Halaman universitas tampak normal dan tak ada sesuatu yang aneh, apa Meghan dan yang lainnya sudah kembali ke sini ya? Apa mereka masih akan memulai masalah denganku lagi? Kuharap jangan, urusan dengan segala kegilaan dan kekonyolan ini saja sudah membuat kepalaku pusing, apalagi ditambah berurusan dengan mereka. Dan keadaan rumahku, aku tak tahu apa yang harus kuperbuat dengan itu, ada baiknya ketika aku kembali, keadaan rumah sudah rapi seperti sedia kalaーmeski aku akan merasa takut dan ngeri dengan kejadian itu—sehingga aku tak perlu menghabiskan waktu untuk merapikan dan membuang semuanya.
“Apa ya yang sebenarnya menimpa rumahku? Kenapa aku benar-benar tak sadar dari tidur? Kehancuran seperti itu harusnya menghasilkan suara yang sangat gaduh dan berisik.”
Ketika memikirkan itu, irisku tak sengaja menangkap sosok binatang yang waktu itu ada di dekat sebuah pohon, itu adalah Kucing Persia yang waktu itu, bentuk dan corak bulunya masih sama. Saat aku melihat ke arahnya, si kucing juga sama sedang memperhatikanku. Aneh memang karena ada binatang yang memperhatikanku, tapi aku tak akan langsung salah tingkah karena ditatap oleh seekor bintang, itu hal bodoh bukan?
“Selamat pagi, Ely.” Suara seorang pria yang sudah tak asing lagi bagiku langsung tertangkap oleh pendengaranku. Aku menoleh ke si pemilik suara dan tampak Xendar sedang menatapku sambil menyunggingkan senyum ramah yang tentu ditujukan padaku. Entah sejak kapan dia datang, tahu-tahu saja sudah berada di sampingku, kan jika seperti ini aku tak punya celah untuk melarikan diri.
“Pagi, Senior.” Aku membalas sapaan dan senyumnya, kuharap dia tak akan membahas hal yang kemarin lagi, karena jujur aku sedang tak mau membicarakan tentang Meghan dan yang lainnya, itu akan membuatku semakin pusing dan sakit kepala karena beban hidup yang kupikul sangatlah banyak.
“Kau tampak berantakan.” Ia tampak heran ketika mengatakan itu.
Apa memang muka kusutku tampak sangat jelas ya? Ini menyebalkan dan aku agak malu juga, kukira dengan mandi, semua akan terhapus dan tersamarkan. Mungkin aku harus merias diriku, sepertinya itu akan sedikit menutupi masalah yang wajahku tampakkan.
“Benarkah?” tanyaku, aku segera mengeluarkan ponsel dan segera bercermin. Sepertinya memang agak berantakan.
“Ya, terlihat jelas, apa ada masalah?” Ia balas mengajukan pertanyaan. Aku segera menggelengkan kepala dan memaksa senyum padanya. Selagi belum ada para penggemarnya, aku tak akan terlalu membentengi diri di hadapannya.
“Aku baik-baik saja, emmm ... apa ada yang bisa kubantu?”
“Oh benar, ini mengenai masalah kemarin.” Ah sudah kuduga jika dia pasti akan membahas hal ini lagi, karena dia tak tahu di mana rumahku dan ke mana aku pergi setelah meninggalkan universitas ini, ia tak dapat mengobrol lebih denganku, meski beberapa kali pernah mengantar juga, aku tak pernah diantar sampai rumah, aku selalu meminta berhenti di halte terdekat dari rumahku.
“Jika mengenai itu, apa bisa kita bahas lain kali saja?” pintaku dengan nada yang memaksa, kuharap nada bicaraku sudah cukup menegaskan jika aku tak ingin membahas mengenai Meghan lagi.
“Tapi ....”
“Aku memiliki banyak urusan yang jauh lebih penting daripada membicarakan tentang Meghan dan teman-temanya.” Buru-buru kusela ucapannya. “Oh dan aku ada kelas pagi. Aku duluan.” Segera saja aku melarikan diri darinya. Aku berlari dengan langkah kecil menuju ke arah bangunan kelasku berada.
“Ely, aku akan menunggumu di kantin, aku harap kau datang!” Kudengar dia berteriak. Ah astaga, apakah dia tak merasakan keadaanku seperti apa? Mereka yang mendengar ucapannya pasti akan memandang jijik dan mengadakan permusuhan denganku. Harusnya dia sedikit memahami situasiku seperti apa ketika berada di dekatnya, aku selalu diancam dan diintimidasi oleh tatapan para penggemar gilanya. Sudah pasti jika tak terhitung jumlahnya mulut yang diam-diam membicarakanku dari belakang.
Aku tak membalasnya dan seperti biasa, aku melarikan diri darinya. Aku memang tak bohong, hari ini ada kelas pagi dan aku tak mau melewatkannya hanya karena harus membahas hal tak penting tentang apa yang terjadi pada Meghan.
Sampai di lorong dari kejauhan aku melihat Meghan yang sedang sendirian, menatapku penuh teror dan memendam kebencian yang sangat besar. Dia sudah sembuh dan kembali ke sini, dan apa mungkin dia melihat dan mendengar interaksiku dengan Xendar? Oh, ya ampun, jangan sampai ini membuatnya salah paham lagi.
Kulihat dia memasang ekspresi yang benar-benar ingin membunuhku. Oh, apa dia masih belum selesai denganku? Sepertinya aku harus membuat dia benar-benar berhenti, jujur saja ini sudah berlangsung sangat lama dan aku mulai bosan berurusan dengannya, jauh lebih baik jika kita bertindak saling tak mengenal satu sama lain, lalu melakukan kegiatan masing-masing tanpa adanya yang saling mengganggu satu sama lain.
“Sepertinya ini tak akan pernah bisa diselesaikan, malah sebaliknya, semua berkembang menjadi semakin parah dan tak mungkin dapat diperbaiki lagi. Mungkin saja aku akan bermusuhan abadi dengannya.”
Aku memutuskan untuk tak peduli padanya dan masuk ke dalam kelas, terserah apa yang akan dia perbuat, aku tak perlu menanggapi dan memikirkan semua dengan serius.
Aku duduk di tempat yang kosong, aku bermain ponsel selama menunggu dosen masuk, rasanya sepi saat tak ada teman untuk berbincang. Huh, jangankan untuk berbincang, gadis-gadis di sini selalu menatapku penuh dengan permusuhan yang kuat, untung saja mereka tak pernah bertindak melakukan apa-apa padaku. Jika kuingat-ingat, ini hanya beberapa hari berada di kelas yang tanpa keberadaan Liza di dalamnya. Tapi rasanya sudah sangat lama.
Saat dosen masuk dan memulai materi, aku berusaha menangkap semuanya, mengosongkan pikiran dari hal-hal yang tak perlu, untuk sesaat saja aku dapat fokus, hanya sesaat karena tiba-tiba saja ada suara dalam bahasa aneh berupa bisikkan tertangkap oleh pendengaranku. Sepertinya suara ini berasal dari ... embusan angin yang masuk melalui jendela yang memang sejak aku masuk ke sini, itu dibiarkan terbuka begitu saja. oke aku tak waras, jika memang iya ada suara terbawa udara, itu harusnya dengan gelombang infrasonik di mana manusia tak bisa menangkap suara itu.
Suara itu membisikkan sesuatu padaku, jelas aku tak tahu bahasa macam apa itu, anehnya samar-samar aku dapat menangkap arti satu persatu kata dari bisikan itu. Itu berbunyi seperti “ Harta ... roh jahat ... kutukan kematian ... sihir terlarang.” Apa maksudnya ini?
Karena bisikan itulah, lagi-lagi aku melamun di tengah pelajarannya yang sedang berlangsung. Bisa-bisa aku tak lulus jika terus menerus seperti ini. Pikiranku kembali pada alam nyata ketika pelajaran sudah selesai, oh s**l aku benar-benar melewatkan semuanya (lagi?)
Bisa-bisa aku mendapatkan nilai yang sangat jelek dan terancam akan mengulang semester. Tidak, hal itu tak boleh terjadi, aku harus berusaha belajar dengan giat, jangan sampai nilaiku menjadi buruk.