jisa ikut berceletuk tiba tiba sambil menggigit bibir bawahnya.
"Masa 'sih? " tanya Anggun menggoda.
"Kalo lo mupeng, buruan lo sosor si Rio sana! " celetuk Amel sengit.
"Ogah!" balas Jisa sinis sambil menggedik.
"Lah, kenapa? Bukannya lo lagi deket sama dia? " lanjut Amel.
"Siapa bilang? "
"Gue!" Amel menunjuk dirinya.
"Sok tau Lo!" salak Jisa galak.
"Loh, bukannya kalian emang lagi pedekate, Sa?" Erfi ikut buka suara.
"Nggak tuh, elo berdua aja yang sotoy." Jisa membalas dengan raut wajah kesal.
"Enak tuh, sotoy. Apalagi sotoy daging."
"Itu soto OON! S-O-T-O!" geram Amel pada Erfi yang sebenarnya hanya sengaja.
Anggun hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum. Kedua temannya ini selalu saja meributkan sesuatu yang kurang berfaedah. "Udah udah. Kok jadi pada ribut sih?" sela Anggun.
"Tau nih anak dua." cibir Erfi yang selalu jadi penengah.
Anggun kembali meneguk minumannya yang masih tersisa di dalam gelas. Gadis itu kemudian merogoh sling bag miliknya nya lalu mencari ponselnya. Anggun menscrol layar ponselnya yang terkunci dan ia dapat beberapa chat masuk. Anggun lantas segera membaca isi pesan itu.
"Gue harus balik sekarang nih, guys." ucapnya setelah membaca isi chatnya.
"Loh kok cepet banget, Gun?" tanya Amel.
"Cepet apanya? Ini udah jam dua belas zyeeng!" balas Anggun sambil terkekeh pelan. Bagaimana bisa jam dua belas malam dikatakan pulang cepat?
"Yaah, lo nggak seru, Gun." Jisa ikut berceletuk.
"Nyokap gue baru aja nge_chat gue. Dia bilang ada sesuatu. " Anggun menerangkan seraya beranjak dari tempatnya.
"Wokeh deh. Hati hati lo. " balas Amel.
"Gue balik ya..Bye bye..." Anggun mencangklong slingbag bag di bahunya seraya berpamitan pada ketiga temannya.
"Bye Anggun my queen... " jawab ketiganya serempak.
Anggun berjalan keluar club' sedikit sempoyongan karena pengaruh alkohol yang tadi ia minum. Beberapa kali tubuhnya hampir limbung, namun masih bisa ia tahan. Hingga akhirnya saat ia sampai di basement, Anggun langsung merogoh kunci mobil di dalam sling bag miliknya.
"Mana sih' kunci mobil gue? " gerutu Anggun sambil terus merogoh isi tasnya dengan brutal. Namun si kunci mobil yang tidak pengertian itu justru terjatuh. "Anjir! Kenapa harus jatuh sih? " umpat Anggun kesal ku.
Anggun membungkukkan badannya demi memungut kunci mobilnya yang terjatuh. Namun tiba tiba sebuah tangan sudah terulur lebih dulu memungut kunci mobil Anggun.
"Makas___" Anggun belum melanjutkan kalimatnya ketika menyadari siapa pemilik tangan yang baru saja memungut kunci mobilnya. Anggun menegakkan posisi badannya, begitu juga dengan orang tersebut.
"Lo!" tunjuk Anggun pada pria yang berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan disaku celana panjangnya yang licin. Pria itu berdiri tegap seraya menunjukkan wajah datar dan sikap dinginnya.
"Urusan kita belum selesai, nona." bisik pria itu pelan tapi berhasil membuat Anggun mematung sesaat. Tiba tiba Anggun merasakan bulu kuduknya berdiri saat mendengar nada dingin serta hembusan nafas yang hampir mengenai telinganya dari pria di depannya itu.
Tapi setelah mengucapkan kalimat singkat tersebut, pria itu justru berlalu meninggalkan Anggun yang masih kebingungan.
Anggun tersadar setelah sekian detik. Ia lantas memutar badannya kearah pria yang sudah lebih dulu melangkah. "Apa maksud dari ucapan lo? " tanya Anggun akhirnya. Namun lagi lagi pertanyaannya tak digubris oleh pria itu. Pria dingin dan tampan itu hanya mengedikkan bahu sambil terus melanjutkan langkahnya, acuh tak acuh pada Anggun.