Part 24 - Keramik

1837 Kata
“Jadi, kalian mencurigainya baru saja?” “Iya, Sam. Saat Kim meneleponku, aku dan Gaby langsung kembali ke rumah Kim dan bertemu di teras. Saat aku menceritakan pada Kim, ia ingin memastikannya lagi mengenai apa yang aku dan Gaby lihat.” Dylan mengangguk paham dengan perkataan Chan. Namun, ia masih penasaran dengan apa yang dilihat oleh Chan dan Gabriella sebenarnya. “Lalu, apa yang kau lihat sebenarnya?” “Sebenarnya…yang melihat dan menyadari hal ini adalah Gaby, aku tidak terlalu memperhatikan karena aku sedang menerima panggilan dari Kim,” sebenarnya, Chan tidak terlalu tahu mengenai sesuatu yang dilihat oleh Gabriella. Chan hanya berbohong kepada Samuel dan yang lainnya supaya tidak ada yang mengetahui mengenai dirinya dan Kimberly. Gabriella sedikit terkejut saat dirinya ditunjuk Chan untuk menceritakan apa yang ia lihat. “Aku?” “Ya, kau kan yang melihatnya.” Gabriella menghembuskan nafasnya kasar. Ia sedikit kesal karena Chan berbohong kepada Samuel, Thomas, dan Dylan. “Ya, aku akan bercerita.” Gabriella mencoba untuk menceritakan yang sebenarnya kepada Samuel, Thomas, dan Dylan. Tentu saja dengan sedikit modifikasi karena Chan telah berbohong kepada mereka. “Aku dan Chan berjalan melewati gudang. Kita iseng saja masuk ke dalamnya karena saat Chan melewati gudang beberapa waktu lalu. Chan merasa curiga dengan gudang ini. Karena itu, Chan mengajakku untuk mencari sesuatu yang aneh di dalam gudang. Akhirnya, aku dan Chan mencari sesuatu yang menurut kita aneh. Aku melihat ada sesuatu semacam keramik yang ukurannya lebih besar dari keramik pada ukuran normal. Saat aku dan Chan hendak melihat lebih detail mengenai keramik itu, tiba-tiba Kim menelepon Chan karena...” Gabriella bingung harus berbicara apa mengenai alasannya dipanggil oleh Kimberly. “Karena, Kim terkunci di kamarnya.” Entah apa alasan itu masuk akal atau tidak, namun setidaknya mereka tidak curiga mengenai kebenarannya. Samuel, Thomas, dan Dylan berusaha untuk mencerna setiap kata-kata yang dijelaskan oleh Gabriella. “Sebentar, keramik? Keramik bagaimana maksudmu, Gab?” tanya Dylan memastikan mengenai keramik yang disebutkan oleh Gabriella. Menurut Dylan, hal itu sedikit tidak masuk akal. Apa hubungannya keramik dengan hilangnya Nicholas? “Ya, keramik. Keramik lantai. Entahlah, aku tidak bisa melihat dengan jelas karena aku panik dengan keadaan Kim yang terkunci di kamarnya.” Samuel masih belum bisa paham dengan ucapan Gabriella. Ia belum bisa mencari apa hubungan antara keramik itu dengan Nicholas. “Menurut kalian, apa hubungan keramik itu dengan Nick?” Chan menanggapi Samuel sesuai dengan apa yang ia asumsikan sebelumnya. “Kalian ingat saat aku berhenti tiba-tiba di gudang beberapa waktu lalu?” Mereka berusaha mengingat kejadian itu. Ya, sekarang mereka ingat dengan kejadian di mana saat mereka pulang dari Little Forest, Chan tiba-tiba terdiam sebentar sambil memandangi ke dalam gudang. Namun, mereka tidak mengetahui maksud diamnya Chan tersebut. “Ya, aku ingat,” jawab Thomas. “Aku ingat. Memangnya apa yang kau lihat waktu itu?” “Aku melihat ada sebuah tikar yang tergeletak di lantai,” jawab Chan. Samuel, Thomas, dan Dylan semakin bingung kenapa Chan mencurigai sebuah tikar? “Tikar? Kenapa kau mencurigai tikar?” tanya Dylan. Chan berusaha menjelaskannya kepada mereka. “Kalian ingat, saat Nick hendak mengambil tikar di gudang, Kim memberitahunya kalau tikar itu berada di atas almari, bukan?” Mereka mengangguk. Chan melanjutkan perkataannya, “Saat kembali dari Little Forest, aku melihat tikar itu ada di bawah dan tergeletak begitu saja. Aku berasumsi, jika Nick sudah sempat mengambil tikar itu dengan dibuktikan ada sebuah kursi di depan almari. Menurutku, Nick menaiki kursi itu untuk mengambil tikar. Setelah kejadian tadi pagi, saat Gaby melihat ada keramik, keramik itu posisinya berada di samping almari itu. Aku berpikir, saat Nick menaiki kursi untuk mengambil tikar itu, Nick tidak snegaja melihat keramik itu. Lalu, ia menjatuhkan tikarnya begitu saja untuk melihat keramik yang dimaksud oleh Gaby tadi. Bukankah ini masuk akal?” Semua yang ada di ruang tamu itu mencoba mencerna penjelasan Chan. Penjelasan Chan itu bisa dibilang masuk akal meskipun belum bisa dibuktikan kebenarannya. “Masuk akal. Namun, bagaimana bisa Nick hilang? Apakah ada hubungannya dengan keramik lantai itu?” Mereka terdiam. Mereka memikirkan pertanyaan dari Samuel itu. Keheningan dipecahkan oleh seseorang yang hadir di tengah-tengah mereka. “Hi, guys!” sapanya. Mereka sontak saja menoleh kearah datangnya suara itu. “Beth?” “Beth? Bukannya kau ke dokter bersama orangtuamu?” Orang yang datang itu Elizabeth. Ia tersenyum sinis menanggapi pertanyaan dari Gabriella. “Ya, tapi ternyata ada maksud mereka mengajakku ke dokter itu.” “Maksudmu?” tanya mereka bersamaan. Elizabeth memutar kedua bola matanya. Ia merasa kesal ketika harus membahas kedua orangtuanya. “Apa lagi kalau membahas urusan bisnis? Dengan mengajakku kesana dengan harapan supaya mereka dan dokter itu saling bekerja sama. Dasar! Suka memanfaatkan kelemahan orang untuk kebahagiaan mereka.” Dylan heran dengan hal itu. Bukankah kedua orangtua Elizabeth sudah bercerai namun kenapa mereka bisa bersatu lagi. “Mereka bukankah sudah bercerai?” “Ya, memang. Namun, aku yakin, akhir-akhir ini mereka sering bertemu diam-diam.” “Lalu bagaimana dengan pasangan mereka masing-masing?” Elizabeth merasa tidak peduli dengan mereka. Ia merasa dianggap mainan oleh kedua orangtuanya. “Entahlah. Aku juga tidak tahu. Sudahlah, jangan bahas mereka. By the way, apa yang sedang kalian bahas? Sepertinya serius sekali.” Dylan menceritakan secara rinci apa yang mereka bahas sebelum kedatangan Elizabeth. Dilihat dari ekspresinya, Elizabeth sangat terkejut dengan apa yang sudah dijelaskan Dylan padanya. “Sungguh?” “Entahlah, kita belum melihatnya.” “Kalau begitu, kenapa tidak kita lihat sekarang?” ajak Elizabeth. “Tapi, aku baik-baik saja Beth? Bagaimana hasil pemeriksaan dokter?” tanya kimberly. Kimberly masih merasa bersalah atas apa yang sudah ia perbuat pada Elizabeth yang membuat perempuan itu terjatuh ke dalam jurang. “I’m fine. Tidak usah khawatirkan aku. Kita langsung saja ke gudang untuk memastikan hal tersebut.” Setelah mengetahui kalau Elizabeth baik-baik saja, Kimberly mersa tenang meskipun masih ada rasa bersalah yang melandanya. Mereka kini keluar dari rumah kimberly dan menuju ke gudang yang berada di sebelah kanan rumah Kimberly. Sampailah mereka di gudang yang tidak terlalu besar itu. Pintunya terbuka karena Gabriella lupa menutupnya setelah meninggalkan gudang tadi pagi. Mereka memasuki gudang itu. Meskipun ini siang hari, tidak semua cahaya matahari bisa masuk ke dalam gudang ini. Mereka harus menggunakan senter ponsel mereka untuk mendapatkan penerangan. Gudang terasa sesak karena diisi oleh tujuh orang dewasa. Mereka harus berdimpit-dimpitan. Ditambah lagi, suasana yang panas membuat mereka tidak betah berlama-lama di gudang. “Astaga, panas sekali di sini,” keluh Thomas. “Hei, Tommy! Kenapa kau injak kakiku?” “Sorry, Dylan. Aku tidak dapat melihat dengan jelas.” “Gab, di mana letak keramik yang kau maksud itu?” tanya Samuel. Gabriella menunjukkan letak keramik lantai yang dimaksud oleh Gabriella. Ia menuntun teman-temannya menuju keramik lantai itu berada. Dan benar saja. Keramik yang dimaksud oleh Gabriella berada di sebelah almari. Itu berarti, asumsi yang dikatakan Chan tadi benar. “Ternyata benar ada keramik yang kau maksudkan, Gab.” Keramik itu memiliki warna yang senada dengan keramik yang lain namun hanya sedikit gelap dibanding yang lain. Selain itu, ukuran keramik ini lumayan bear, bisa sekitar empat puluh hingga lima puluh sentimeter. “Kenapa keramik ini bisa terpisah dari lantai?” Saat sedang melihat-lihat, Dylan menyadari sesuatu hal. “Itu ada sebuah lubang?” ucap Dylan. Mendengar ucapan Dylan, mereka menghampiri sebuah lubang yang Dylan maksud. Jika dilihat, ukuran lubang itu setara dengan ukuran keramik yang tadi. Itu artinya, keramik itu adalah sebuah penutup untuk menutupi lubang ini. “Apakah kalian memiliki pemikiran yang sma denganku?” tanya Samuel. Mereka mayoritas menanggapi “Ya”. Mereka berpikir, Nicholas melihat ada keanehan dengan keramik ini lalu membukanya dan masuk ke dalam lubang ini atau sebelumnya lubang ini sudah terbuka, karena penasaran Nicholas pun masuk ke dalamnya. Samuel menyoroti lubang tersebut. Saat disorot, mereka melihat sebuah tangga lurus yang terbuat dari kayu. Sepertinya, tangga ini merupakan cara untuk masuk turun ke bawah sana. “Ruang bawah tanah?” Samuel tidak yakin apakah itu ruang bawah tanah atau lorong bawah tanah. Di bawah sana, keadaan benar-benar gelap. Bahkan, senter mereka tidak dapat menyoroti sebuah apa yang ada di bawah. “Kim, apakah kau menyadari jika di sini terdapat ruang bawah tanah?” “Tidak, aku tidak tahu jika ada ruang bawah tanah di sini.” Mereka masih tidak percaya ada sebuah ruang bawah tanah dengan akses melalui gudang dan melalui sebuah keramik. Ini sungguh tidak masuk akal bagi mereka. bagaimana bisa di sebuah gudang terdapat ruang bawah tanah atau lorong bawah tanah yang hanya bisa diakses melalui sebuah keramik lantai? “Bagaimana kalau kita turun ke bawah?” ajak Thomas. Samuel menolak ajakan Thomas tersebut. Ia tidak setuju dengan Thomas. Mereka belum tahu apa yang ada di sana dan mereka tidak membawa peralatan apapun. “Kita tidak bisa turun ke bawah begitu saja. Kita tidak membawa peralatan apapun. Aku takut jika kita ikut menghilang seperti Nick. Sebelum turun, kita harus menyiapkan segalanya dengan baik. Tidakkah kalian ingat bagaimana kondisi kita saat di hutan? Kita harus membawa apapun yang diperlukan. “Aku setuju dengan Sam. Kita harus menyiapkan segalanya dengan baik.” “Aku juga setuju dengan Sam.” “Kalau begitu, kita harus pulang dan membawa barang-barang kita.” Mereka setuju dengan usulan Samuel. Mereka setelah ini akan kembali ke rumah masing-masing untuk mengambil beberapa barang mereka. Samuel melihat kearah jam yang ada di ponselnya. “Pukul dua siang. Kita harus sampai di rumah Kim nanti pukul delapan malam, bagaimana?” Mereka mengangguk menyetujui saran dari Samuel. Mereka mulai meninggalkan gudang itu dan menuju halaman depan rumah Kimberly. Sebelum pergi meninggalkan rumah kimberly, mereka membahas sedikit apa yang akan mereka siapkan. “Apapun itu. Jangan lupa membawa bekal. Kita tidak tahu apa yang ada di bawah sana. Jika Nick memang benar ada di bawah sana, itu artinya sudah hampir satu minggu ia di sana. Jika Nick tidak bisa kembali ke sini setelah dari sana, aku yakin, pasti ada apa-apa di bawah sana. Bisa saja ia tersesat karena besarnya ruangan itu atau hal yang lain.” Ucapan Samuel ada benarnya. Pasti di bawah sana ada sesuatu yang mencurigakan. Jika tidak, tidak mungkin Nicholas akan pergi selama itu. Tiba-tiba, terlintas sesuatu di otak Chan. “Sam, lalu bagaimana dengan orangtua Nick dan polisi itu? Bagaimana jika kita pergi ke bawah sana pada disaat yang bersamaan pula mereka melakukan evakuasi?” Mereka hampir tidak memikirkan hal itu. Mereka juga tidak ingin orangtua Nicholas mengetahui rencana ini. Pasti orangtua Nicholas tidak akan mengizinkan mereka untuk pergi ke bawah sana. “Jika kita pergi, pasti polisi akan mendatangi rumahku. Bagaimana bisa mereka melakukan evakuasi jika tidak ada aku di rumah?” ucap kimberly. “Selain itu, kita juga sudah mengatakan akan terlibat dalam pencarian ini. apa yang akankita lakukan, Sam?” Samuel sedang memikirkan cara untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Mereka akan pergi ke bawah jika masalah antara polisi dan orangtua Nicholas sudah teratasi. “Bagaimana, kalau kita membuat skenario?” usul Samuel. Mereka tidak tahu apa yang dmaksud skenario di sini. “Maksudmu?” Samuel mencoba menjelaskannya kepada teman-temannya. “Maksudnya adalah…”   ***   To be continued 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN