Prolog

462 Kata
"Maaf Bu, saya nggak kenal-" "Nggak usah banyak omong kamu! Balikin uang anak saya! Atau saya penjarakan kamu!" Adrian datang. Ia tak suka ada keributan di kantornya. Ia melihat semua perlakuan kasar si ibu tak dikenal terhadap karyawannya. Jiwa kepemimpinannya tak tega membiarkan Naya diperlakukan seperti itu terlepas apapun yang sudah terjadi. Ia meminta si ibu dan anaknya serta Naya membicarakan semua masalah secara baik-baik di ruangannya saja. Mulanya si ibu tak menggubris. Tapi anak perempuannya berbisik sesuatu. Lalu mereka pun diajak ke ruangan Adrian. Ia meminta kronologi lengkap dari si ibu tersebut. Sementara Naya hanya bisa tertunduk tak berdaya setelah membaca pesan masuk di ponselnya. "Anak laki-laki saya masuk rumah sakit gara-gara minum obat penenang kebanyakan. Untung kami menemukannya lebih cepat. Selama ini kami sudah mengira ada yang memanfaatkan Doni, anak saya. Sudah enam bulan terakhir dia sering bilang kirim uang buat calon istrinya. Ngakunya pramugari. Nggak tahunya cuma seorang penipu! Anak saya sudah keluar hampir tiga puluh juta! Belum hadiah-hadiah yang sering dikirim! Saya nggak terima, Mas!" "Jadi, maksud Ibu, Naya membohongi putra Anda? Begitu?" "Benar! Saya sudah datangi perusahaan tempat Meta bekerja. Sepupunya Naya yang menjelaskan semua. Ternyata selama ini Naya menyalahgunakan foto-foto serta nama Meta. Si Naya mengaku-ngaku sebagai Meta untuk membodohi anak saya." Adrian mengangguk-angguk memikirkan sesuatu. Ia menatap sosok Naya yang tampak tak melakukan perlawanan sama sekali. "Maaf sebelumnya, Ibu ada bukti kalau ucapan dari pihak Meta itu benar?" "Tentu ada, Mas! Ini nih, bukti transfer ke rekening atas nama Naya Aruma. Jelas kan? Waktu itu alasannya nitip uang di sepupunya. Ternyata dia sendiri yang pakai!" Alhasil karena belum tahu cerita sebenarnya dari pihak Naya, Adrian memutuskan untuk mengganti rugi sementara. Sebagai gantinya, masalah tak perlu diperpanjang ke jalur hukum. Ia merasa ada yang ganjal dengan pernyataan si ibu tadi. Usai si ibu dan anaknya pergi. Adrian duduk di dekat Naya. "Saya mau dengar versi kamu. Bisa kamu jelaskan?" Naya mengangkat muka dengan ragu-ragu. "Apa Pak Adrian akan percaya dengan apa yang saya katakan?" "Tergantung kejujuranmu. Lagipula, saya sudah sering bertemu penipu selama perjalanan hidup saya. Bukan hal sulit untuk membedakan mana yang bohong dan mana yang tidak." "Saya nggak pernah menipu siapa pun..." lirih Naya. "Lalu kenapa kamu nggak menyangkal sedikit pun tadi?" "Saya punya alasan untuk itu." "Bisa jelaskan versi kamu?" ===== ♡ Special Love ♡ ===== Hai haiiiiii semuanya...... apa kabar? Masih ingat dengan diriku yg ambyar ini? Setelah berhibernasi beberapa waktu maka aku akan mulai up cerita ini. Hehe. Maafkan atas keterlambatan up dikarenakan satu dan lain hal yg tidak perlu dijelaskan. #apadah Terimakasih buat kesetiaan para pembaca setia ceritaku sekalian. Kudoakan semoga semua selalu sehat, bahagia, lancar rezeki, dan berjodoh dgn org yg baik dunia akhirat (buat yg belom dapet jodoh ya) Tetap semangat gais!! =============
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN