BAPER

1214 Kata
Anggun berdecak seraya berkacak pinggang. "Elo lagi lo lagi...!! Ini nih, gara gara gue ketemu sama lo,gue jadi kena sial! " Sarkasnya penuh emosi. Devan tersenyum, di detik berikutnya dia membuka pintu mobilnya dan turun dari sana seraya merapikan jasnya dengan angkuh. Devan menghampiri Anggun, dia memperhatikan penampilan Anggun yang juga menatap garang ke arahnya. Kaki telanjang dan juga rambut sudah terlihat sedikit acak acakan membuat Devan geleng kepala. Tak habis pikir dengan gadis di depannya itu yang cepat sekali berubah. Seingatnya, tadi di pesta Anggun masih terlihat normal, tapi sekarang dia terlihat seperti orang yang baru saja berkelahi. Merasa diperhatikan, Anggun lantas memasang tatapan tajam bak belati yang siap menghujam musuh pada Devan. "Kenapa lo liatin gue sambil senyum senyum? " Sentaknya ketus. "Penampilan kamu sungguh berantakan! " Balas Devan enteng tanpa dosa. "Bodo! Bukan urusan lo! " Sembur Anggun judes. "Jadi gimana? Apa kamu mau menumpang untuk pulang? " Tanya Devan lagi menawarkan. Namun ucapannya terdengar seperti sindiran untuk Anggun, bukan sebagai sebuah tawaran. Anggun terdiam sesaat. Rasa kesalnya yang masih menggebu gebu membuat dirinya jadi gengsi untuk menerima tawaran Devan. Lebih baik dia menelpon salah satu temannya saja untuk menjemputnya. Daripada harus menerima tawaran Devan, dan sudah dia pastikan jika laki laki itu pasti akan menghinanya habis habisan lagi nantinya. Anggun bersidekap lalu melengos. "Nggak! Gue nggak butuh tumpangan dari lo. Lebih baik gue telpon temen gue untuk jemput gue disini. " Tolak Anggun mentah mentah. Devan mangut mangut paham. "Oke kalo gitu. " Ujarnya seraya membuka pintu mobil lalu kemudian masuk kedalam mobilnya. Anggun yang diam diam memperhatikan Devan yang sudah menyalakan mobilnya menelan ludahnya kelat. Kini dia kembali sendiri tanpa ada mobil lain yang melewati jalan itu, tanpa tau pasti siapa yang akan menolongnya nanti. Namun tiba tiba Devan kembali bersuara membuat Anggun kembali menoleh kearahnya. "Aku tanya kamu sekali lagi. Apakah kamu tidak ingin naik? Kurasa sebentar lagi akan turun hujan, dan kamu akan terjebak hujan disini. Dan pada saat itu bisa saja ada perampok yang lewat dan langsung menghabisimu. " Ujar Devan membuat Anggun jadi bergidik ngeri. Anggun mendongak, dan benar saja langit sangat mendung dan jalanan yang memang sepi berpeluang besar untuk rampok melewati tempat itu. Bahkan sekarang gerimis mulai turun, Anggun jadi semakin gelisah dibuatnya. Tapi Anggun dengan segala gengsinya tetap pada pendiriannya. Dia benar benar tidak berpikir sedikitpun untuk menerima tawaran baik Devan. "Ngg___" Kalimat Anggun terpotong ketika petir tiba tiba menggelegar. Jderr...... Suara petur menyambar membuat Anggun tersentak sambil menutup telinga. "MAMAAAA...... " Teriak Anggun tanpa sadar seperti anak kecil yang tengah ketakutan. Devan hanya bisa tersenyum sambil geleng kepala menyaksikan pemandangan unik di depannya. Seorang cewek bar bar juga ternyata takut akan petir. "Baiklah, kalo gitu aku pergi dulu. " Pamit Devan. "Tunggu! " Anggun tiba tiba bersuara membuat Devan yang hendak menjalankan mobilnya sontak mengurungkan niatnya. Devan menatap Anggun yang terlihat terdiam sambil menunduk. "Apa? " Tanya Devan pura pura bodoh. "Mm.... Itu..... " Anggun berucap terbata, jari telunjuknya menaut satu sama lain. "Apa?! " Ulang Devan lagi dingin. "Gue jadi nebeng sama lo. " Anggun berucap pelan. "Apa? Suaramu terlalu kecil nona. Aku tidak mendengarnya. " Anggun kesal, dari sekian banyak orang kenapa harus Devan yang dikirim Tuhan sebagai penolongnya? "GUE MAU NEBENG SAMA LO! " Teriak Anggun. Dia jengkel, kesal, dan marah. Tapi mau bagaimana lagi. Rintik air yang tadinya hanya sebatas gerimis kini berubah menjadi hujan yang sedikit demi sedikit mulai deras. Bahkan dress yang dia gunakan pun sudah sedikit basah. Jika dia menolak tawaran dari Devan, dia pasti akan kehujanan disini. "Oh.....ya sudah. Ayo cepat naik! " Titah Devan. Anggun memanyunkan bibirnya. "Ih, gitu kek dari tadi. Gue hampir basah kuyup karena lo kelamaan jawab. " Gerutunya seraya membuka pintu penumpang dan segera bergegas masuk sebelum dirinya benar benar basah kuyup nantinya. "Salah kamu sendiri, terlalu gengsi untuk menerima tawaran ku. " Balas Devan seraya mulai menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu. "Ya lo sendiri kalo mau nolongin orang jangan setengah setengah! Seharusnya elo paksa aja gue naik kalo tau bakalan hujan. " " Jadi kamu menyalahkan ku sekarang? " Protes Devan tak terima. "Ya iyalah! " Balas Anggun tak mau kalah. Jika ada perlombaan debat terlama mungkin Devan dan Anggun lah pemenangnya. Anggun yang tengah membersihkan lengannya dengan tissue yang dia ambil di dashboard mobil tiba tiba merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi lagi ketika Devan menghentikan laju mobilnya. "Apalagi ini? " Batin Anggun. "Turun! " Titah Devan valid no debat. "Huh? " Mulut Anggun menganga bingung. "Turun kataku! " Ulang Devan. "Kok nyuruh gue turun? Lo nggak liat kalo diluar lagi hujan? Lo mau liat gue hujan - hujanan? Terus gimana ntar kalo gue demam? " "Aku tidak peduli. " Balas Devan acuh tanpa belas kasih sedikitpun. "Ih, jahat banget sih! " "Kalo nggak niat nolong mending nggak usah. Kalo ujung ujungnya malah nyuruh aku turun lagi. Dasar es balok! " Anggun membuka pintu penumpang dan keluar dari sana. Setelah itu dia membanting pintu dengan keras, seakan melampiaskan amarahnya pada pintu mobil yang bahkan tidak salah sama sekali. Anggun berlari menuju sebuah pohon besar dan berteduh disana. Devan sudah berlalu pergi dari sana tak mempedulikannya. "Emang dasar cowok b******k! " Anggun merutuki Devan tak henti henti. Bagaimana bisa di dunia yang seluas ini dia harus dipertemukan dengan manusia semacam Devan yang tak punya hati. Lelaki yang menawarkan tumpangan padanya namun kemudian kembali menurunkannya dijalanan yang sepi dalam keadaan hujan disertai petir seperti saat ini. Anggun menggosok bahunya yang telanjang dengan tangannya karena cuaca yang semakin dingin. Bajunya sudah hampir basah kuyup. Pohon besar itu tak bisa menjamin dirinya untuk tak terkena cipratan air hujan karena hujan semakin deras dan angin yang bertiup semakin kencang. Anggun sudah menggigil kedinginan, lantas dia membuka clutchnya dan merogoh ponsel miliknya dari dalam sana. Anggun segera mencari kontak teman temannya dan menghubungi mereka. Namun sialnya, dari semua member di black angle yang dia hubungi tak ada satupun yang mengangkat panggilannya. "Iih.... pada kemana sih tuh anak anak? Nggak tau apa, gue disini kedinginan? " Saat tengah sibuk dengan kontak teman temannya yang tak ada sama sekali jawaban, secercah cahaya dari lampu mobil membuat Anggun menyilangkan tangannya menutupi matanya karena silaunya lampu. Mobil itu menekan klakson beberapa kali seakan memberi kode pada Anggun. Namun Anggun yang sudah mengetahui siapa pemilik mobil itu memilih untuk tidak menghiraukannya. Hingga tiba tiba seseorang keluar dari mobil itu dengan membawa sebuah payung berjalan kearahnya. "Dasar gadis keras kepala! Kenapa kamu masih saja berdiri disini? " Ujar Devan lembut seraya memayungi tubuh Anggun. Anggun yang menerima perlakuan manis Devan tertegun sesaat. Dia tak percaya jika lelakii dingin itu ternyata masih punya sedikit rasa kemanusiaan padanya. "Nih orang nggak kesambet setan jalan ini kan? Kok tiba tiba bersikap manis gini sama gue. Gue kan takut nantingue jadi baper! " Batin Anggun. "Hey! Kenapa kamu malah diam? Ayo masuk ke mobilku sebelum aku berubah pikiran lagi dan membiarkanmu disini di culik oleh perampok. " Omel Devan kembali ke mode dinginnya. "Gue tarik kata kata gue deh. Nih cowok emang nggak ada manis manisnya kaya air mineral. Gue nggak jadi baper kalo gitu. " "Iya deh iya.... " Ujar Anggun akhirnya. Dia tak ada pilihan lain lagi. Jika dia menolak tawaran Devan lagi maka dia akan rugi sendiri. Anggun dan Devan berjalan beriringan dengan Devan yang memegangi payung kearah mobilnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN