Episode 6

2778 Kata
Malam semakin larut, Adel tampak belum tidur dan asyik menikmati pemandangan langit malam yang penuh dengan cahaya bulan. Saat ini dia berada di balkon hotel dekat kamar hotel dirinya dan yang lain. Terdapat dua buah kursi santai di sana yang di sediakan untuk para tamu hotel. “Eh?” Adel tersentak kaget saat seseorang menyelimuti tubuhnya dengan sebuah jaket. “Raka?” Adel tersenyum kecil saat melihat Raka berada di sampingnya dan dialah yang memasangkan jaket pada tubuhnya. “Lu bisa semakin masuk angin kalau berdiri di sini terus tanpa jaket,” seru Raka yang kini berdiri di sisi Adel dan berpegangan pada pagar pembatas. “Thanks,” jawab Adel. “Kenapa belum tidur? Ini sudah sangat larut,” ucap Raka. “Lu sendiri kenapa belum tidur? Kalau gue sih emang belum ngantuk,” jawab Adel. “Gue juga belum ngantuk,” jawab Raka dengan nada santai. Keduanya terdiam membisu dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Raka menoleh ke arah Adel dan menatap Adel yang begitu fokus menatap ke arah langit luas. “Apa yang lu lamunin?” tanya Raka membuat Adel menoleh ke arahnya. “Melamun? Gue gak lagi ngelamun, Ka. Gue cuma lagi nikmati suasana malam ini.” Adel tersenyum menanggapinya. Ꙭ Adel, Raka, Jeta dan Mila ikut bersama Fram menemui client nya di dekat sebuah perkebunan. Seharian kemarin, mereka tinggal di hotel dan sekarang ikut ke perkebunan bersama Fram untuk menikmati suasana di sana. Sesampainya di sana, mereka di sambut hangat dan di bawa menuju sebuah homestay dan di jamu dengan makanan khas daerah sana. Client dari Fram terlihat masih sangat muda. Menurut Fram, Anton adalah seorang pengusaha batu bara termuda di sana. Dan ini merupakan perkebunan milik keluarga Anton. Saat perkenalan pertama, Anton jelas sekali memperlihatkan rasa tertariknya pada Adel. Ia bahkan terang-terangan menanyakan beberapa hal pada Adel, melenceng dari bisnis mereka. Adel menjawab dan menanggapi seadanya, berusaha menghargai Ayahnya. Ꙭ Di tempat perkemahan semuanya sedang berbaris dan mempersiapkan penjelajahan. Bara terlihat begitu perhatian pada Desi, hingga membuat beberapa mahasiswa lain saling berbisik-bisik menggunjingkan. Sudah beberapa kali mereka melihat kedekatan mereka berdua yang terlihat tidak seperti hubungan antara adik dan Kakak iparnya. Padahal semua rekan Bara, mengetahui bahwa Adel adalah kekasih Bara. Rinrin dan Dendi hanya bisa memperhatikan sikap Bara dan Desi. Mereka bukan memakluminya, tetapi lebih ke mengamati, sampai mana hubungan kedekatan mereka. Bagaimanapun Adel adalah sahabat dari Rinrin dan Dendi, mereka tak akan biarkan ada pengkhianatan yang bisa menyakiti sahabatnya itu. Kegiatan penjelajahanpun di mulai, kelompok Desipun berangkat yang di ketuai oleh Rinrin. Setiap memasukin pos, semua anggota di uji mental juga fisiknya dengan kotor-kotoran dan di bentak-bentak. Desi terlihat menangis karena tidak tahan lagi di bentak walau tak salah dan di minta untuk kotor-kotoran. Ia sudah sangat kelelahan. Rinrin mencoba menenangkan Desi tetapi dia tidak juga berhenti menangis hingga Bara dating yang saat itu sedang mengontrol setiap Pos bersama Dani, salah satu rekanya. “Kamu kenapa Des?” tanya Bara menghampirinya. Tanpa di sangka-sangka, Desi langsung memeluk tubuh Bara di hadapan semua orang yang ada di pos itu seraya menangis. “Kak, Desi gak kuat lagi, Kak! Desi udah lelah banget, Desi gak mau nerusin lagi,,hikz hikz” rengek Desi. Beberapa orang saling berbisik-bisik menggunjingkan sikap Desi yang sangat manja dan jelas sekali mencari perhatian dari Bara sang ketua senat. Bara segera melepas pelukan Desi karena tak nyaman dengan pasang mata di sana. “Kamu jangan nangis dong Des. Sudah yah, ini kan hanya permainan,” ucap Bara berusaha menenangkan Desi. “Aku gak kuat lagi, Kak. Kaki aku juga sakit sekali.” Desi semakin menangis. Bara hanya bisa menghela nafasnya. Tanpa banyak bicara lagi, Bara berjongkok di hadapan Desi dan memintanya naik ke atas punggungnya. Desi pun dengan sangat bahagia naik ke atas punggung Bara dan mereka berlalu pergi meninggalkan tempat itu tanpa kata. “Lihat deh tinggal anak baru itu, dia caper banget sama kak Bara,” seru salah satu panitia di sana. “Padahal Bara kekasih Kakak sepupunya, tetapi masih dia deketin,” sahut yang lain. “Ganjen!” Rinrin mendengar itu semua, dan perasaannya semakin tak karuan dan resah. Ia memikirkan Adel juga Raka. Bagaimana kalau mereka tau sikap Desi dan Bara di sini. Ꙭ Bara membawa Desi ke tenda kesehatan dan memberinya obat pereda sakit di kakiya. ”Kak Bara, makasih yah udah mau perduli dan perhatian sama Desi,” seru Desi dengan senyumannya. ”Iya sama-sama, lagipula aku juga udah janji sama Adel buat jagain kamu selama di sini,” jawab Bara dengan santai membuat Desi tertegun sendiri. ”Jadi semua ini cuma gara-gara janji ke kak Adel saja yah? aku pikir…….. Kak Bara jahat!” sentak Desi begitu saja dan berlari meninggalkan tenda kesehatan membuat Bara sangat kaget dan kebingungan. ”Des....?” panggil Bara tetapi Desi terus saja berlari memasuki tendanya. “Ada apa dengannya?” gumam Bara. Ꙭ “Den, si Desi itu sudah sangat keterlaluan! Dia bener-bener gak ngehargai Adel,” seru Rinrin sangat kesal. “Ya terus mau bagaimana lagi? Lagian si Adel mana bisa percaya hanya dengan kata-kata kita tanpa bukti. Dia pasti hanya akan menjawab kalau sikap Desi memang manja,” seru Dendi. “Tapi gue takut lama kelamaan, malah akan jadi duri buat Adel dan juga Raka! Lagian si Bara juga acuh aja dan malah ngerespon baik sikap ganjennya si Desi!” seru Rinrin sangat kesal. “Sabar saja dulu, kita amati saja dulu. Kalau sudah sangat keterlaluan baru kita lapor ke mereka,” seru Dendi. “Hmmm, gue nyesel ikut kemari. Tau gini mending ikut mereka ke Sumatera!” seru Rinrin dengan wajah bad mood. Ꙭ “Astaga, tadi aku simpan camera dimana yah?” gumam Adel membongkar semua kopernya. “Nyari apaan Del?” tanya Milla yang baru keluar dari kamar mandi setelah mandi. Ia yang sekamar dengan Adel, merasa penasaran karena Adel tampak membongkar semua kopernya. “Gue cari camera, lu liat gak?” tanya Adel. “Lho bukannya tadi di bawa si Raka yah?” seru Milla. Adel menghentikan gerakannya dan melihat ke arah Milla. “Iya gitu?” tanya Adel tanpa mengingat-ngingat. “Tadi kan habis makan, lu kasihin cameranya ke Raka. Masa lu lupa sih,” seru Milla kembali mengusap rambutnya yang basah. “Iya gitu yah,” gumam Adel masih terlihat mengingat-ngingat. “Lu beneran lupa? Ck, gak biasanya lu pelupa gini. Coba saja lu w******p si Raka.” Adel pun mengambil handphone nya dan menghubungi Raka menanyakan camera miliknya. “Ternyata benar ada di Raka,” seru Adel setelah menyimpan kembali handphone nya dan membereskan pakaiannya kembali ke dalam koper. “Tuh kan, ck dasar lu,” kekeh Milla. “Benar-benar pikun dah,” kekeh Adel. Ꙭ “Lu mau ajak gue kemana?” tanya Adel saat bertemu Raka di depan hotel. “Kita jalan-jalan saja,” seru Raka. “Mana si Jeta mana?” tanya Milla “Ntahlah, sejak tadi dia sudah kabur entah kemana. Mungkin cari mangsa,” jawab Raka. “Kita jalan saja yuk.” Adel menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan. “Katanya di deket penginapan ada sungai dengan airnya yang bersih,” seru Raka. ”Oya? Terus lu tau gak tempatnya?” “Ya kita tanya-tanya aja,” ucap Raka. “Ntar malah nyasar,” seru Milla. “Kan minta di anterin, Milla. Ya kali nyasar, kita kan bukan bocah,” jawab Raka dengan nada datarnya seperti biasa. “Tuh si monyet playboy,” tunjuk Milla ke arah Jeta yang tampak berjalan mendekati mereka dengan wajah berseri. “Kenapa lu? Muka udah kek monyet habis kawin,” seru Raka. “Ajrit lu Ka!” gerutu Jeta. “Kalian mau kemana?” “Jalan-jalan lah, memangnya lu jalan sendiri aja kagak ajak-ajak,” ucap Milla. “Gue abis ngintilin cewek cantik, dan gak sia-sia. Gue dapat nomor Whatsappnya,” kekeh Jeta dengan bangga. “Ck, dasar playboy cap monyet,” kekeh Adel. “Udah ah, ayo berangkat,” seru Raka yang di setujui yang lainnya. Ꙭ Selama perjalanan Adel tampak mengambil potret sahabat-sahabatnya. Mereka tampak bercanda, tertawa. Raka dan Jeta kadang saling pukul bercanda. “Ck, lu sibuk nyuri foto kita aja,” seru Milla. “Gak bosen lu foto-foto mulu,” seru Jeta. ”Gue gak mau nyia-nyiain kesempatan ini. Suasana seperti ini bisa kita kenang lagi suatu saat nanti,” seru Adel. “Selembar foto ini bisa di kenang, walau nanti kita sudah tidak ada. Mungkin umur kita di target sampai kapan, dan lagi mungkin saja daerah ini juga beberapa tahun ke depan sudah banyak perubahan. Atau mungkin kita tak bisa memiliki kesempatan untuk balik lagi liburan ke sini. Jadi foto ini sangat penting, memory yg paling abadi.” Penjelasan Adel membuat teman-temannya memutar bola matanya. “Selalu saja,” seru Raka. “Kita nanya dua kata, dan di jawab dengan satu buku novel Stay With Me,” kekeh Milla. “Isshhh...” --- Mereka pun akhirnya sampai di tempat tujuan setelah beberapa kali bertanya pada orang-orang di sekitar sana. Memang benar adanya, air terjun di sana tampak begitu jernih dan sejuk. Suasana nya juga masih sangat alami dan begitu memukau mata. ”Wow… indah banget!” seru Adel begitu antusias dan mengambil potret suasana di sana yang terlihat sangat indah. Jeta mendorong Mila begitu saja hingga Mila tercebur ke dalam sungai dan seluruh bajunya basah. “Kapal Jet sialan!” amuk Milla sedangkan Jeta hanya tertawa puas. “Baju gue basah semua, jam tangan dan handphone gue juga!” rengek Milla mengangkat handphone nya ke udara. “Gak apa-apa, ntar tinggal beli lagi, gampang kan.” Kekeh Jeta tanpa merasa bersalah. “Huft sialan!” gerutu Milla menyimpan barang-barangnya di dekat batu. Jeta berusaha ingin menjahili Raka, dengan diam-diam berdiri di belakang Raka untuk mendorongnya. Tetapi Jeta kalah cerdik dengan Raka, dalam sekejap Raka bisa membalikkan posisi dan tubuh Jeta lah yang akhirnya tercebut ke dalam sungai. “Ahh Raka sialan!” gerutu Jeta mengusap wajahnya yang basah. Adel dan Raka tertawa melihatnya. “Makanya jangan jahil,” seru Raka. Raka mengambil camera dari Adel yang sibuk mengambil candid Milla dan Jeta yang saling menyimpratkan air. Dan saat Adel ingin merebutnya kembali, Milla menarik kaki Adel hingga tubuhnya tercebur ke dalam sungai dan Raka berhasil mengabadikan moment itu. “Cepet turun lu, Raka!” teriak Jeta yang kini sudah menikmati kesejukan sungai dengan berenang. “Siap!” jawab Raka menyimpan semua barang-barang di atas batu. Kemudian dia membuka kaosnya hingga memperlihatkan badan ramping nan kekarnya. Tanpa kata, Raka langsung menceburkan diri dan bergabung dengan yang lainnya bermain air dan berenang. Ꙭ Malam menjelang, Fram dan yang lainnya tampak sibuk membakar ikan dan ayam di taman belakang penginapan yang sangat sejuk dengan pemandangan indah. Anton bersama asistennya juga terlihat ada di sana dan bergabung dengan yang lain. ”Hai,” sapa Anton pada Adel yang sedang memotret moment itu. “Hai,” jawab Adel dengan senyumannya. ”Kamu suka banget yah memotret sesuatu? Apa kamu seorang fotografer?” ”Bukan,” kekeh Adel. “Ini hanya salah satu hobby ku saja,” jawabnya. “Aku juga memiliki hobby mengabadikan sesuatu, tetapi dalam bentuk lukisan,” ucap Anton. “Oya?” “Iya, hobby kita berdua berbeda tipis,” jawab Anton. “Kapan-kapan aku akan melukis kamu. Kamu objek paling indah yang akan aku lukis nanti,” seru Anton membuat Adel tertegun tetapi akhirnya menampilkan senyumannya. “Kamu bisa saja,” kekeh Adel berusaha mencairkan kecanggungan di dalam hatinya. Ꙭ Keesokan harinya, Adel dan yang lainnya kembali pulang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Adel bersama ketiga sahabatnya langsung menuju ke kampus untuk menyambut kedatangan sahabatnya yang juga pulang setelah berkemah. Mereka di jadwalkan akan kembali hari ini. Tak lama terlihat bus datang, dan behenti di parkiran kampus yang luas. Tampak para mahasiswa juga guru yang berada di dalam bus keluar satu persatu dari bus. Tak lama terlihat Rinrin dan Dendi turun, Milla juga Jeta memanggil mereka hingga membuat mereka senang dan langsung mendekati Milla, Jeta, Adel dan Raka yang berdiri di dekat area masuk kampus. Selang beberapa menit, Desi turun bersama Bara di belakangnya. Melihat Rinrin yang berteriak memanggil Milla dan Adel, membuatnya menyadari keberadaan Kakaknya itu. Desi berjalan mendekati mereka dan langsung memeluk Raka dengan manjanya. Raka adalah kekasih Desi dalam 6 bulan ini. “Hallo semuanya, Hallo Sayang,” sapa Bara yang kini berdiri di hadapan Adel. Adel tersenyum merekah dan menjawab sapaan Bara. “Kalian terlihat sangat lelah,” seru Adel. “Lumayan Del, perjalanan panjang,” seru Rinrin. “Raka, Kak Adel, kalian tau. Aku menderita di sana,” seru Desi dengan nada manja. “Kenapa?” tanya Adel sedikit bingung. “Aku jatuh terus aku juga sempat di gigit ular,” keluhnya seraya menunjukkan luka bekas gigitan ular. “Kok bisa? Lalu gimana? Apa kita perlu ke rumah sakit sekarang?” tanya Adel terlihat khawatir. “Tidak Kak tidak perlu, aku sudah lebih baik. Untung ada kak Bara di sana yang lindungin aku. Kak Bara juga yang bantu ngeluarin bisa ularnya jadi gak sampe bengkak dan menyebar ke area yang lain,” jelas Desi panjang lebar tanpa menyadari raut wajah Raka yang mengernyit dan tampak muram. “Kita balik aja yuk,” seru Jeta yang menyadari ketidaknyamanan Raka. Jeta juga memang tidak begitu suka pada Desi yang merupakan adik sepupu Adel. “Iya, kita juga mau balik. Cape banget dan badan lengket banget rasanya,” seru Dendi. “Ya sudah,” jawab yang lain. Adel ikut bersama Bara menuju ke rumah Bara. Bara memaksa Adel untuk ikut ke rumahnya dengan alasan masih kangen. --- Sesampainya di rumah Bara, mereka di sambut hangat oleh Ibunya Bara. Bara meninggalkan Adel bersama Ibunya dan ia menuju ke kamarnya untuk mandi. “Bagaimana kabarmu, Sayang?” tanya Mama Bara. “Alhamdulillah kabarku baik, Tante. Tante dan Om bagaimana?” tanya Adel. “Kami juga sangat baik. Sudah lama kamu tidak berkunjung kesini,” serunya. “Aku sibuk kuliah, Tante.” Kekeh Adel dan mengalirlah pembicaraan mereka. “Ah sebentar, Tante sampe lupa bawain minuman untuk kamu. Saking kangennya jadi kita kebablasan ngobrol,” kekehnya. Adel hanya tersenyum menanggapinya. Mama Bara pamit pergi ke dapur dan meninggalkan Adel sendirian. Adel menoleh ke tas ransel Bara, Bara lupa membawa tasnya ke dalam kamar. Karena sudah terbiasa, Adel pun membuka tas Bara dan mengeluarkan semua pakaian kotornya untuk di bersihkan. Tak ada sesuatu yang aneh, hampir semuanya pakaian kotor yang di kenakan Bara di sana. “Aduh,” keluh Adel saat sesuatu menggores lengannya. Ia melihat salah satu kaos milik Bara, dan memeriksa apa yang barusan menggoresnya. “Anting?” gumamnya. Ia melihat sebuah anting menempel di bagian d**a kaos tersebut. Dan Adel mengenali anting itu. “Ini anting milik Desi.” Derap langkah kaki menyadarkan Adel dari lamunannya, ia menoleh dan terlihat Bara baru datang dengan setelan rumahannya. Bara tampak sudah segar dengan rambut basahnya. “Maaf yah buat kamu nunggu lama,” serunya dan mengambil duduk di samping Adel. “Tidak apa-apa.” Jawab Adel tersenyum. “Emm Bar,” “Kenapa?” tanya Bara. “Kok anting Desi bisa tersangkut di kaos kamu?” tanya Adel menunjukkan kaos dan juga antingnya. Bara terlihat kaget dan sedikit termangu. Tetapi hanya sekilas dan kembali normal raut wajahnya. “Oh mungkin tersangkut saat aku berusaha nolong Desi saat di gigit ular.” Adel hanya ber-oh saja untuk menanggapi penjelasan Bara. “Sudahlah Yank, biarkan si Bibi saja yang membereskan pakaian kotorku. Sebaiknya kita makan siang saja yuk. Mama sudah siapkan makanan untuk kita di meja makan,” ajak Bara yang di angguki Adel. Ꙭ Saat ini Adel, Raka, Milla, Rinrin, Jeta dan Dendi tengah menikmati makan siang mereka di kantin kampus. “Guys, akhir pekan ini Bokap gue ulang tahun. Gue pengen kasih kejutan, kalian bisa bantu siapin kan?” seru Adel. “Selalu siap dong,” seru yang lain kompak membuat Adel terkekeh. “Rencananya mau buat acara gimana? Dan tempatnya dimana?” tanya Raka. “Booking tempat makan kesukaan Papa saja, acaranya gak perlu mewah banget. Papa kurang menyukai acara pesta party begitu,” seru Adel. “Sekretaris siap mencatat,” seru Milla dengan kekehannya seraya mengeluarkan pen dan buku catatannya. “Selalu sigap,” kekeh Dendi. “Kalau nanti kerja, Milla bisa jadi sekretaris kesayangan bosnya,” kekeh Rinrin. “Yang penting Bos nya itu tampan, masih muda dan so cool kayak di novel novel gitu,” seru Milla membayangkan dia menjadi tokoh utama dalam sebuah novel cinta. “Ck, korban novel. Yang ada juga bos nya g***n atau yang udah punya bini,” kekeh Jeta. “Isshhh merusak khayalan saja,” cibir Milla. “Jadi apa saja yang di butuhin? Kita atur saja dulu tugas tugasnya.” “Lu bener,” ucap Adel. Merekapun sibuk berbincang mengenai persiapan yang akan mereka lakukan. Ꙭ
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN