TINGKAH AMEL

1236 Kata
Anggun mengghempas bokongnya pada kursi kerjanya. Gara gara Devan dia jadi kesiangan ke butik. Tapi untungnya dia sudah sarapan di rumah tadi bersama Devan juga tentunya. "Huuuuh.... " Anggun menghela nafas panjang. "Semoga setelah hari ini, gue nggak ketemu sama si es balok itu lagi. " Do'anya kemudian. Bertemu Devan selalu saja membuat moodnya buruk. Tapi mungkin setelah hari ini, Anggun tidak akan bertemu dengan kaki laki dingin itu. Selanjutnya, Anggun mulai mengerjakan tugasnya seperti biasa. Mendesain dan menggambar di atas kertas beberapa gaun dan dress untuk pelanggannya. Hari mulai senja. Itu artinya aktifitas bekerja di butik ini telah usai. Semua karyawan Anggun satu par satu sudah berpamitan untuk pulang padanya. Tapi Anggun sendiri belum juga beranjak dari ruangannnya. Ntah mengapa, hari ini dia inggin menghabiskan waktu untuk sendiri. Padahal biasanya jika Ririn sedang dirumah dan tidak sibuk, Anggun pasti akan terburu buru untuk pulang. Tapi sekarang dia malas, dia sudah bisa menebak jika wanita yang duplikatan dari dirinya itu akan mencerca dirinya dengan pertanyaan yang berkaitan dengan Devan. Itulah sebabnya Anggun memilih untuk di sini saja sementara waktu. Hingga ponselnya yang tergeletak di atas meja kerjanya berdering. "Hallo...." "Lagi dimana? " "Gue masih di butik. " "Wih,sejak kapan lo jadi workhaholic gitu? Perasaan jam segini kan biasanya elo udah dirumah? " "Bacot! Ada apa? " "Club yuk! Gue juga udah telpon yang lain barusan. " "Oke, tapi gue harus pulang dulu buat bersih bersih dan ganti baju. " "Nggak usah lah. Lo langsung kesini aja! " "Terus lo mau nyuruh gue nggak mandi, gitu? " "Bukan gitu maksud gue. Lo kan bisa mandi dan bersih bersih dulu di butik sebelum kesini. Seingat gue, lo juga kan punya beberapa baju tuh di lemari yang ada di ruangan elo. Nah, elo pake yang itu aja kesini. Jadi nggak perlu repot repot pulang kerumah lo dulu. " "Lo ngajak apa maksa? " "Dua duanya. Hehehe.... " "Ya udah tuggu, satu jam lagi gue meluncur. " "Siip.....! " Setelah mandi,Anggun mulai memilih pakaian di dalam sebuah lemari yang memang sengaja dia sediakan untuk menaruh beberapa perlengkapan pribadi nya seperti pakaian,tas,sepatu dan perlengkapan kecantikan lainnya. Anggun menyiapkannya untuk jaga jaga agar sewaktu waktu, jika diperlukan dia tidak harus pulang ke rumah untuk berganti pakaian. Seperti saat ini. Anggun telah siap dengan pakaiannya. Dress hitam dengan lengan pendek sebatas paha melekat sempurna pada tubuh idealnya. Setelah selesai dengan pakaiannya, Anggun memoles wajahnya dengan make up tipis. Dan terakhir, Anggun meraih sling bag dengan motif Blink bling sebagai tambahan. Anggun berjalan keluar dari butik, namun sebelum itu dia sudah memesan taksi online lebih dikarenakan dia tidak membawa mobil gara gara tadi pagi dia di antar oleh Devan. Tak butuh waktu lama taksi pesanan Anggun tiba. Anggun segera masuk kedalam taksi. Dan taksi itupun segera meluncur ke alamat yang sudah Anggun sebutkan. Mobil taksi yang Anggun tumpangi sudah sampai di alamat yang Anggun maksud. Anggun lantas menyodorkan selembar uang 100 ribu pada sang sopir. "Kembaliannya buat bapak aja. " Ujar Anggun yang mengetahui jika si sopir taksi hendak memberikan kembalian untuk Anggun. "Makasi mbak. " Balas si supir taksi yang Anggun balas dengan senyuman. Setelahnya, Anggun keluar dari taksi menuju ruang VIP yang biasa mereka tempati. "My queen..... " Teriak Jisa dan Erfi serempak. Anggun tersenyum dari jauh pada kedua sahabatnya itu. Dia melangkah menghampiri Jisa dan Erfi yang sudah duduk anteng disana lebih dulu. "Kalian udah lama? " Tanya Anggun seraya mendaratkan bokongnya pada sofa. "Nggak juga sih, baru sekitar sepuluh menit lah. " Balas Jisa. "Kalo lo, Fi? " Anggun beralih pada Erfi yang sedang menumpahkan minuman ke dalam gelas. "Kalo gue baru lima menit Gun. Soalnya mobil gue di pake tadi sama sepupu gue. Jadinya nungguin dia dulu. " Anggun mengangguk paham. "Amel mana? " Anggun celingak celinguk mencari keberadaan Amel. Bagaimana bisa Amel belum sampai sini? Seharusnya dia kan sudah lebih dulu disini karena dia yang mengajak dirinya. "Biasa....., lagi menjalankan missinya ngedeketin tuh kulkas berjalan. " Balas Jisa. "Kulkas berjalan? " Ulang Anggun dengan alis tertaut. Jisa dan Erfi mengangguk. "Siapa? " Tanyanya. Jisa memutar bola matanya malas. "Siapa lagi? Ya si Adit Adit itu. " Balasnya, jelas sekali jika dia tidak suka. "Jadi dia masih berusaha buat ngedeketin tuh cowok? " "Iya. Padahal tadi kita baru aja dateng. Tapi begitu liat Adit, Amel langsung ngacir nyamperin tuh cowok. " Timpal Jisa lagi yang merasa kesal setiap kali Amel mengejar ngejar cowok dingin namun selalu saja di abaikan. Mereka merasa harga diri mereka jatuh jika mengingat tindakan Amel yang sudah kelebihan bar bar nya jika menyangkut lelaki pujaannya itu Anggun menggeleng samar tak habis pikir dengan tindakan Amel, meraih botol minum lalu menumpahkan isinya kedalam gelas. "Tuh anak emang nggak ada kapoknya nya! Padahal jelas jelas tuh cowok udah nolak dia. Masih aja dikejer kejer? Heran gue! " Ujarnya lalu meneguk minuman beralkohol ditangannya itu. "Tau tuh, kaya nggak ada cowok lain aja deh. Padahal kan dia nggak jelek jelek banget. " Celetuk Jisa menambahkan. Sontak tangan Erfi terulur dan menoyor kening Jisa pelan. Gemas sekali mendengar Jisa yang terlalu berlebihan menghina Amel. "Jangan terlalu ngehina temen sendiri dong lo! " Cibirnya. Bibir Jisa mengerucut ke depan seraya mengelus keningnya. "Gue nggak ngehina, cuma pengen Amel buka mata lebar lebar dan berenti ngejer orang yang nggak pernah peduli sama dia sedikitpun. Apa lo tau, cowok kalo semakin di kejer,dia itu malah semakin bertindak seenaknya dan nggak tau diri! Dan gue nggak suka kalo Adit nemperlakukan Amel seenaknya. " Omel Jisa berapi api. Dia memang sering jengkel dengan tingkah Amel yang selalu kegatelan sama Adit yang justru tak menghiraukan nya sama sekali. "Gue setuju sama Jisa, cowok itu emang nggak perlu terlalu di kejer. Cuekin aja, lama lama dia sendiri yang penasaran sendiri dan balik ngejer. " Timpal Anggun memberi pendapat. "Tuh, orang yang diomongin dah nongol. Panjang umur dia. " Jisa menunjuk kearah depan dengan dagunya. Disana Amel sedang berjalan menghampiri mereka bertiga. "Halo cintaaa..... " Seru Amel langsung mengambil duduk dan mengapit leher Anggun. "Kemana aja lo? " Sentak Anggun. "Biasaaaa..., nyamperin pangeran gue.. " Balas Amel jujur tanpa malu. Jisa dan Erfi hanya geleng kepala. "Nggak bosen apa lo?! " Tanya Anggun. "Nggak donk! Kan,gue suka. " Jawab Amel seraya mengibaskan rambutnya kebelakang. Anggun meneguk minumannya lagi sebelum berujar. "Mel, gue kasi tau nih ya. " Anggun melepaskan rangkulan Amel dari bahunya. Amel mulai menyimak kata kata Anggun selanjutnya. "Sekali sekali elo jangan terlalu agresif ngejer tuh cowok. Coba deh, elo berusaha buat cuekin dia mulai sekarang. Gue yakin, pasti dia bakalan penasaran dan balik ngejer lo. " Amel mangut mangut paham seraya cemberut karena baru mengetahui trik yang dia gunakan ternyata salah. "Gitu ya? " "Ya iya lah...... Kalo elo terus ngejer, yang ada dia ke_egeran dan makin nggak tau diri." Jisa menyerukan pendapatnya dan Anggun tadi. Amel mengangguk. "Oke deh, gue bakal berusaha buat bersikap cuek sama dia mulai sekarang. " Ujarnya penuh semangat. "Gue pegang omongan lo. " Tunjuk Anggun. "Awas aja, kalo lo gatel lagi pengen deketin dia. Gue ceburin di sumur angker samping rumah gue lo. " Erfi menimpali. Anggun beringsut dari duduknya. "Gue ke toilet bentar! " Ujarnya sebelum berlalu dari sana. "Hmmm, jangan lama lama. " "Iya, bawel banget lo pada. " Sungutnya seraya melenggang pergi. Setelah selesai dari toilet, Anggun melangkah hendak kembali ke meja dimana teman temannya berada. Namun saat berjalan, tiba tiba tangannya di cekal seseorang. "Anggun, ternyata kamu disini? " Suara itu, Anggun sangat mengenalinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN