Chapter 02. Pembohong Kelas Teri
POV Fitriana.
"Eh...eeehhhmmm....Oh iya, ada di kantong tas kecilku. Maaf aku baru ingat!" ucapnya dan langsung masuk ke dalam kamar lagi.
Aku siapkan nasi goreng, kopi hitam dan ayam goreng yang sudah kumasak tadi.
"Mas, makan yuk mumpung masih panas mas!" Teriakku dari meja makan.
"Iya sebentar." Tak lama kemudian dia datang dengan membawa ponselnya.
"Tumben bawa ponsel waktu makan pagi? Biasanya kalau makan, kamu tidak suka aku bermain ponsel?" tanyaku ketus.
"Oh, iya, ini loh, Pak Wisnu bos ku sedang mau kirim email katanya mau untuk bahan presentasi nanti siang. Jadi aku menunggu email-nya dan memperlajarinya dulu," ucapnya sambil duduk di kursi makan.
Kemudian aku menyendokkan nasi goreng ke piringnya dan dia mengambil ayam goreng juga telur dadar. Dia memakan dengan lahap. Tiba-tiba ada telpon yang masuk dan ponselnya bergetar terus. Dia melihat ke layar ponselnya dan diamkan saja.
"Kok. kamu gak angkat mas? Angkatlah! Biar kamu nggak terganggu makannya!" ucapku.
"Sudah nanti saja, bukan telpon dari pak Wisnu, kok!" Balasnya dan dia kembali makan dengan lahap. Ponselnya sudah bergetar beberapa kali, tapi tetap tak diangkatnya.
Setelah dia minum air putih sampai habis, segera dia ambil ponselnya dan berjalan ke teras depan. Terlihat, dia sedang menelpon seseorang. Aku bisa melihatnya dari dalam ruang tamu yang tembus ke teras melalui kaca yang sudah kubuka kordennya.
Semua cucian piring kuselesaikan dan kumasuk ke kamar lagi dan menyiapkan baju kerja suamiku. Celana, kemeja dan dasinya. Sesudah itu, aku berjalan ke teras untuk memanggilnya. Terlihat dia sedang berdiri dan menelpon menghadap ke arah jalanan jadi dia tak tahu kalau aku datang ke teras.
"Hm, ya sudahlah, tunggu saja ya disana. Aku tidak lama kok, abis ini berangkat ke kantor...Iya...Tenang saja, oke." Suaranya lembut sekali seperti berbicara dengan seorang wanita.
"Ehem..." Aku berdehem.
"Ya gak papa pak, santai saja. Baiklah, nanti bapak bisa tunggu di ruangan saya saja! Ada sekretaris saya. Segera saya ke kantor pak, baik, terima kasih pak!" Dia meninggikan suaranya supaya terdengar olehku.
Kemudian, Ponselnya dia matikan dan berbalik arah melihat ke arahku.
"Eh, udah lama kamu disitu??" tanyanya sedikit panik.
"Hm, Kamu lagi bicara dengan siapa, mas?" tanyaku curiga. Dia terlihat berusaha untuk tenang sebelum membalas pertanyaanku.
"Oh, itu tamu ku yang calon clien itu, yang tadi malam bertemu. Dia ternyata sudah datang di kantor!" ucapnya dengan penuh nada khawatir.
"Oh, kirain dengan siapa." Aku kembali berjalan ke dalam dan mengarah ke dapur. Suamiku berjalan di belakangku dan masuk kembali ke kamar.
Aku langsung menghidupkan air untuk mengisi tabung cucian dan memberikan detergen nya. Setelah airnya cukup, aku langsung putar dan mesin cuci pun hidup menggiling.
Ku berjalan ke kamar untuk membantu suamiku siap-siap menuju ke kantor.
"Kamu sudah siap mas?" tanyaku.
"Sudah sayang. Aku buru-buru ya sayang." Dia langsung mengambil tas kerjanya kemudian mencium keningku. Dia berjalan cepat ke arah mobil dan langsung pergi menghilang.
Aku masuk ke dalam rumah dan menutup pintu depan dan menguncinya.
Kumasuk ke dalam kamar untuk merapikan kembali ranjang tidurku.
Drrrtttttt Drrrrrrrttttttt
Kucari suara Ponsel yang berbunyi getas. Ternyata Ponsel mas Igun yang berbunyi. Dan aku melihat ponselnya terjatuh di bawah nakas. Mungkin dia tak tahu kalau ponselnya terjatuh.
Kuambil ponselnya yang masih bergetar. Di layar tampak ada telpon masuk dari Diana Manis.
"Siapa ini Diana Manis?" Kudiamkan saja dan kuletakkan kembali di atas nakas.
'Mas Igun punya selingkuhan kayaknya! Kenapa ada telpon dari perempuan yang di beri nama Diana Manis, ya?” gumamku. "Wah, aku harus selidik! Tidak bisa dibiarkan!!"
Kulihat ponselnya berhenti bergetar dan langsung ada suara getar dua kali dan kulihat ada pesan masuk. Aku ambil ponselnya dan kubuka yang ternyata tidak terkunci.
Isinya membuat aku naik pitam!
["Mas, jangan lupa CD berandaku, kamu bawa ya...Hihihihi..."]
Langsung darahku bergolak dan tak pakai lama, aku langsung mengganti baju dan bersiap ke kantor mas Igun. Sesudah kupakai hijab seadanya, memesan taxi online yang sekitar sepuluh menit kemudian datang.
Jarak dari rumah ke kantornya mas Igun lumayan jauh, jadi setelah sekitar satu jam baru sampai di kantornya. Aku masuk dan beberapa security yang sudah mengenalku mempersilahkan aku untuk langsung ke lantai atas menuju ruangan suamiku.
Begitu sampai di depan ruangan suamiku, aku membuka pintu kacanya dan melihat sekretaris suamiku yang bernama Yuni sedang bekerja dengan laptopnya. Dia langsung berdiri.
"Pagi Mbak Yuni. Suami saya ada?" tanyaku berdiri di depan mejanya.
"Eh Ibu, Pagi..Eh...hmmm...Bapak sedang rapat bu di dalam. Ada perlu apa, bu? Nanti saya sampaikan!" Dia tampak ketakutan.
"Kamu sakit Yuni? Kok kayak pucat gitu mukamu! Aku mau kasih ponsel suamiku yang ketinggalan di rumah. Dia kan memerlukannya!" ucapku dan memperlihatkan ponsel yang kupegang.
"Sini bu saya saja yang memberikannya. Bapak sedang tak bisa diganggu!" Dia mencoba mengambil ponsel di tanganku tapi kutarik kembali ponselnya dan kumasukkan kembali ke dalam tas.
"Biar Saya saja yang memberikannya! Lagi pula kenapa saya mengganggu? Kan saya istrinya!" ucapku membalas. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, tapi aku tak tau itu apa?
"Iya bu, tapi bapak pesan kepada saya, kalau dia tak bisa diganggu oleh siapapun. Karena ini client penting! Kalau Ibu masuk, saya nanti akan dipecat bu!" ucapnya dengan nada agak kasar.
"Sepenting apa? Saya mau masuk! Rapat kok di ruang kerja!" Aku Langsung berjalan melewati meja Yuni dan membuka pintu yang tidak terkunci.
KREEKK
HAH
"Mas....??" Aku tak percaya yang sedang kulihat dengan mataku sendiri.
Aku langsung menjatuhkan ponsel yang sedang kupegang dan sambil menutup mulutku dengan telapak tanganku.
"Ohh……Mass???!!"
Dia yang sedang memangku seorang wanita yang menghadap ke arahnya sambil berciuman. Ciuman berhenti. Perempuannya sempat menengok ke belakang dan tersenyum sinis.
"Sayang!" ucap suamiku dengan mimik kaget setelah melihatku ke arahnya. Aku langsung berlari keluar dari ruangannya dengan menangis. Suamiku sepertinya mengejarku. Sesampainya di jalan raya, aku langsung menyetop taksi yang pas saja lewat. Langsung aku naik ke dalam taksi dan menyuruhnya jalan.
Mas Igun tampak keluar dari gedung kantornya dan mengejar taksi ku tapi dia berhenti karena taksinya melaju dengan cepat.
Aku menangis di dalam taksi. Betapa jahatnya dia telah membohongiku demi nafsu bejatnya. Dia sudah melukaiku hatiku karena dia telah membohongiku dan berselingkuh dengan perempuan yang berkulit putih dan berambut panjang tadi.
Aku masih ingat, ketika dia sedang berciuman dengan b*******h dan kedua tangannya yang ada di punggung dan ada di dalam kemeja putih yang dipakai perempuan itu. Aku tak sanggup lagi, Ya Allah. Sesampainya di rumah, aku masuk dan menangis di dalam kamar sejadi-jadinya.
Tak terasa aku pun sampai tertidur dan lupa untuk menutup pintu.
Tampak kudengar sayup-sayup, suara mobil datang dan orang yang keluar dari dalam mobil.
"Sayang! Sayang!" Mas Igun berlari ke dalam kamar dan memelukku.
"Sayang, kamu ada apa ke kantor tadi?" tanya suamiku tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Aku menepis pelukannya dan berdiri menjauh sampai bersender di depan kusen pintu. Dia pun akhirnya berdiri dan ingin mendekatiku.
"Pergi kamu!!! Aku tak sudi mempunyai suami tukang selingkuh! Pergi!!" teriakku.
...
...
BERSAMBUNG
#Vote #Berikan Suara #Trending #Viral