Chapter 5. Membuntuti Sang Pelakor

1048 Kata
Chapter 5. Membuntuti Sang Pelakor POV FITRI  Begitu aku bangun, sudah ada di atas tempat tidur. Mbak Wati sedang duduk di pinggir ranjang. "Mbak, aku kenapa?" tanyaku. "Kamu pingsan tadi waktu mau sarapan. Kamu harus cek ya, biar bidan tetangga kami mengecek kondisi kamu. Sedang dipanggilkan oleh Mas Krisna," ucap mbak Wati. "Hmmm, aku pusing mbak. Kepalaku kayak muter begitu tadi pas jalan ke dalam!" "Ya sudah kita tunggu saja mas mu datang dengan Ibu bidan Dewi." ucap mbak Wati. "Maafkan aku ya mbak, aku jadi merepotkan mbak sekeluarga." "Iya tak apa, namanya juga kamu kan adek kami...!" Mbak Wati mengelus rambutku. Tak lama kemudian mereka berdua datang. "Ini bu bidan, silahkan masuk," ucap mas Krisna yang datang diikuti oleh Ibu Bidan Dewi yang masih muda. "Oh iya pak." Kemudian dia duduk dipinggiran Kasur dan mengukur tensiku. "Mari mbak, sini saya ukur tensi dulu ya. apa yang dirasakan?" tanyanya. "Pusing dokter." Kemudian sesudah di cek dia membereskan alatnya. "Ibu tekanan darahnya rendah, Ibu sedang hamil, ya?" tanya bidannya. "Iya bu bidan, saya kemarin cek pakai testpack saya hamil...!" "Kalau begitu, saya akan kasih obat dan vitamin ya ibu. Jangan lupa selalu minum s**u khusus ibu hamil dan makan-makanan yang bergizi. Supaya janin yang didalam kandungan Ibu bisa sehat," ucap bidan Dewi. Setelah memberikan vitaminnya dan obat yang harus diminum serta menjelaskannya, bidan Dewi segera pamit pulang. "Nah, kamu harus mulai makan yang banyak dan bergizi, Fit. Minum vitamin dan susunya juga. Nanti mbak akan belikan susunya," ucap mbak Wati. "Terima kasih mbak." "Iya sama-sama, ayo kamu makan dulu. Mau dibawakan atau kamu jalan sendiri ke meja makan?" "Biar saya jalan saja mbak ke meja makan!" ucapku. "Baiklah. Kami juga belum makan, yuk sama-sama." Kemudian, kami berdua ke meja makan. Mas Krisna yang sudah selesai mengantarkan bidan Dewi langsung ke meja makan gabung sarapan dengan kami. "Papah mau ke kantor hari ini?" tanya mbak Wati. "Hm, ya nanti saja agak siangan. Fitri, kamu harus jaga kesehatan dan kandunganmu ya. Itu vitamin dan obatnya jangan lupa diminum. Dan nanti malam kita ke swalayan beli susumu." ucap mas Krisna sambil menyentong nasi. "Iya mas. Terima kasih. Mungkin aku stress dengan kejadian ini dengan maas Igun. Aku minta maaf ya mas, jadi merepotkan mas dan mbak disini." "Ya sudahlah, kita kan cuma dua bersaudara, kita harus bisa saling membantu." "Baiklah mas, sekali lagi terima kasih." Setelah kami sarapan, aku minum obat dan vitamin yang diberikan dokter dan istirahat. Beberapa hari kemudian, kondisiku semakin membaik. Ponsel tak pernah ku buka supaya mas Igun tak menggangguku. Pagi itu, aku berniat untuk ke kantornya mas Igun, untuk menyelidiki perselingkuhan yang dilakukan oleh suamiku. Setelah bersiap, aku keluar kamar dan bertemu dengan mbak Wati. "Mbak, aku mau ke kantor mas Igun, aku mau menyelidikinya supaya nanti gugatan ceraiku ke mas Igun ada dasar yang kuat karena ada pihak Pelakor!" ucapku. "Ya sudah, hati-hati di jalan. Kamu naik apa?" tanya mbak Wati. "Aku naik taxi online saja." "Kamu sebaiknya di antar oleh supir supaya kamu enak mengikutinya. Lagi pula nanti sekalian bisa menjemput Niken di rumah neneknya.' "Ya sudah boleh mbak. Terima kasih sebelumnya." Kami berdua ke depan, Pak Joni supir keluarga mbak Wati segera siap dan naik ke mobil setelah disuruh mengantarkanku. "Saya pergi dulu mbak, assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Aku naik ke dalam mobil dan melaju ke kantor mas Igun. Kami sengaja masuk ke dalam area parkir dan mobil mengarah ke pintu lobby kantor itu agar aku bisa melihat orang yang keluar masuk kantor itu. Tiba-tiba, ada sebuah mobil melewati mobil kami yang ternyata adalah mobil mas Igun. "Mau kemana dia? Pak Joni ikutin mobil warna putih itu!" ucapku. "Ya bu." Segera mobilnya kami ikuti. Tak jauh dari gedung kantornya, dia berhenti di sebuah halte dan seorang perempuan berambut panjang dan mempunyai ciri-ciri yang sama dengan wanita yang aku lihat di pangkuan mas Igun waktu itu, naik ke dalam mobil. "Sialan tuh Pelakor, janjian sama mas Igun!" ucapku. "Ikutin terus bu?" tanya joni dari depan. "Iya, ikutin terus pak. Jangan sampai tertinggal, tapi juga jangan dekat-dekat!" "Baik bu." Mobil itu mengarah ke sebuah hotel dan masuk ke dalam halaman hotel tersebut. "Ikutin terus pak, masuk saja. Dia tak kenal mobil ini kok. Kalau bisa parkir di samping mobilnya," suruhku. "Baik bu." Mobil segera parkir di samping mobil mas Igun berjarak tiga meter. Ternyata mereka masih ada di dalam mobilnya. Kulihat mobil nya bergoyang-goyang. Aku arahkan camera ponselku ke mobilnya dan lima menit kemudian mereka keluar. 'Bener itu si pelakor! Kurang ajar!' ucapku dalam hati. Kamera ponsel terus mengarahkan ke mereka, mereka berjalan berangkulan menuju ke dalam hotel. Aku turun dengan memakai topi mas Krisna dan mengikuti mereka dan ponsel kukantongi di bajuku dan camera nya masih merekam. Aku berjalan berhati hati masuk ke dalam lobby hotel. Tampak kedua orang tersebut ada di receptionis, sepertinya mau membooking kamar. Ku duduk tak jauh dari mereka membelakangi mereka. Kamera belakang kumatikan dan kuhidupkan kembali dengan kamera depan, sehingga bisa terlihat di layar apa yang mereka lakukan. Kamera Ponsel kumatikan setelah mereka pergi menuju ke lift dan setelah sejam kumenunggu mereka keluar dari dalam lift. Kamera rekam kuhidupkan kembali. Mereka mengembalikan kunci kamar di receptionis dan keluar dari hotel. Tampak Mereka habis mandi jadi rambut mereka berdua masih basah. Kuikuti terus mereka sampai mereka manaiki mobil, di dekat mobil mereka, aku bersembunyi di sebuah mobil supaya tidak terlihat oleh mereka. Setelah mobil mereka pergi, aku langsung berjalan ke mobil dan menaiki mobil. "Huhhh...Ayo pak ikuti lagi mereka. Saya mau mengikuti si perempuan itu, dimana rumahnya!" perintahku. "Baik bu." Setelah kami mengikuti mereka yang arahnya bukan ke arah kantor mas Igun. Di depan sebuah jembatan kecil di atas sebuah kali, perempuan itu turun. Ternyata itu adalah sebuah gang. "Pak, turunkan saya di tempat perempuan itu turun, ya!" ucapku. "Baik bu, nanti saya parkir di sebelah sana ya, bu." "Oke pak Joni." Aku turun di depan jembatan yang menghubungkan sebuah gang kecil. Tempat ini terkenal dengan kumuh. Aku berjalan mengikuti si perempuan itu jalan. Tak lupa aku sudah menghidupkan kamera ponselku. Video sudah berputar. Perempuan itu masuk ke sebuah rumah kecil yang depannya sudah rusak. Aku mendekat terus ke rumahnya. Di depan pintu rumahnya yang sudah tertutup aku ketok. TOK TOK TOK "Ya....!" ... ... BERSAMBUNG ** Nah lo apa yang terjadi setelah ini?? Ikuti terus sobat cerita ini semoga tak terjadi apa-apa
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN