Part 1

928 Kata
Hana menangis meratapi kepergian sang papi, Mark Antoni ayah kandungnya yang pergi untuk selamanya menghadap sang kuasa. "Sudah sayang... jangan bersedih lagi, masih ada mami di sini, biarkan papi pergi dengan tenang" ucap Sandra sembari mengusap punggung Hana kecil, Hana yang masih berusia delapan tahun. "Papi... kenapa papi pergi secepat ini mam" tanya Hana pada ibu tirinya itu. "Sudah kehendak Tuhan sayang, kita bisa apa... sekarang kita hanya bisa mendoakan semoga papi tenang di sana" ucap Sandra, sebagai seorang ibu tiri ia bisa dibilang cukup sayang pada Hana karena ia mengasuh Hana sejak masih balita. --- #Skip Beberapa tahun setelah kepergian Mark ayah kandung Hana, Sandra bertemu dengan Zein Atmajaya. Duda tanpa anak, ia bercerai dengan istri pertamanya karena terus cekcok setiap harinya dikarenakan pernikahan yang tak kunjung dikarunia momongan. Zein dan Sandra memutuskan menikah setelah merasakan kecocokan pada hubungannya, keduanya menikah saat usia Hana sebelas tahun. Menikah dengan Sandra otomatis Zein pun juga harus menerima Hana sebagai anak sambungnya, dan dalam perjalanan rumah tangganya Zein pun menyayangi Hana seperti anaknya sendiri terlebih pernikahannya dengan Sandra pun tak dikaruniai momongan dan otomatis Zein mencurahkan kasih sayangnya hanya pada Hana yang ia anggap sebagai putrinya sendiri. --- #Skip Beberapa tahun kemudian, usia Hana sudah menginjak dua puluh satu tahun, ia semakin cantik di usianya yang sudah dewasa. "Selamat pagi dad" ucap Hana memasuki ruang makan. "Pagi sayang" ucap Zein tersenyum. "Mami mana" tanya Hana. "Mami-mu masih tidur, biasa... dia lembur dan baru pulang jam setengah dua belas" ucap Zein sembari membaca koran paginya. "Oh... dad nebeng ya ke kampus" ucap Hana. "Mobil kamu kenapa" tanya Zein. "Mobil mau di service dulu hari ini" sahut Hana. "Oh boleh, cepat selesaikan sarapanmu" ucap Zein. "Oke daddy" ucap Hana. Ayah dan anak sambung itu sudah berangkat meninggalkan rumah, sementara Sandra masih setia berada dibawah selimutnya. Akhir-akhir ini perempuan itu disibukkan dengan kegiatan kantornya yang sangat padat hingga tak jarang harus lembur hingga dini hari. Mobil Zein baru saja berhenti didepan kampus Hana. "Terima kasih ya dad" ucap Hana. "Ya... pulang naik apa" tanya Zein. "Jemput boleh gak dad" ucap Hana. "Kamu selesai jam berapa" tanya Zein. "Jam dua belas sudah bubar kelas" ucap Hana. "Jam makan siang ya, oke daddy yang jemput sekalian kita makan diluar" ucap Hana. "Ajak mami ya dad, biar makan siang bareng" ucap Hana. "Iya nanti daddy hubungi mami-mu" ucap Zein. "Sana keluar daddy mau cepet nyampe kantor, belajar yang bener jangan pacaran mulu" ucap Zein sembari mengecup puncak kepala anak sambungnya tersebut. "Ih daddy siapa juga yang pacaran" omel Hana sembari keluar dari mobil ayah tirinya. Hana baru saja memasuki halaman kampus. "Han..." Dion salah satu teman kampus Hana memanggil, teman kampus yang akhir-akhir ini coba mendekatinya. "Eh hai Di" ucap Hana tersenyum. "Malam ini ada acara gak Han" tanya Dion. "Emm... enggak sih, kenapa memangnya" tanya Hana. "Jalan yuk" ucap Dion. "Boleh... mau ke mana" tanya Hana tersenyum. "Terserah aja sih kamu maunya ke mana" ucap Dion. "Nonton aja ya" ucap Hana. "Oke boleh, nanti jam tujuh aku jemput" ucap Dion. "Sip, ya sudah aku duluan ya ada kelas pagi" ucap Hana. "Ayo aku antar" Dion pun menemani Hana hingga ke depan kelasnya. Hana memasuki kelasnya, beberapa sahabatnya tersenyum penuh arti ketika mmelihanya yang di antar Dion hingga ke depan kelas. "Cieeee... udah jadian lo" tanya Rahma. "Gak... apaan sih lo, kita cuma temen" ucap Hana. "Temen... sampe diantar ke kelas, temen apaan tuh" ledek Angel. "Apaan sih kalian, beneran gue sama dia cuma temen... gue tau kok Dion suka sama gue ya tapi gimana dong gue gak ada rasa sama dia" ucap Hana. "Jangan php-in anak orang Han, kasian tau... dia ngarep banget sama lo" ucap Rahma. "Iya-iya" ucap Hana. Jam dua belas siang kelas Hana baru saja bubar, Zein sang ayah sambung menunggu Hana di mobilnya. "Sudah lama dad" tanya Hana saat masuk mobil. "Gak, baru aja" sahut Zein. "Mau makan siang di mana" sambung Zein. "Makanan jepang boleh" ucap Hana. "Oke kita ke sana" ucap Zein sembari memacu mobilnya. "Mami ikutkan" tanya Hana. "Hhhh... mami kamu katanya ada meeting siang ini, kamu tau sendiri akhir-akhir ini pekerjaannya sangat menyita waktu" ucap Zein mendesah. "Hhhh mami gitu deh, diajakin makan siang gak mau... ngerasa gak sih dad kalau akhir-akhir ini kita jarang ngumpul" ucap Hana. "Ya daddy tau, mau gimana lagi Han..." ucap Zein. "Ya daddy tegurlah mami, jangan terlalu sibuk" ucap Hana. "Udah Han, kamu tau sendiri mami kamu pekerja keras dia gak bisa santai kalau sudah menyangkut soal pekerjaannya" ucap Zein. "Ya udahlah kalau seperti itu" ucap Hana. Keduanya kini berada di sebuah restoran jepang, dihadapannya sudah tersaji makanan yang mereka pesan juga sebuah kompor kecil untuk memanaskan makanan. "Nanti pulang biar Hana naik taksi aja dad, kejauhan kalau daddy harus ngantar pulang" ucap Hana sembari menikmati makanannya. "Yakin mau naik taksi, gak takut begal" ucap Zein. "Ih daddy nakut-nakutin aja" ucap Hana. "Telpon supir minta jemput di sini" ucap Zein. "Iya deh, daddy sih bikin takut" ucap Hana. "Oh ya nanti malam temenin daddy ke pesta ulang tahun rekan daddy ya" ucap Zein. "Yahhh dad... aku keburu janji sama teman mau nonton" uucapl Hana. "Nonton kan bisa ditunda Han, temenin daddy ya... kamu tau sendiri mami kamu gak bisa akhir-akhir ini" ucap Zein. "Iya deh, nanti aku bilang batal dulu sama temanku" ucap Hana. "Itu baru anak daddy" ucap Zein. Usai makan siang bersama Zein menemani Hana menunggu supir yang menjemputnya, hingga supir datang dan mobil yang membawa Hana menjauh barulah Zein meninggalkan restauran jepang itu dan kembali ke kantornya. ♥♥♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN