Part 20 - Gudang

1640 Kata
“Baiklah, kalau itu yang kau inginkan. Aku akan datang ke rumahmu sekarang. Aku bersiap dahulu,” tanpa mendengar balasan dari Kimberly, Chan langsung menutup panggilan itu secara sepihak. Lalu, ia masuk ke dalam kamarnya. Ia mencari hoodie, memakai celana panjang, dan sepatu. Ia membawa ransel dan memasukkan sesuatu yang kiranya penting, seperti pengisi daya tanpa listrik, senter, dan lain-lain. Setelah dirasa cukup dan siap, ia pergi mengambil motornya yang ada di garasi rumahnya. Langsung saja, ia melajukan motornya menuju ke rumah Kimberly.   *** Perempuan itu menatap layarnya setelah panggilan suara itu terputus begitu saja. Belum sempat ia menjawab perkataan laki-laki itu, laki-laki itu memutuskan panggilan itu secara sepihak. “Kebiasaan,” ucapnya. Kimberly menyadari jika Chan akan datang ke rumahnya malam ini. dengan sigap, Kimberly mengganti pakaiannya yang sebelumnya menggunakan piyama menjadi celana jeans panjang berwarna hitam dan hoodie warna ungu pastel, warna kesukaannya. Tak lupa ia menyiapkan senter mengingat gudang tersebut penerangannya kurang baik. Sambil menunggu Chan datang, ia membuka sosial medianya. Ia melihat postingan-postingan yang pernah ia unggah di akunya tersebut. Terdapat foto Nicholas di sana. Mereka sering berbagi kebahagiaan mereka melalui akun sosial media milik mereka. Kimberly rindu akan keberadaan Nicholas di tengah-tengah mereka. Nicholas yang paling bisa mencairkan suasana dan yang paling bisa membuat suasana menjadi ceria. “Nick, aku harap kita akan bisa menemukanmu segera. Kita sangat rindu kepadamu. Cepatlah pulang, atau setidaknya semoga kita bisa menemukanmu,” ucap Kimberly sambil menggeser-geser foto yang diunggahnya itu. Ada pemberitahuan masuk ke dalam ponsel milik Kimberly. Gabriella. Kimberly dan Gabriella beberapa hari yang lalu bertengkar. Semenjak saat itu, mereka tidak saling berbicara berdua. Jika ada Elizabeth di tengah-tengah mereka, mereka akan mau untuk berbicara. Namun, jika tidak ada Elizabeth, mereka enggan untuk berbicara berdua saja. “Gaby kenapa mengirimkan aku pesan?” Karena rasa penasarannya tinggi, ia langsung membuka pesan yang dikirimkan oleh Gabriella. Maafkan aku, Kim. Aku jarang berbicara padamu semenjak kejadian itu. Kau tahu, aku sangat menyayangi semua teman-temanku. Namun, dengan melihatmu menyakiti Beth meski secara tidak sengaja, itu membuatku geram. Aku tidak ada maksud untuk memusuhimu. Aku harap, kita akan berteman seperti dulu lagi, ok? Good night, Kim. Sleep well. Sampai jumpa besok di rumahmu. Kimberly membaca isi pesan itu dengan perasaan terharu. Seharusnya yang meminta maaf seperti ini adalah dirinya bukan Gabriella. Gabriella merupakan orang yang sangat baik hati meskipun sifat emosionalnya sering keluar tiba-tiba. Tidak heran jika banyak orang yang mengagumi Gabriella, selain sifatnya yang baik hati, ia juga cantik dan ramah dengan siapapun. Kimberly mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Ia berpikir dengan keras kata-kata yang tepat untuk membalas pesan dari Gabriella itu. Tidak apa-apa, Gaby. Seharusnya aku yang meminta maaf. Karena aku, kita jadi bertengkar seperti ini. Aku harap, kau tidak marah padaku karena kejadian ini, ya. Kita akan berteman lagi seperti dahulu. Sampai jumpa besok di rumahku. Love ya. Tidak lama kemudian, Gabriella membalas pesan dari Kimberly. Oke besok aku akan ke rumahmu. Aku harap, kkita besok bisa berbincang-bincang tanpa merasa ada permusuhan atau kebencian di antara kita. Aku akan datang ke rumahmu lebih awal. Namun, besok aku akan berangkat bersama Beth. Ya sudah, akum au tidur dahulu. Aku berasa letih sekali. Selamat istirahat, Kim. Saat hendak mengetikkan balasan dari pesan yang dikirimkan Gabriella, tiba-tiba ada deru suara motor dari luar rumahnya. Kimberly pun keluar dari kamar tidurnya yang berada di lantai dua dan menuju ke depan rumah dengan berlari. Ia membuka gerbang rumahnya yang lumayan tinggi itu. Lalu, motor tersebut masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Laki-laki itu turun dari motornya dan melepas helm warna hitam yang ia kenakan. Laki-lakki itu menaruh helmnya di motornya. Ia merapikan rambutnya yang berantakan menggunakan kaca spion motor itu. Kimberly yang melihat Chan yang sedang merapikan rambutnya merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya. ‘Chan terlihat tampan saat sedang merapikan rambut seperti ini. Astaga, Kim! Dia temanmu. Jangan sampai kau suka dengannya!’ ucapnya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya. Chan yang melihat Kimberly menggelengkan kepalanya pun ia merasa heran dan penasaran dengan apa yang ada di pikirannya saat ini. “Kau ini kenapa?” tanya Chan yang penasaran. Kimberly terkejut mendengar pertanyaan dari Chan. Ia harus berbohong. Ia tidak mungkin akan mengatakan kalau saat ini ia sedang memikirkan betapa tampannya Chan saat sedang merapikan rambutnya. Ditambah style serba hitamnya yang membuat aura ketampanannya keluar. “Ah…tidak...tidak ada. Umm…kalau gitu, kita langsung saja ke gudang, atau masuk dahulu ke rumah?” “Kau sedang memikirkanku?” tanya Chan dengan nada yang menggoda. “Aku tahu, aku ini tampan. Kau sedang memikirkan itu, bukan?” ‘Sial! Bagaimana dia bisa tahu?’ ucap Kimberly dalam hati. “Sudahlah. Jujur saja.” Kimberly merasa salah tingkah saat Chan mengeluarkan senyum yang menggodanya. “Tidak! Sudahlah. Kita harus fokus pada rencana kita malam ini.” “Baiklah. Kita langsung ke gudang saja, bagaimana? Aku sudah membawa dua senter. Satu untukku dan satu untukmu.” Kimberly mengangguk. “Baiklah. Padahal aku juga sudah menyiapkan senter. Namun, senetrnya ada di kamarku. Karena kau membawa dua, aku pinjam saja punyamu.” Lagi-lagi Chan mengeluarkan senyum usilnya. “Tapi, ini tidak gratis. Ada bayarannya.” Kimberly mengernyitkan dahinya. “Bayaran?” “Ya, bayaran. Kau harus mentraktirku sesuatu.” “Apa katamu? Senter seperti ini kau minta bayaran mentraktirkan makanan? Lebih baik aku ambil saja di kamarku. Kau di sini saja. Jangan mengikutiku!” Saat hendak melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah, tangan Kimberly ditahan oleh Chan. Kimberly pun membalikkan badannya dan kini ia menatap Chan. Karena Chan memiliki tubuh yang lebih tinggi dari Kimberly, mau tidak mau Kimberly harus mendongakkan kepalanya supaya bisa menatap Chan. ‘Sial, kenapa jantungku berdebar sangat kencang?’ batin Kimberly dalam hatinya. Demikian dengan Chan. Ia menatap Kimberly lekat-lekat. ‘Kim…kenapa kau cantik sekali?’ Perempuan yang ada di hadapannya ini cantik dan memiliki mata yang indah. Mereka berdua asyik bertatapan dalam waktu yang lumayan lama. Hingga akhirnya, jarak wajah mereka hampir saling menempel. Namun, Chan tersadar jika ia masih memegang tangan Kimberly. Sontak saja, ia melepaskan pergelangan tangan Kimberly yang sempat ia pegang dengan tiba-tiba. Hal itu membuat Kimberly terkejut. Belum pernah dirinya merasa sedekat ini dengan oranglain. Jika Chan tidak meelpaskan tangannya, pasti kening mereka akan saling menempel. Chan merasa canggung setelah bertatapan dengan Kimberly. Hingga pada akhirnya ia lupa dengan apa yang akan ia katakan pada Kimberly. “Sorry, tadi...aku ingin mengatakan suatu hal kepadamu. Namun, aku lupa dengan apa yang akan kukatakan,” ucap Chan dengan sedikit canggung. Sementara itu, Kimberly masih terbayang-bayang dengan tatapan dari Chan tadi. Tatapan itu seakan-akan masuk ke dalam memorinya. Jentikkan jari dari Chan mengalihkan fokus Kimberly yang tadinya sibuk dengan pikirannya, sekarang kembali fokus pada apa yang akan dikatakan oleh Chan. “Kau ingat apa yang akan kau katakan?” “Ya, aku baru saja mengingatnya. Jangan ambil senter ke kamar, pakai saja punyaku. Untuk traktiran, aku hanya bercanda saja.” Ada perasaan kesal di hati Kimberly. Pikirnya, Chan akan mengatakan suatu hal yang penting, ternyata ia hanya membahas masalah senter. “Baiklah.” “Kalau begitu, kita ke gudang sekarang,” ajak Chan. “Sebentar, Chan.” “Ada apa?” Kimberly berjalan ke arah gerbang dan menutup gerbang tersebut. Hampir saja ia lupa menutupnya. Jika ayahnya tahu kalau dirinya lupa menutup pintu gerbang, pasti ia akan dimarahi oleh ayahnya. “Sudah. Mari kita ke gudang.” Mereka berdua berjalan menuju ke arah gudang. Suasana sunyi sekali. Hanya ada suara jangkrik yang berasal dari hutan. Sepanjang perjalanan menuju gudang, mereka hanya diam dan sibuk dengan pikirannya. Sepertinya, mereka masih erkejut dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Akhirnya, mereka sampai juga di gudang ini. Gudang ini terpisah dengan rumah Kimberly. Namun masih dalam satu perkarangan rumah. Entah kenapa gudang ini terpisah dengan rumahnya. Pemilik lama tidak mengatakan hal ini kepada keluarga Kimberly saat keluarganya pindah ke rumah ini. Chan membuka pintu gudang tersebut. Pintu gudang itu tidak terkunci. Saat membuka gudang itu, hal yang pertama kali ia lihat adalah kegelapan. Rupanya, lampu di gudang ini sudah mati. Entah rusak atau hal yang lainnya. Suasana menjadi horror sekarang, mirip yang ada di film-film horror yang mereka sering tonton bersama. Mereka menyalakan senter yang dibawa oleh Chan. Mereka menyoroti segala isi gudang itu. Apa yang dikatakan Chan benar. Tikar yang dikatakan Chan tergeletak begitu saja di bawah. Dan kursi itu, kursi itu berada tepat di depan almari. “Kau benar, Chan. Tikarnya tergeletak begitu saja.” “Kalau begitu, mari kita cari apakah ada sesuatu yang mencurigakan di sini. Kau cari di sebelah kanan, dan aku cari di sebelah kiri.” Kimberly mengangguk paham. Akhirnya, mereka mencari sesuatu yang mencurigakan sesuai tempat yang diarahkan oelh Chan. Sesuatu yang mencurigakan itu bisa berupa apapun. Jadi, mereka harus benar-benar teliti dalam mencarinya. Kimberly mencari di sebelah kanan gudang ini. ia menyoroti setiap benda dengan senter yang ada di tangannya. Hawa dingin mulai menusuk tubuhnya. Ia lupa mengenakan kaos kaki sehingga ia merasa sangat dingin sekali. Benda-benda yang ada di sini kebanyakan milik penghuni lama. Sepertinya, mereka tidak membereskan bagian gudang ini dan akhirnya benda-benda mereka tertinggal di gudang ini. Hanya ada beberapa barang milik keluarga Kimberly yang masuk ke dalam gudang ini. Barang-barang di gudang ini sudah bersarang dan juga berdebu. Mereka harus menutup hidung mereka supaya debu-debu itu tidak masuk ke dalam hidung mereka. Setelah beberapa menit mencari sesuatu yang aneh itu, Kimberly belum juga menemukan apa yang menurutnya aneh. Akhirnya, ia berbalik badan dan hendak menghampiri Chan. Namun, saat ia berbalik. Tidak ada tanda-tanda Chan di sini. Kimberly sendirian di gudang ini. Entah kemana laki-laki itu pergi dan mengapa ia sangat tega meninggalkan Kimberly sendirian di sini. “Chan?” “Chan! Kau di mana?” “Chan?” Tidak ada balasan dari Chan. Kimberly mulai takut sendirian di gudang ini. ia hendak melangkah keluar dari gudang ini, namun, ada satu suara yang menyebabkan dirinya membatalkan niat untuk keluar dari gudang ini.” ***  To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN