ANCAMAN

1581 Kata
"Kenapa kamu terlalu percaya diri? Aku hanya tidak ingin kamu mabuk disini dan kembali mengulangi kejadian di malam itu. Jadi sebaiknya kamu berhenti minum. " sanggah Devan cepat cepat. Anggun tersenyum miring sambil melirik Devan sekilas kemudian berdecak. "Cih, gue nggak bakalan mabuk kalo sekedar minum ini. " balas Anggun sombong seraya mengangkat gelas yang berisi bir di tangannya. "Iya kamu tidak akan mabuk, tapi kamu bisa saja buat onar. " tambah Devan lagi mencibir. Anggun memutar bola matanya. "Ih, sok tau banget deh. Emang lo kenal gue? " sindir Anggun membuat Devan maju selangkah kearahnya. Pria itu tersenyum miring. "Tentu saja aku mengenalmu. " balas Devan. Namun Anggun yang tak ingin menghiraukan omongan Devan lebih memilih untuk meminum bir yang ia pegang. Karena ucapan Devan yang sudah pasti akan pedas bin menyakitkan itu hanya bisa membuat dirinya merasa bak orang yang sedang di ruqyah saja. PANASSSS...... "Namamu Anggun, putri satu satunya dari seorang mentri, memiliki tinggi tubuh 168 cm dan golongan darah O. Kamu sekarang sedang merintis usaha di sebuah butik yang ada di pinggiran kota. Mantan kekasih dari Dioni Abraham, seorang CEO dari Abraham corporation. Apa tebakanku benar? " jabar Devan dalam satu kali tarikan nafas. Tentu saja ucapannya itu sontak membuat Anggun segera menghentikan minumnya karena terkejut bahkan ia sampai tersedak, kedua mata Anggun pun membulat dengan sempurna. Anggun meletakkan gelasnya. Cepat cepat menoleh pada Devan yang terlihat santai sambil bersidekap tangan di d**a. Ia sudah memperkirakan reaksi terkejut Anggun sebelumnya. "Lo tau darimana semua hal itu? " Anggun mulai mengintrogasi. Ia tidak mengira jika Devan bisa mengetahui semua hal tentang dirinya. Anggun juga tidak menyangka jika Devan ternyata mengenalnya sejauh itu. Seingat Anggun, ia belum pernah mengatakan hal itu pada Devan. Boro boro mau ngobrolin tentang dirinya, saat ia meminta kenalan saja saat itu Devan tak menghiraukannya sama sekali. Kan Anggun jadi merasa aneh sendiri. Devan tersenyum puas. "Kenapa? Apa tebakanku salah? " ujar pria itu meremehkan. "Lo kayanya punya bakat jadi peramal deh, sampe golongan darah gue lo tau. " sindir Anggun masih heran. "Oh satu lagi. Aku juga tau kebiasaan buruk kamu yang masih sering ngompol di kas__" Anggun langsung membekap mulut Devan dengan cepat sebelum Devan melanjutkan ucapannya. Bisa malu setengah mati kalau sampai ada orang yang mendengarnya. Dasar Devan sialan! Mata Anggun celingukan menatap sekitar. "Lo kira kira dong kalo mau ngomong! Ini masih di pesta. Lo mau bikin gue malu? " bisik Anggun seraya menahan geram. Berharap orang orang di sekitarnya tidak mendengar ucapan Devan tadi tentang kebiasaan buruknya yang bahkan teman dan sahabatnya sendiri pun tidak mengetahuinya sama sekali. Devan menghempas dengan kasar tangan Anggun yang masih membekap mulutnya. "Malu? Memangnya kamu masih punya rasa malu? " Setahuku gadis seperti kamu sudah tak punya urat malu lagi. " Devan kembali mencibir. Tak suka pada Anggun yang terlalu gampang untuk skinship pada orang yang baru dikenal. Anggun menggertakkan gigi, ia tak bisa lagi membendung rasa kesalnya. "Ya jelaslah gue malu. Secara gue itu cewek. Dan omongan lo barusan itu bisa bikin orang jadi ilfil sama gue. Gimana, sih? " Anggun menggerutu sambil menahan emosi yang sudah naik level. Devan mungkin reinkarnasi dari seorang iblis yang sengaja dikirim untuk mengganggu dirinya malam ini. Pria itu selalu berhasil membuat emosi Anggun naik. Jika begini terus, bisa-bisa penyakit darah rendahnya akan berubah menjadi darah tinggi. Mungkin setelah pulang nanti Anggun harus langsung minum obat penenang. Anggun kembali menghela nafas. "Tapi gue heran, kok lo bisa tau semua tentang gue? Apa jangan jangan lo seorang paparazi? " Devan berdehem singkat, "Aku hanya asal menebak. " jawab Devan seraya mengambil segelas minuman yang langsung ia teguk. Bibir Anggun mengerucut, tau sekali jika Devan sedang berbohong. "Mana mungkin, kok semuanya bisa bener? " tanya Anggun penasaran. Ia harus tau dari mana asal sumber informasi yang membuat Devan bisa mengetahui semua hal tentang dirinya termasuk kebiasaan buruknya yang ternyata masih sesekali mengompol di kasur jika ia tengah mimpi buruk. Ckk... Anggun jadi kesal sendiri mengingat Devan bisa tau kebiasaan buruknya itu. Dia malu sekaligus jengkel. Devan mengibaskan tangannya, "Sudahlah, sebaiknya kamu pulang. Jangan membuat kekacauan disini! " bukannya menjawab, Devan justru mengusir Anggun agar segera keluar dari ruangan itu. "Eh... " Anggun tersentak ketika Devan mendorong bahunya agar segera meninggalkan ruangan itu. "Emangnya lo siapa gue? Perintah perintah gue. " caci Anggun tak suka. "Aku memang bukan siapa siapa kamu. Tapi aku bisa saja membuat kamu harus menuruti perintah ku kali ini. " imbuh pria itu dingin. Anggun menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik. Gadis itu lantas menatap Devan dengan nyalang. "Cih, lo pikir gue bakalan takut gitu sama ancaman lo! " Anggun sudah tak tahan lagi. Ia tak mau mengalah terus terusan pada Devan. Untuk apa juga Anggun harus takut! Lagipula, Devan pasti tak mungkin berani melakukan apapun padanya, bukan? Ucapan Devan pasti hanyalah sebuah omong kosong belaka. Ia hanyalah berdalih dan mengancam saja. Devan mengangguk samar. "Baik, kalau itu memang maumu. " Pria itu lantas merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponsel miliknya dari sana. Anggun menatap Devan ragu ragu. Dalam hati ia menggerutu, " Mau apalagi sih' dia? " Devan merapatkan wajahnya ke telinga Anggun sebelum berujar, "Tapi aku ingin tau, setelah aku memperlihatkan ini pada mu, apakah kamu masih berani melawanku? " bisik Devan seraya mengutak atik benda pipih itu lalu kemudian memperlihatkan sebuah video pada Anggun. Mata Anggun melebar dengan sempurna, "What the Fu**! " Anggun sampai tak sadar mengumpat dengan keras saat menonton video singkat di ponsel milik Devan. Orang orang di sekitar bahkan melirik kearahnya. "Sialan. Jadi lo bener bener punya rekaman malam itu? " tanya Anggun tak percaya sambil memelototi Devan. "Kenapa? Apa sekarang kamu takut? " Sindir Devan. Habis sudah semua kesabaran Anggun. Devan benar benar titisan iblis. Bagaimana pria itu bisa memiliki rekaman kejadian malam itu. Anggun geram. Ia tak bisa berkata kata lagi. Pria di depannya ini memang mengerikan. "Sebenarnya apa sih mau lo? Semenjak gue menginjakkan kaki gue disini, lo selalu ganggu dan menghina gue terus. " cecar Anggun tak bisa membendung amarahnya lagi. Devan menyunggingkan senyum seraya terkekeh. "Kan sudah ku beri tau. Segera tinggalkan tempat ini sebelum kamu membuat kekacauan lagi dengan sifat bar bar mu itu yang selalu nyosor pada laki laki yang tidak di kenal seperti layaknya bebek yang mencari makan. " papar Devan panjang lebar. Anggun tersenyum miring, wajahnya ia dekatkan pada Devan yang masih berdiri sambil memasukkan kedua tangan kedalam saku celananya. "Heh, lo diam diam perhatian sama gue. Jangan bilang kalo elo naksir sama gue? Ayo ngaku...? " Anggun mencoba menggoda Devan sambil menunjuk wajah Devan. Ia ingin membalas perbuatan Devan yang terus menerus menghinanya. Sudut bibir Devan tertarik membentuk seringai. "Jangan mimpi! " balas pria itu galak. Anggun mengerucutkan bibir. Gagal sudah rencana nya menggoda pria dingin di depannya ini. Sepertinya Devan ini memang anti pada segala godaan. Termasuk godaan gadis cantik seperti Anggun. "Cepatlah keluar dari ruangan ini jika kamu masih ingin saya tidak memutar rekaman itu disini. " Devan kembali mengusir. Dan kali ini Anggun memang harus benar benar meninggalkan tempat itu sebelum Devan menepati ucapannya untuk mempermalukan Anggun disini. Sebelum pergi, Anggun melotot sambil mengerucutkan bibirnya. Menunjukkan wajah super garangnya pada Devan. Tapi Devan ya tetap Devan. Pria itu tampak acuh sembari menggedikkan bahu tak peduli. Devan hanya ingin Anggun benar benar meninggalkan tempat itu secepat mungkin. "Dasar tukang perintah, sombong, sok bossy banget. Kenal nggak, maen perintah dan ngancem terus bisanya. " Anggun terus menggerutu seraya menghentakkan kakinya. "Sial sial sial... " kali ini Anggun meninju angin untuk melampiaskan amarahnya. "Kenapa sih' gue harus ketemu sama tuh cowok! Udah sukanya ngancem, terus ngatur ngatur gue juga. Iss.." "Huuh...., mending gue balik aja deh. Kalo disini terus gue bisa tambah bete lagi. " Anggun akhirnya memutuskan untuk pulang. Anggun berjalan keluar dan segera menuju parkiran dimana ia memarkirkan mobilnya. Setelah berada didalam mobil, gadis itu segera melepas heelsnya dan melemparnya ke kursi belakang. Anggun menyalakan kereta besinya dan mulai menyetir. Ia bahkan memutar lagu dengan suara yang sangat kencang seraya bernyanyi mengikuti lirik lagu yang ia puta. Berharap agar cara ini bisa menghilangkan rasa stresnya yang disebabkan oleh Devan. Anggun bernyanyi tanpa menghiraukan apapun. Lagu yang berjudul ' I am single i am very happy ' sengaja ia putar demi memberi semangat pada dirinya sendiri yang sekarang memang sedang menjomblo. Ketika tengah asyik bernyanyi, tiba tiba Anggun merasakan keanehan pada mobilnya. Anggun memilih menepi lalu turun dengan kaki telanjang untuk memeriksanya. "Dasar ban sialan! " umpat Anggun seraya menendang ban belakang mobilnya yang ternyata bocor. Anggun memegang kepalanya yang tiba tiba pening. Ia sudah cukup kesalahan dengan Devan, tapi ia justru kembali tertimpa masalah sekarang. "Biasa bisanya dia bocor dipinggir jalan! Mana jalanan sepi banget lagi. " Anggun kembali mengoceh sambil memperhatikan jalanan sekitar yang tampak sepi karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. "Argh... Sial banget sih gue hari ini. " Anggun menggusar rambutnya hingga tatanan rambutnya jadi acak acakan. Ia sudah tak menghiraukan penampilan nya lagi. Kejadian yang ia alami malam ini benar benar membuatnya geram. Mungkin ini adalah malam tersial disepanjang hidupnya. Anggun memikirkan cara selanjutnya. Ia tidak mungkin berdiam diri sambil terus melihat saja. Lantas ia kembali melangkah dan hendak masuk ke mobilnya untuk mencari ponsel. Namun tiba-tiba suara klakson mobil membuat Anggun berjengit kaget. Anggun berbalik, hendak melihat siapa pemilik mobil. Berharap bisa meminta tolong padanya. Namun baru saja ia hendak ingin membuka suara, si memiliki mobil menurunkan kaca mobilnya sambil tersenyum kearah Anggun. " Apa kamu butuh bantuan, nona? " sapa si pemilik mobil yang justru terdengar sangat menjengkelkan di telinga Anggun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN