bc

SUKA DUKA MAS DUDA

book_age18+
9
IKUTI
1K
BACA
HE
goodgirl
stepfather
blue collar
drama
bxg
widow/widower
like
intro-logo
Uraian

Barra, duda beranak satu sudah bulat keputusannya untuk tidak menikah lagi, setelah ditinggal mati oleh mendiang istrinya, Mira. Namun, takdir ternyata mempertemukannya dengan Dhara, seorang dokter anak yang merawat Jasmine, putri semata wayang Barra. Apakah Barra dan Dhara akan bersatu? Karena Dhara juga berpikiran sama, enggan menikah karena trauma dengan laki-laki.

chap-preview
Pratinjau gratis
Ganti Rugi
"Bu, beneran nggak apa-apa Barra tinggal?" Barra khawatir melihat putri semata wayangnya demam dan rewel sejak kemarin. "Iya, nggak apa-apa? Mau gimana lagi, kamu disuruh cari istri baru nggak mau," celetuk Ratna, sengaja. "Bu... Udah dong bahas itunya. Atau Barra aja deh yang jagain Jasmine, biarin Barra nggak usah berangkat ke toko," ucap Barra sambil meletakkan kembali tasnya. "Eh, apa-apaan? Katanya hari ini lagi banyak orderan. Udah sana berangkat, biar Ibu yang jagain Jasmine." Setelah mengusap kepala Jasmine yang dahinya tertempel kompres penurun panas, Barra lalu berpamitan kepada ibunya. "Barra berangkat ya, Bu. kalau ada apa-apa tolong kabarin Barra," pamit Barra. Ratna hanya mengangguk lalu menerima salam dari putranya yang sudah bersiap untuk berangkat mencari nafkah. Sebenarnya bukan karena Ratna tidak ikhlas merawat cucu kesayangannya, tetapi kesehatannnya memang sedang menurun. Ratna benar-benar kelelahan dan kurang tidur karena merawat Jasmine yang sakit sejak kemarin. Ratna butuh istirahat barang sejenak. Tapi tentu saja tidak bisa, karena tidak ada yang bisa menggantikan posisinya saat ini. ***** "Udah siap semua, Jang?" tanya Barra pada salah satu karyawannya yang baru selesai mengangkat papan karangan bunga di atas mobil bak. "Sudah, Bos. Hari ini ada tujuh kiriman papan bunga. Ini rutenya, Bos." Ujang memberikan selembar kertas berisi alamat dan nama penerima papan bunga. "Oke, let's go!" Barra mengambil kunci mobil dari saku lalu mulai melaju menuju lokasi pertama bersama Ujang. Barra menyetir dengan hati gembira, setelah hampir dua tahun bisnis Jasmine Florist-nya diambang kebangkrutan akibat pandemi. Kini setelah pandemi dinyatakan berakhir dan semua kembali normal, Barra kembali kebanjiran orderan papan bunga untuk berbagai acara. Biasanya puncak orderannya di hari weekend seperti ini karena biasanya banyak acara pernikahan maupun launching sebuah bisnis baru. Setelah tiba di lokasi terakhir dan sedang memasang papan bunga yang terakhir bersama Ujang, tiba-tiba seorang perempuan berkebaya ungu menghapiri Barra. "Gimana sih, Bang? Ini udah jam berapa? Kenapa papan bunganya baru sampai? Saya 'kan udah order seminggu yang lalu dan minta dikirim H-1, bukan pas hari H!" cecar perempuan itu. Barra dan Ujang saling pandang. Sebenarnya jobdesk Barra selain sebagai owner juga sebegai akuntan, dia yang bertugas memastikan arus uang masuk dan keluar sesuai dengan rekapan order yang dia terima dari admin atau CS. Selain kadang dia juga merangkap sebagai kurir membantu Ujang jika sedang ramai orderan seperti hari ini. Sehingga, sebenarnya dia tidak tahu detil komplain yang dimaksud perempuan bersanggul simpel di depannya. "Mohon maaf sebelumnya atas keterlambatan pengiriman papan bunganya, Kak. Terima kasih atas kereksinya, Kak, akan kami jadikan pelajaran dan perbaikan ke depannya," ucap Barra tulus. Karena bagaimanapun pembeli adalah raja, dan sudah sepatutnya dia melayani pembeli sebagaimana mestinya. "Ck, kalian pikir minta maaf aja cukup? Terus pesanan bucket bunga saya mana?" Perempaun itu melihat sekeliling Barra dan Ujang dan tidak mendapati pesanan yang ia maksud. "Bucket?" Barra dan Ujang saling pandang lagi. Mereka benar-benar tidak tahu menahu soal orderan, karena bukan jobdesk mereka. "Sebentar, Kak, untuk soal bucket bunga nanti kami cek lagi ya dengan admin. Karena kami disini cuma bagian anter-anter aja. Mohon waktu ya, nanti setelah kami selesai konfirmasi dengan admin, kami usahakan kirim lagi hari ini." Barra coba menenangkan customer. "Ap? dikirim lagi hari ini? Basi, Bang! Bentar lagi acaranya mau bubar!" Perempuan itu kesal karena pesanan bucket bunga yang harusnya dikirim H-1 ke kamar hotel pengantin yang juga sahabatnya itu tidak sampai sesuai yang diharapkan. Barra dan Ujang jadi bingung. Karena benar katanya pelanggannya, jika dikirim hari ini pun percuma karena acara resepsi pernikahannya pasti sudah selesai. "Sekali lagi kami mohon maaf, Kak, atas kesalahan kami. Nanti kami akan tanggung jawab." Barra tak mau jadi pusat perhatian tamu yang lalu lalang karena keributan kecil ini, jadi Barra akan bertanggung jawab penuh atas kesalahan komukasi intern pada perusahaan kecilnya itu. "Nah, gitu dong! Kalau gitu saya minta ganti rugi tiga kali lipat dari harga bucket yang gagal dikirim hari ini!" ucap perempuan itu tegas. "Apa! Tiga kali lipat?" Barra dan Ujang tercengang. "Iya, tiga kali lipat! Karena kalian udah ngerugiin saya tiga kali! Pertama, bucket pesanan saya nggak dikirim! Kedua, kalian udah buang waktu saya hari ini karena harus bolak balik keluar masuk gedung cuma buat ngecek papan bunga ini! Ketiga, kalian udah bikin mood saya rusak hari ini yang harusnya saya happy di acara nikahan sahabat saya!" "Sebentar, Kak. Saya memang akan tanggung jawab ngembaliin uang Kakak, tapi nggak tiga kali lipat juga kali." Barra mulai kesal, dia merasa pelanggan yang satu ini keterlaluan. "Kenapa? Nggak sanggup?" tantang perempuan itu. Barra merasa tidak terima direndahkan. "Cih, siapa yang nggak sanggup?" "Oh, ya udah kalau gitu balikin duit saya tiga kali lipat. Sekarang!" "S-sekarang?" Barra kaget. "Iya, sekarang! Kenapa? Mau mangkir? Atau... mau saya viralin di sosmed kalau toko florist kalian wan prestasi dan menipu pelanggan?" "Apa?" Barra semakin kesal, tangannya mengepal. Andai pelanggan di depannya bukan perempuan, Barra pasti sudah ajak dia untuk adu jotos saja. "Bos, gimana ini?" Ujang menyenggol lengan Barra. "Ck, udah buruan ditransfer, lama bener." Perempuan itu melipat tangannya di d**a. "Dhara... Ayo buruan masuk, udah mau mulai lempar bunganya." Seseorang memanggil dari pintu gedung. "Oh, oke! Tunggu, nanti gue masuk!" Perempuan bernama Dhara itu melambaikan tangan pada temannya. "Kalian niat buat tanggung jawab nggak, sih!" Dhara berkacak pinggang. "Bos." Ujang menyadarkan lamunan Barra yang sedari tadi terlihat murung dan bingung karena bisnisnya hari ini akan merugi. "Iya-iya, saya transfer." Barra terpaksa mengeluarkan ponselnya dari saku dan membuka mobile banking. Setelah menyelesaikan transaksi dengan Dhara, Barra kemudian pamit bersama Ujang untuk kembali ke toko dengan wajah lesu. "Huft, kita rugi lagi hari ini, Jang." Barra terduduk lemas di kursi penumpang. "Iya, maaf ya, Bos. Saya juga beneran nggak tahu soal orderan bucket bunga itu. Sumpah, Bos!" Ujang bersumpah sambil menyetir. "Iya, sama, saya juga nggak tahu. Kayaknya orderan ini waktu si Tina nggak masuk itu, Jang." Barra mengingat lagi saat Tina, admin sekaligus Customer Service-nya sedang tidak masuk kerja karena sakit, sehingga rekapan orderan ada yang salah. Tapi Barra juga tidak bisa menyalahkan Tina. Barra hanya bisa pasrah dengan kerugiannya hari ini. ***** Sementara di dalam gedung, resepsi pernikahan memasuki puncak acara yaitu pelemparan bunga pengantin. Semua tamu yang single sudah berbaris rapi, begitu pula dengan Dhara yang sudah ikut berdiri meski dalam hatinya sebenarnya enggan. Saat MC memulai aba-aba, pasangan pengantin itu lalu melempar bunga, dan tanpa disangka bunga itu jatuh tepat di tangan Dhara yang sedari tadi hanya berdiri mematung. Semua mata di dalam gedung kini tertuju pada Dhara, beberapa bahkan memberinya selamat dan mendoakan agar cepat menyusul. "Makasih," ucap Dhara lirih. Dhara hanya tersenyum tipis dan enggan mengamini doa yang ia terima. Karena Dhara sudah muak dengan makhluk bernama laki-laki dan enggan menikah. -*-*-*-

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook