Si Kiti Usil!

1333 Kata
Doni terduduk lemas. Posko yang mereka tuju sudah tak berbentuk. Entah apa yang baru saja terjadi. Apakah harimau yang tadi nyaris menerkam mereka datang ke sini dan memporak-porandakan tempat ini? Ataukah ada harimau lain yang datang dan mengacau di sini. “Pak… Pak ketua…” Panggil Bagaskara. Dia berjalan memutari posko yang terbuat dari kayu untuk mencari ketua tim mereka. Yang menjadi pemandu acara berkemah di gunung ini. Seingatnya ketua tim dan dua orang lainnya dia tinggalkan sedang tertidur pulas. Tapi kenapa sekarang mereka menghilang dan bahkan posko mereka hancur berantakan. “Gasi, jangan bilang mereka bertiga ikutan hilang dan tinggal kita berdua.” Ujar Doni sambil menghampiri Aldi. “Jangan ngomong sembarangan! Kita cari dulu. Mungkin mereka lari saat ada yang datang ke sini.” “Tapi itu tas mereka masih ada loh. Barang yang lain juga masih ada.” “Ya, namanya lari menyelamatkan diri, mana mungkin mereka kepikiran untuk membawa barang-barang mereka! Lo ini kenapa bodoh sekali sih malam ini!” “Hehehehehe… bukan bodoh, Gas. Tapi belum selesai loading otaknya, masih memproses.” Cengiran garing diperlihatkan oleh Doni. “Ck! Ya sudah, ayo kita cari mereka dulu. Mungkin mereka lari tidak begitu jauh.” “Tapi barengan ya. Gue kagak mau ilang sendirian. Seenggaknya kalau bareng lo, kita ilang berdua.” “Seeet daaah ni anak. Heh panjul! Yang punya ide untung berkemah di gunung ini itu siapa? Kan gue udah menolak beberapa kali, tapi lo dan keduao rang itu tetap saja bersihkukuh mengadakan acara kemah ini!” “Ya, mau gimana lagi dong. Nasi sudah menjadi bubur. Jadi lebih baik kita mencari mereka. Yuk cari yuk!” Ajak Doni sambil menarik-narik tangan Bagaskara. “Udah, tidak sudah banyak bacot. Ayo cepet, semakin malam semakin sulit kita menemukan mereka.” Bagaskara dan Doni pun mulai berjalan memasuki hutan kembali. Mereka mengarahkan sorot lampu senter ke kiri dan ke kanan. Tapi belum ada tanda-tanda keberadaan ketiga rekannya. Doni yang memang sudah takut sedari tadi semakin merapatkan tubuhnya ke arah Bagaskara. Cengkraman tangan Doni pun semakin erat di lengan Bagaskara sampai-sampai dia kesulitan untuk berjalan. “Gas, kita tidak usah masuk terlalu jauh ya. Cukup satu kilometer saja. Ini malam, Gas! Kita lanjutkan besok saja saat matahari sudah muncul.” Bujuk Doni. “Oke! Gue juga tidak mau mengambil resiko.” Baru saja mereka ingin melangkah lebih dalam lagi ke dalam hutan, kaki mereka mendadak kaku dan sulit sekali untuk digerakkan. Doni dan Bagaskara saling pandang, mata mereka mengisyaratkan jika saat ini mereka bingung dengan apa yang terjadi dengan mereka. “Hai ganteeeng.” Suara wanita yang tiba-tiba muncul itu membuat Doni langsung memeluk erat Bagaskara. Bagaskara mengangkat kepalanya dan mengarahkan lampu senternya ke arah sumber suara. Mereka berdua terkejut bukan main. Sosok yang ada di depannya ini begitu indah. Wanita yang memanggil mereka begitu cantik. dengan rambut panjang yang tergerai indah. Gaun merah muda yang menawan membuatnya terlihat sempurna. Hampir saja Bagaskara dan Doni terpikat dengan pesona yang baru saja diperlihatkan oleh sang wanita. Begitu akal sehat mereka kembali, mereka sadar jika saat ini yang mereka lihat tidaklah nyata. Di gunung seperti ini sudah biasa terjadi hal-hal mistis yang terkadang membuat semua orang terpedaya akan sesuatu yang mereka harapkan. “Mau kemana malam-malam seperti ini?” tanya wanita itu sok manis. “Mau mencari orang.” Jawab Bagaskara datar. “Ehm… orang yang tadi ya. Yang bertiga itu? Yang lari jauh masuk ke dalam hutan?” Jawab wanita itu sambil tersenyum. Entah kenapa di mata Doni dan Bagaskara senyumannya bukanlah menambah kecantikan wajah wanita itu justru sebaliknya. Melihat wanita itu tersenyum, bulu kudung keduanya meremang sempurna. “Njiiirr… kok serem ya, Gas.” Bisik Doni. “Ssst! Jangan sembarangan ngomong.” “Kok, bisik-bisik sih? Aku bisa denger loh.” Ucap sang wanita, dan dia tiba-tiba sudah ada di depan wajah Doni dan Bagaskara. Sangat dekat. Mungkin jaraknya tak sampai sejengkal tangan. Hal itu membuat mereka berdua berkeringat dingin. Lalu sekujur tubuh mereka terasa ngilu. Rasa ngilu itu sampai membuat mereka berdua kesulitan bernapas. Tekanan energi dari wanita ini sangat kuat.  “Hei Kiti! Kenapa kau ini suka sekali mengganggu orang?” Tanya seseorang yang tak terlihat wujudnya. “Ah… kau ini tidak seru!. Biarkanah aku bermain-main dulu! sebentar saja. setidaknya sampai fajar menyingsing.” “Aku sudah mengatakannya, bukan? Dan kembalikan tiga orang yang kau sembunyikan itu ke tempatnya! Kembalikan semuanya pada posisi masing-masing!” Perintah tegas Putri pun tak dapat di bantah oleh Kiti. Mahkluk iseng yang menjadi teman Putri di gunung ini. Dengan satu jentikan jari semua yang terlihat berantakan pun kembali rapi. Bagaskara dan Doni saat ini tengah berdiri di depan posko mereka. Posko yang tadi tampak berantakan sudah kembali rapi. Ketiga rekan Bagaskara pun tengah tidur pulas di dalam posko beralaskan tikar pandan. Bagaskara ingin membuka mulutnya untuk mengucapkan terima kasih.  Tapi sayang hal itu tidak dapat dia lakukan karena Putri sudah membuatnya dan Doni ikut tertidur lelap. Putri langsung meniupkan serbuk mimpi ke arah mereka semua. Agar apa yang mereka alami tadi menjadi mimpi mereka malam ini. “Put! Kenapa sih kau selalu mengganggu kesenanganku?” Omel si Kiti kesal. “Aku sudah sering mengatakannya kepadamu bukan? Kau boleh mengganggu orang yang mengganggumu! Tapi tidak dengan orang yang datang baik-baik. Dan satu lagi berhenti memanggilku Put! Sebut namaku lengkap, P.U.T.R.I!” Eja Putri Penuh penekanan. “Cih… kau ini!” “Kau lupa siapa penguasa gunung ini? Jika aku mau kalian semua aku usir dari sini!” “Huuu… bisanya menggunakan kekuasaan saja! Ngana tara seru!” “Kalau kau tidak suka dengan aturan yang aku berlakukan, silahkan tinggalkan gunung ini dan mencari tempat lain!” “Iya deh… iya… aku menurut saja dengan sang ratu!” Jawab si Kiti menurut. Dia langsung terbang tinggi menghampiri Putri yang ada di puncak gunung ini. “Hari sebentar lagi pagi, sebaiknya kau kembali ke peraduanmu!” Perintah Putri. “Iya kanjeng Ratu! Eh tunggu, ngomong-ngomong nih aku lihat sudah beberapa hari ini kau tampak murung dan tak bersemangat. Ada apakah gerangan?” Tanya si Kiti kepo. “Aku bosan hidup abadi! Aku ingin menjadi manusia seutuhnya. Melewati sisa hidupku lalu mati.” “Whaaaat!!! wait…wait… aku tidak salah dengar nih, Put?” Tanya Kiti kaget, dan dia pun dilirik tajam oleh Putri karena masih memanggilnya ‘Put’. “Kau ingin mati? Hellloooww… semua manusia itu berharap bisa hidup abadi sepertimu. Lah ini dikasih enak malah mau susah. Gimana sih!” “Mereka yang menginginkan hidup abadi itu tidak merasakan apa yang aku rasakan. Jika mereka merasakan kesepian dan kebosanan sepertiku, aku yakin mereka pun enggan hidup abadi.” “Itu kan menurutmu. Kau lupa, manusia itu tamak. Mereka tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Selalu kurang, selalu haus akan sesuatu. Nafsu mereka itu melebihi nafsu binatang. Kau lupa berapa banyak wargamu yang meregang nyawa hanya karena ketamakan dan keserakahan mereka.” “Tamak dan serakah itu dua hal yang sama! Kau tidak usah menggunakan dua kata itu dalam satu kalimat!” “Ish! Biarin aja kenapa sih. ‘Kan biar kayak orang bijak gitu dan kayak manusia bener.” “Kau itu bukan manusia! Kau hanya arwah yang tak tahu tempat kembali!” “Ya, lupakan tentang aku. Balik lagi ke tentang kau. Jadi apa kau sudah menemukan cara bagaimana menjadi manusia seutuhnya?” “Pertanyaan bodoh! Jika aku sudah menemukan caranya kenapa aku masih bingung seperti ini.” “Ehm… iya ya, kok aku ini bodoh sekali sih! Begini Putri, bagaimana kalau kau temui tiga dewa yang menciptakan jagat Basemah? “Bertanya dengan mereka itu adalah hal yang paling tidak ingin aku lakukan! aku malas! Pasti mereka akan mengolok-olokku seperti dulu. Dan lagi, entah ada di mana mereka saat ini.” “Hahahahaha… aku ingat bagaimana mereka sering mengolok-olokmu dulu. Tapi kan itu mereka lakukan saat mereka menganggapmu masih bocah ingusan. Coba saja kau gunakan kekuatanmu untuk memanggil mereka. Aku yakin mereka akan muncul.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN