Part 03 - Camping

1678 Kata
Hari ini hari Sabtu. Itu artinya, hari ini hari mereka melakukan kemah bersama. Seperti rencana yang sudah disepakati sebelumnya, mereka akan berkemah di belakang rumah Kimberly. Tepatnya di Little Forest Jam menunjukkan pukul empat sore. Samuel memberi tahu teman-temannya jika jam empat sore mereka sudah harus tiba di rumah Kimberly. Samuel yakin jika mereka akan membutuhkan waktu yang lama untuk mendirikan tenda dan menyiapkan hal-hal yang lain. Seperti yang diketahui, Samuel dan teman-temannya suka bercanda, belum lagi pasti ada pertengkaran-pertengkaran kecil. Hal itu akan mengulur waktu mereka dalam mendirikan tenda dan menyiapkan segala hal. Kimberly menunggu di teras depan rumahnya. Sudah pukul empat sore namun teman-temannya belum ada satupun yang datang. Kimberly terus membuka kolom chat grup mereka. Mereka semua mengatakan “on the way”. Tapi, kenyataannya belum ada yang tiba di rumahnya. Padahal pesan itu mereka kirimkan setengah jam yang lalu. Jarak rumah Kimberly dengan teman-temannya tidak membutuhkan waktu selama itu. Selain itu, tidak ada kemacetan juga di kota ini yang menyebabkan waktu menjadi terulur. Karena kota Parama ini merupakan kota kecil yang masih dikelilingi banyak hutan. Sehingga di jalan tidak terlalu ramai. Kimberly meyakini bawah saat teman-temannya mengatakan on the way, pasti mereka masih sedang bersiap-siap. Bahkan, beberapa dari mereka pasti baru bangun tidur. “Kebiasaan,” keluh Kimberly seraya mematikan ponselnya dan kembali melamun. Lamunan Kimberly buyar ketika mendengar suara klakson mobil yang terhenti di depan gerbang rumahnya. Kimberly melihat ke arah gerbang. Itu mobil milik Samuel. Kimberly pun bergegas beranjak dari tempat duduknya dan menuju gerbang rumahnya. Kimberly membuka gerbangnya yang tidak terlalu besar itu. Samuel pun memarkirkan mobilnya tepat di depan teras rumah Kimberly. Samuel membuka pintu mobil dan keluar dari mobilnya. Ia membuka bagasi dan mengeluarkan beberapa barang, seperti tas carier dan tenda. “Hai, Sam,” sapa Kimberly pada Samuel yang sedang sibuk menurunkan beberapa barangnya dari bagasi mobil. “Hai, Kim,” Samuel melihat sekelilingnya, “Belum ada yang datang?” Kimberly menghela nafasnya, “Belum ada,” ia melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya, “Sudah jam empat lebih lima belas menit, belum ada yang datang. Dan kau pun terlambat,” ucapnya kesal. Kimberly merupakan tipe orang yang tepat waktu dan disiplin. Maka dari itu, ia tidak menyukai jika ada keterlambatan. “I’m Sorry, Kim. Tadi aku menunggu mobilku selesai diperbaiki. Tadi ada masalah di bagian mesinnya.” Ucapan Samuel itu hanya dibalas anggukan oleh Kimberly. “Mari ke teras sambil menunggu yang lain,” ajak Kimberly. “Baiklah.” Saat hendak menuju teras, ada suara deru motor masuk ke dalam rumah Kimberly dan motoritu langsung parkir di samping mobil Samuel. Kedua orang itu turun dari motor dan menuju ke arah Kimberly dan Samuel. “Hai, Kim. Hai, Sam,” ucap mereka bersamaan. “Hai, Chan. Hai, Gab.” “You late.” “Umm…I’m so sorry, Kim. Tadi Chan mengajakku ke suatu tempat dahulu. Maafkan aku, ya, Kim.” Gabriella menunjukkan muka melasnya hingga membuat Kimberly tidak tahan dengan muka melas Gabriella itu. “Oke. Tidak masalah.” “Wait…ke suatu tempat? Hei, Chan, kau mengajak Gaby kemana? Kalian tidak sedang…” ucapannya terhenti sejenak. Chan, Gabriella, dan Kimberly penasaran dengan ucapan Samuel. “Apa?” Ucap Chan, Gabriella, dan Kimberly bersamaan. “Jatuh cinta, kan?” Mereka terkejut. “Tidak! Jangan salah paham, tadi kita hanya berhenti di pinggir danau. Mencari kucing yang suka Chan temui di sana. Chan ingin berpamitan kepada kucing itu, karena Chan akan berkemah,” jelas Gabriella kepada Samuel. Sungguh, ia tidak memiliki perasaan apapun pada Chan. Ia hanya menemani Chan untuk bertemu kucing yang suka berjalan-jalan di danau di dekat rumah Chan. “Kenapa harus berpamitan? Kita hanya berkemah selama satu hari. Tidak lama.” “Entahlah, aku merasa kita akan berkemah dalam waktu yang lama.” Chan merasakan akan terjadi sesuatu, entah pada dirinya atau teman-temannya. “Sudah. Hilangkan perasaan itu. Di sini kita akan have fun, right?” Ucap Samuel untuk menenangkan pikiran dan hati Chan. Tidak lama kemudian, satu persatu teman-temannya datang. Seperti Samuel, Chan, dan Gaby, Kimerly memarahi satu persatu temannya yang baru saja datang. Kimberly mengajak teman-temannya yang sudah datang untuk berkumpul di teras dahulu sembari menunggu beberapa temannya yan belum datang. “Di mana Nick?” “Astaga, aku hampir lupa kalau ada manusia bernama Nick di sini.” Thomas mengatakan itu sambil memukul dahinya perlahan. “Dylann, coba kau hubungi Nick sekarang!” Perintah Samuel. Samuel sebenarnya tidak khawatir dengan kondisi Nicholas, ia hanya khawatir kalau Nicholas belum bangun atau bahkan ia sedang tertidur. “Kekasihmu sebenarnya sedang melakukan apa, Gab? Kenapa belum datang juga?” Elizabeth menggoda Gabriella dengan mengucapkan kata ‘kekasih’. Elizabeth tahu, Gabriella sangat kesal jika ada yang mengatakan kepada dirinya kalau dirinya itu kekasih Nicholas. Gabriella melirik tajam ke arah Elizabeth. “Sekali lagi kau bilang kekasih ku pukul kau!” Elizabeth mengeluarkan muka ketakutan. “Kejam juga Gaby ini. aku jadi takut.” “Jangan gitu, Gab. Siapa tahu Nick akan menjadi kekasihmu nantinya,” Ucap Thomas yang disusul tawa teman-temannya. Gabriella masih saja kesal. Kenapa orang-orang mengatakan kalau ia sangat cocok dengan Nicholas. Membayangkan berduaan dengannya pun Gabriella sudah merasa ngeri. Nicholas merupakan orang yang sangat aktif, banyak bicara, banyak tingkah, dan penuh rayuan. Ia pasti tidak tahan jika harus menjalin hubungan dengan Nicholas. Refleks, Gabriella menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Teman-temannya heran mengapa Gabriella seperti itu. Sepertinya, beberapa temannya paham dengan sikap Gabriella itu. “Kau baru saja membayangkan Nick, bukan?” Ucapan Dylann membuat teman-temannya tertawa sangat keras. “Sudah kupastikan, nanti malam atau besok kau akan jatuh cinta dengan Nick.” Elizabeth sangat percaya dengan perkataannya itu. “Sebaiknya jangan berpacaran dengan Nick. Dia menyukai banyak wanita,” Ucap Chan yang sedikit cuek. “Kau cemburu?” Tanya Samuel kepada Chan. Chan merasa aneh. Ia tiba-tiba menjadi gugup. “Tidak mungkin. Aku dan Gaby hanya berteman.” “Kita semua juga teman Gaby, bukan?” Balas Samuel yang membuat Chan terdiam. Tiba-tiba ada suara motor yang terhenti. Itu motor Nicholas. Ia sangat terburu-buru hingga beberapa barang yang ia bawa sempat terjatuh. Sepertinya, ia tidak menutup tasnya dengan benar. Nicholas menghampiri teman-temannya dengan tergesa-gesa. Saat hendak membuka mulutnya, Kimberly sudah mengeluarkan amarahnya. “Jam lima sore. Kau bilang on the way pukul setengah empat. Kemana saja kau? Tersesat? Tidak mungkin sepertinya. “Kebiasaan!” “Apa kau sudah membawa semua barang-barang yang sudah ditentukan?” “Pasti kau baru saja bangun tidur.” “Kau belum mandi?” Belum sempat menjawab pertanyaan dari Kimberly, Nicholas sudah menerima banyak pertanyaan dari teman-temannya. “STOP!” Ia berteriak supaya teman-temannya berhenti menanyainya. “Oke, akan aku jelaskan kenapa aku terlambat. But, please, hentikan pertanyaan kalian semua. Aku pusing sekali.” “Kau mabuk?” “Bodoh! Bukan. Aku terlilit hutang!” Jawab Nicholas kesal. “Hutang untuk apa, Nick?” Gabriella yang polos dan sangat ingin tahu pun ikut bertanya pada Nicholas. “Untuk menikahimu, Gab.” Ucapan Nicholas itu membuat Gabriella terdiam, sedangkan teman-temannya menertawai Nicholas. Jujur, saat Nicholas mengatakan hal terbut, Gabriella merasa ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. “Sudah. Hentikan pertanyaan konyol kalian. Kalian pasti sudah tahu alasan kenapa aku terlambat. Mari kita langsung ke hutan saja. Sudah hampir larut.” Mereka pun melupakan pertanyaan-pertanyaan mereka pada Nicholas. Mereka yakin pasti jawabannya adalah Nicholas tertidur. “Baiklah. Bawa barang-barang kalian. Kita langsung menuju ke Little Forest lewat samping rumah Kimberly.” Mereka pun berjalan sesuai arhn dari Samuel. Dari teras rumah Kimberly, mereka berjalan di samping rumah Kimberly. Setelah itu mereka melewati taman yang ada di belakang rumah Kimberly. Hingga akhirnya sampai pada gerbang belakang rumah. Gerbang belakang rumah ini jarang dibuka oleh keluarga Kimberly. Karena keluarga Kimberly baru saja pindah ke rumah ini beberapa bulan lalu. Setelah gerbang dibuka, sampailah mereka di sebuah hutan. Little Forest. Mereka berjalan menyusuri hutan untuk mencari area yang tepat untuk mendirikan tenda. Dari kejauhan, mereka melihat beberapa orang yang sedang mendirikan tenda juga. Disaat akhir pecan seperti ini, Little Forest dikunjungi oleh beberapa orang yang ingin melepas penat setelah bekerja selama seminggu atau karena lelah bersekolah dan ingin bersantai di suatu tempat. Akhirnya, mereka menemukan tempat yang pas untuk mendirikan tenda. Yang di mana pohon-pohonnya tidak terlalu rimbun dan tidak terlalu jauh dari rumah Kimberly. Hal ini dimaksudkan supaya jika ada sesuatu yang kurang atau lupa, mereka tidak terlalu jauh untuk mengambil barang itu. “Di sini saja bagaimana?” Teman-temannya menyetujui ide Saemuel. Mereka mulai menaruh barang-barangnya di tanah dan mulai mendirikan sebuah tenda. “Karena ada tiga tenda, bagaimana kalau kita bagi saja?” “Setuju.” “Setuju!” “Setuju! Supaya cepat selesai juga.” “Baiklah.” Samuel menunjuk beberapa temannya. “Kim, Tommy, Beth. Lalu Gaby, Nicho, dan Chan. Setelah itu aku dan Dylann.” “Seriously? Aku bersama dengan Nick?” Keluh Gabriella. Ia yakin, pasti Nicholas akan mengganggu dirinya. Dan pastinya tenda yang mereka dirikan tidak berhasil. “Jangan banyak mengeluh! Lakukan saja, supaya cepat selesai.” Gabriella tampak sangat kesal. “Baiklah.” Mereka mulai mendirikn tenda. Kimberly, Thomas, dan Beth sangat cepat dalam mendirikan tenda. Samuel dan Dylann hampir selesai, sedangan Nicholas, Chan, dan Gabriella masih sibuk mendirikan tenda. Mereka sepertinya saling bertengkar. Bukan pilihan yang tepat menyatukan Gabriella dan Nicholas. Pasti Nicholas mengganggu Gabriella, dan Chan marah kepada Nicholas karena mengganggu Gabriella. Dan pertengkaran pun terjadi. “Kalian belum selesai juga?” Tanya Thomas. “Nick tidak mau membantu.” Chan masih sibuk mendirikan tenda bersama Gabriella. Sedangkan Nicholas seperti sedang marah karena melihat Chan dan Gabriella bersama. “Nick, kenapa kau tidak mau membantu kita, huh?” Gabriella kini memarahi Nick. “Sudahlah. Sini aku bantu,” Samuel menawarkan dirinya untuk mendirikan tenda. “Akhirnya…sudah selesai,” ucap Gabriella sambil bertepuk tangan yang diikuti Chan. “Capek juga mendirikan tenda.” Keluh Elizabeth. “Benar sekali. Aku ingin tidur sebentar rasanya.” Nicholas pun mengatakan itu sambil berpura-pura menguap. “Kau selalu saja tidur, Nick.” Balas Dylann. “By the way, selanjutnya apa yang  akan kita lakukan, Sam?”   ***   To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN