Chapter 4. Keributan
"Ibu silahkan ini diminum, minum dek Igun," ucap Wati.
"Iya terima kasih," jawab mereka berdua.
Wati duduk di sebelah Fitri. Sedangkan Igun dan Ibunya duduk bersebelahan.
"Begini Igun, saya sebagai kakaknya Fitri ingin menanyakan langsung kepada kamu, karena Fitri datang ke sini dengan membawa koper besar!" ucapnya.
"Begini mas Krisna, saya sebelumnya mau minta maaf kepada Istri saya, dia tadi pagi datang ke kantor saya dan masuk ke ruangan saya tiba-tiba dan dia sudah melanggar privasi dan aturan kantor saya. Saya memang sedang bersama tamu saya di ruangan saya!"
"Bukan itu masalahnya, dia itu mau mengembalikan ponselmu yang ketinggalan. Dia sekaligus mengantarkan ponselmu karena waktu dia menemukan ponselmu di bawah nakas di dalam kamarmu, ada telpon dari perempuan, namanya siapa Fitri?" tanya mas Krisna.
"Namanya Diana Manis!”ucapku.
"Diana itu tamu saya yang datang ke kantor mas, dia memang calon klien saya!" ucapnya membela diri.
"Jangan bicara dengan keras! Saya tidak tuli!" bentak mas Krisna.
"Maaf mas! Saya bukannya mau meninggikan suara saya, tetapi Istri saya sudah mempermalukan saya di kantor!" balas Igun.
"Mempermalukanmu bagaimana? Aku cuma mau mengembalikan ponselmu! Karena setelah si Diana telpon dia juga kirim pesan yang isinya, jangan lupa bawa celana dalamku yang berenda! Gitu kok!" Fitri membalas tuduhan Igun.
Igun diam saja.
"Celana dalam berenda, apa maksudnya?" tanya mas Krisna menatap wajah Igun untuk meminta klarifikasi.
"Aku memang menemukan celana dalam berenda di dalam koper dinasmu sewaku aku mengambil pakaian kotor nya untuk dicuci mas. Celana dalam bekas!" ucapku kesal.
"Nah, bagaimana kamu bisa menjelaskannya, Igun??" tanya mas Krisna.
"Itu boong, mas! Saya sudah memeriksanya sebelum saya keluar dari hotel! Gak ada itu celana dalam merah!" ucapnya dengan sombong.
"Loh, itu buktinya ada kok?" tanya mas Krisna kesal.
"Kamu memang gak mau kalah mas! Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat kamu ciuman dengan wanita yang gak mungkin kamu dan tamumu berciuman dengan sangat b*******h begitu! Mana dia dipangku lagi!!" Ucap Fitri kesal.
"Astagfirullah!" timpal mas Krisna dan mbak Wati.
"Jadi kamu maunya apa, hah!??" Teriak Igun ke Fitri.
"Ceraikan aku! Dan Jual itu rumahmu, aku menuntut harta gono gini dari rumah itu!!" ucap Fitri kesal.
"Enak saja, itu rumahku! Dan semuanya juga dari uangku, bukan uangmu!!" ucap Igun.
"Sudah, sudah, sudah, berisik!" Ibunya marah.
"Sudah kalau kamu mau bercerai tak apa-apa! Gitu aja kok repot Igun! Perempuan banyak disana, kenapa kamu masih mempertahankan perempuan yang nggak bisa hamil!" ucapnya yang membuat mas Krisna naik Pitam.
"Bu, jaga omongan Ibu! Kita seharusnya menjadi penengah bukan malah jadi kompor! Kita jangan saling menyalahkan, tapi mencari kebenaran!" Teriak mas Krisna dengan keras.
"Heh Krisna! Kalau Fitri bisa menjadi istri yang soleha, dan jadi istri yang baik dan setia, melayani suami dengan baik, kenapa anak saya bisa selingkuh dengan perempuan lain! Kalian harusnya instrospeksi diri dong!" Ibunya tak mau kalah dengan bentakan Krisna.
"Aduhhhhh....Ternyata kamu salah memilih suami Fitri! Ibunya yang seharusnya menjadi orang yang lembut dan menjadi panutan bagi anaknya, ternyata sama saja dengan kelakuan anaknya! Tidak punya hati!" Krisna tampak heran dan bingung dengan kelakuan dan perkataan ibu Igun.
"Jangan nuduh sembarangan! Fitri bisa enak hidupnya karena suaminya. Dia bisa tinggal di rumah bagus, enak, nyaman, diurus oleh suaminya, dikasih baju bagus! Ini malahan suami ada salah sedikit dia kabur! Istri apa itu??!!" ucap Ibunya sinis.
"Ibu yang terhormat! Saya memang diberikan makan, dibelikan baju bagus oleh suami saya. Tapi saya juga mengurus dan menjaga harta suami saya dengan baik. Uang yang diberikan oleh mas Igun juga setengahnya sudah diberikan kepada Ibu, kan? Saya hanya sepuluh persen saja yang saya pakai untuk membeli bahan makanan untuk makan sehari-hari!"
"Heh sok tau banget kamu! Kamu itu sudah dikasih segitu juga sudah harusnya bersyukur! Igun itu anak saya, dia harus berbakti kepada Ibunya sendiri! Dan kamu sudah tiga tahun menikah belum hamil-hamil! Dasar Mandul!" Tuduh Ibu Igun lagi.
BRAAKKK
Mas Krisna menggebrak Meja!
"Sudahlah bu! Ibu silahkan keluar dari rumah ini kalau hanya memperkeruh suasana! Saya bisa panggilkan warga untuk mengusir Ibu kalau Ibu dan anak Ibu ini tidak segera keluar dari rumah ini!! Cepat!!" Teriak Krisna sambil menunjuk pintu.
"Sabar Pah..." ucap Wati kepada suaminya.
"Ayo Gun, kita pergi! Dasar keluarga bobrok! Gak tau berterima kasih! Pulang!" Ibunya berdiri dan menarik lengan Igun mengajak pulang.
"Cuih! Keluarga Sialan!" ucap Igun.
Plak
Krisna melempar tisue yang ada di atas meja ke muka Igun dan berdiri menghardiknya.
"Jaga omonganmu!! Sini kalau berani!!" Teriak Krisna. Melihat Krisna menantang mereka berdua langsung berlari menuju ke arah mobilnya dan langsung melajukan mobilnya menjauh.
"Kurang ajar Igun dan Ibunya! Sudahlah Fitri, aku akan bantu gugat ke Pengadilan Agama, biar kamu bisa segera pisah dengan Igun. Suami tak bertanggung-jawab. Mau enaknya saja selingkuh malah menyalahkan kamu!" ujar Krisna dengan geram.
"Iya, kurang ajar banget sih Ibunya itu! Udah anak salah dibela saja!" balas Wati.
"Ya ,namanya juga dia itu dikasih uang terus sama anaknya! Aku malah cuma satu juta sebulan, Udah semuanya mbak. Bayar air, listrik, makan sehari-hari. Aku memang tak pernah beli baju selalu dibelikan baju oleh mas Igun, tapi juga nggak setiap bulan, mbak!" jelas Fitri.
"Cuma segitu kamu dikasih uang sebulan?" tanya mbak Wati heran.
"Mana cukup uang segitu buat semuanya!"
"Iya mbak, Aku tak pernah mengeluh! Namanya juga semua pemberian suami selalu aku terima dan tak pernah komplen kenapa cuma segini? Gak pernah mbak!"
"Ya sudah kamu sekarang tinggal saja disini. Aku akan urus gugatan ceraimu kalau kamu serius mau pisah dengannya!"
"Iya mas, saya serius. Selingkuh itu penyakit mas, bukan sebuah ketidaksengajaan ataupun iseng!" ucap Fitri.
"Ya sudah. Aku akan segera mengurusnya!" Kemudian kami semua makan malam dan beristirahat.
*
POV FITRI
Paginya aku buka Ponselku dan kulihat banyak pesan yang masuk dari mas Igun semua.
Aku baca satu per satu dan kututup ponselku lagi.
Ku beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat subuh di kamar itu.
Setelah itu kukeluar kamar dan menemui mas Krisna yang sedang duduk diteras. Dia sedang memegang ponselnya.
"Mas, boleh aku bicara?" tanyaku.
"Iya Fitri, ada apa, boleh duduklah."
"Mas, sebenarnya aku hamil!" ucapku.
"Hah, kamu hamil? Kamu sudah mengeceknya?" tanya mas Krisna yang langsung meletakkan ponselnya di atas meja.
"Iya mas, aku sudah mengecek pakai testpack kemarin pagi. Tapi ada satu permintaanku!"
"Apa Fitri?"
"Jangan beri tahukan hal ini kepada mas Igun. Kalau nanti aku melahirkan aku akan mencari uangku sendiri dan menghidupi anakku sendiri mas." Fitri sudah bertekad untuk itu, dia tak mau menjalin hubungan lagi dengan Igun.
"Ya sudah, kamu bisa tinggal disini sementara waktu sampai semua urusan dengan Igun beres!"
"Iya mas, tapi beneran mas! Jangan dikasih tau kepada mas Igun!" pintaku kepadanya.
"Iya Fitri. Tapi kamu harus ke dokter dulu Fitri. Cek kandunganmu! Jangan kalau ada apa-apa nanti kamu dan janinnya berbahaya!" saran mas Krisna.
"Iya mas."
"Eh Fitri sudah bangun. Sudah sholat dek?" tanya Mbak Wati.
"Sudah mbak." Mbak Wati meletakkan kue dan seteko teh melati dengan gula yang terpisah dan duduk di sebelah mas Krisna.
"Mah!"
"Ya."
"Fitri ternyata hamil, mah!" ucap mas Krisna.
"Hmmm, beneran kamu hamil, dek?" tanya mbak Wati.
"Iya mbak, saya sudah mengecek dengan testpack kemarin pagi."
"Ya kamu harus segera ke dokter kandungan dulu atau bidan di Puskesmas, supaya kamu bisa tenang dan menjaga kandunganmu!"
"Iya mbak."
"Mbak, Niken kemana? Kok dari kemarin aku tak melihatnya mbak?" tanyaku.
"Oh Niken sedang menginap di rumah ibuku. Dia masih libur sampai besok. Palingan nanti sore dia pulang," jawab mbak Wati.
"Kirain kemana? Aku ya tidak sadar kalau Niken tidak di rumah."
Tak lama kemudian kami diberitahu oleh Bi Ijem kalau sarapannya sudah siap.
Pada saat kami berjalan, kepalaku berasa pusing dan pandangan seperti kabur dan Fitri jatuh tak sadarkan diri.
"FITRI..Ya Allah!!.."
...
...
BERSAMBUNG
**
Nah Bagaimana kisah selanjutnya dari kisan Fitri?
Jangan lupa Komen ya pembaca setiaku...
Kasih komen ya di kolom komen..
#Vote #Berikan Suara #Trending #Viral