Part 8

1918 Kata
Part 8 Kelompok Prakarya Sabtu BangbangSat* Pagi epribadeh Jadi kelompok dimana nih? Daniyal* Grub apaan ini? Elangnat* Grub masak memasak, dulu pernah dibilangin sama bu Ela dan kemarin di suruh untuk bentuk terus di sajikannya hari senin Daniyal* Gak jadi masak hari senin? BangbangSat* Enggak, kelompok hari minggu? Di rumah sapa nih? Yang ibunya gak sibuk setau gue cuman Daniyal doang Daniyal* Gue masih belum paham BangbangSat* Cek pc! Meilee* Masak apa hari minggunya? Kelompok di rumah sapa? Nyokap gue besok hari minggu ada acara Elangnat* Mak gue soping BangbangSat* Adik gue banyak pada kecil-kecil mak gue gak mau nih Elangnat* Kalau Lea gimana? Meilee* Belum muncul mungkin masih tidur:) Daniyal* Kok ada cewek itu, emang kelompok kita sapa saja sih? BangbangSat* Kelompok kita ada 6, gue, lo, Elang, Mei, Pio dan Lea Daniyal* Ngapain ngajak tuh cewek! Ngrepotin! Elangnat* Haelah lo gak masuk kemarin jangan bikin ulah! BanbangSat* Gue tadi habis chat mak lo Yal, katanya malah bagus kelompok di rumah lo:v Daniyal* Dapet nomer bunda gue dari siapa? BangbangSat * Mak lo pacar gue Yal hahaha(ketawa jahat) Daniyal keluar grub BangbangSat * Malah keluar nih bocah:v Elangnat* Yaudah yang penting udah fiks hari minggu ke rumah Daniyal jam 10an, gimana? Meilee* Kita belum nentuin makanan apa haduh! Gue dari tadi dikacangi ya! Elangnat * Gue tadi masih mandi, marah sama Satria yang gelud sama Daniyal noh BangbangSat * Gue lageh Elangnat * Bacot LeaCANTIK* Heyyy Meilee* Lea udah muncul nih? Dari mana aja? LeaCANTIK* habis mandi sama makan? Meilee* Yahh gue malah belum sarapan Elangnat * Anak pinter @LeaCANTIK Bodo amat @Meilee Meilee* Gelud yuk? LeaCANTIK* Iyal udah keluar ya? Iihh sedih gue:( BangbangSat * Udah biarin tuh anak nanti gue masukin grub lagi Elangnat* Gimana kalau masaknya ditentuin di hari itu aja, kita belanja bareng di supermarket Meilee* Tumben pinter lo BangbangSat * Iyeye, dari dulu emang. Baru nyadar? LeaCANTIK* Ok ... Keluarga Abrisaam atau bisa disebut keluarga kecil Bryan tengah berkumpul di ruang keluarga. Bryan berusaha untuk tidak terlalu sibuk dengan urusan kantor dan biasanya di jam-jam bersama anak-anaknya ini, ia ingin menghabiskan waktu dengan keluarganya. Terutama dengan Nevan, anaknya yang sangat dekat dengannya. Putra kecilnya yang membutuhkan kasih sayang utuh, ia senang melihat putranya dalam kondisi baik seperti ini dan sedih rasanya jika membayangkan anaknya kesakitan seperti dulu. "Belajar apa? "tanya Bryan pada Nevan yang tengah sibuk dengan buku pelajaran dan buku catatan. "Belajar matematika, mumpung ada a a di sini jadi bisa tanya," balas Nevan tanpa menoleh padanya. Anaknya itu serius dengan apa yang dikerjakan dan memang Nevan hanya mau belajar bareng Daniyal. "Nanti kalau udah jam setengah 9 istirahat ya, jangan terlalu serius nanti pusing. "Bryan mengusap rambut Nevan lembut. " Daniyal jangan lupa juga, adiknya diingetin! "perintah Bryan pada Daniyal. " Iya ayah. "Daniyal memang sedari tadi duduk di samping Nevan. " Daniyal? "panggil Nadya yang kini berjalan menghampiri ketiga orang itu sambil membawakan minuman. Susu cokelat untuk Daniyal dan Bryan sedangkan Nevan diberi jus buah jambu. " Iya bunda. "Daniyal menatap bundanya yang tengah tersenyum penuh arti. " Besok minggu, ngerjain kelompok di sini kan? "Nadya duduk di samping Daniyal. " Iya bun, kata Satria gitu. Satria kok bisa dapet nomer bunda?"tanya Daniyal heran. "Bunda yang ngasih, sengaja memang dah lama juga. "tiba-tiba Nadya terkekeh pelan ketika ia teringat sesuatu. " Kenapa bunda tertawa? "tanya Daniyal lagi. " Gapapa, bunda besok bantuin kalian kelompok. Tapi masak jadinya? " " Entahlah bun, Iyal keluar grub jadi gak tau dan Iyal juga malas buka hp. " " Oh gitu. " " Kenapa bunda? "sekarang giliran Bryan yang bertanya pada Nadya yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu. " Ah tak apa yah, bunda cuman seneng aja. " " Bunda jangan nggangguin Nevan, Nevan mau serius ini. "Nevan berusaha menahan tangan bundannya yang ingin menangkup wajahnya. Nadya terkekeh melihat wajah anak bungsunya kesal. "Syifa lagi main kok belum pulang?" tanya Bryan pada Nadya. "Anak itu memang suka keluyuran,"kata Nadya. "Lebih baik ayah aja yang bilangin, soalnya Syifa lebih takut sama ayah. Kalau Daniyal juga susah bilangin Syifa," ujar Daniyal. " Nanti ayah akan lebih tegas lagi, takut juga sama pergaulan anak jaman sekarang. Memang namanya aja Syifa, tak kirain lemah lembut seperti bunda ternyata kelakuannya bikin orang ngenes juga. Banyakin sabar aja deh. "Bryan mengusap dadanya mengingat anak itu memang paling sulit diatur. " Kalau Adit mah gapapa, ayah biarin soalnya udah dewasa dan udah lebih ngerti lagian bukan anak sekolahan. Nah kalau Daniyal mah betah betahan di rumah sedangkan Syifa ini harus tau waktu ya,"ujar Nadya. "Lagian udah kebiasan di rumah bun, jadi Iyal rasanya males aja kalau keluar malam terlalu lama mungkin ngumpul sama tiga temen Daniyal biasanya di cafe deket rumah. Daniyal juga sukanya liburan saat memang hari libur panjang. " Nadya tersenyum mendengar ucapan Daniyal yang mulai berterus terang. Nadya mengaku jika kebersamaan bersama anak-anak itu penting dan membuat anak-anaknya merasa terbuka padanya. Ia memang sibuk akhir akhir ini, butiknya yang telah dibangun semenjak ia dikasih hadiah oleh Bryan makin ramai saja bahkan bangunan itu masih dalam tahap renovasi. Banyak pekerjaan yang memang dirinya harus ada mendampingi para karyawan. Walau butiknya dekat rumah tapi tak membuat ia hanya bersantai ria justru ia harus tanggap atas pekerjaannya itu apalagi pesanan online yang semakin banyak dan nantinya ia akan membuka lowongan pekerjaan lagi. Bryan menatap putra keduanya itu sambil menepuk pundak Daniyal pelan. Tak menyangka jika dulunya Daniyal pernah nakal kini semakin dewasa pikiranya. "Emm tapi bunda ragu deh kalau kamu terus-terusan di rumah mungkin kamu masih belum punya pacar jadi begini, entar kalau udah punya pacar pasti deh kamu bakal sering keluar rumah. "Nadya cekikian dengan apa yang diucapkan sendiri. " Enggak lah bun, menurut Iyal sendiri. Pacar? Kan Daniyal pernah bilang kalau Iyal gak mau pacaran dulu saat sekolah. Iyal ingin fokus sekolah. "Daniyal menghela napasnya, lagi-lagi bundanya berbicara seperti itu. " Ah ya ya kenapa ayah gak kepikiran."Bryan juga ikut menggoda anaknya itu. "Ayah malah ikut-ikut bunda. Udah Iyal bilangin kalau Iyal masih fokus sama sekolah. " " Kamu normal kan? "tanya Nadya khawatir pada putra keduanya itu. " Bunda, Iyal normal. Kenapa bunda malah negatif thingking? "Daniyal mengucapkan itu seakan ia tak pernah bernegatif thingking dengan seseorang, keturunannya siapa coba? " Ya bunda cuman tanya doang. "Nadya tersenyum sumringah. " Daniyal ya gini kalau belum mengerti rasanya jatuh cinta. Tapi ayah takutnya kamu jatuh cinta sama seseorang tapi terlambat menyadarinya. "Bryan menatap khawatir pada Daniyal. Ia pun menatap Nadya yang ternyata juga menatapnya. Masa lalu membuat Bryan menyesal karena terlambat menyadari bahwa ia mencintai Nadya walau begitu ia tetap bersyukur karena masih disatukan dengan Nadya oleh Tuhan. Tiba-tiba Nadya juga menyadari, ia takut anaknya itu salah melangkah. Karena ada pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya sebab Daniyal memiliki sikap hampir serupa dengan Bryan. "Semoga itu gak terjadi pada Iyal. Cukup masa lalu itu yang membuat ayah kamu menjadi jahat pada bunda. "Nadya mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. " Jika kamu mencintai seorang gadis, ayah harap kamu segera mengungkapkannya. "Bryan mengulum senyum tipis. " Kenapa kalian pada khawatir sama Daniyal dan masalah jatuh cinta? Udahlah bun yah, kalau Daniyal itu fokus sekolah aja. Daniyal tidak mau pacaran karena bagi Daniyal itu mengganggu. Ntar aja deh kalau Daniyal udah bekerja jadi Daniyal bakal menikahi langsung wanita yang benar-benar pantas bagi Daniyal kan Daniyal udah mapan. "Daniyal tersenyum tipis dan merasa bingung juga. Kamu masih belum merasakannya mangkannya kamu mengucapkan kalimat itu dengan mudah - batin Bryan. " Nevan udah ya belajarnya, yuk ke kamar. Istirahat. "Nadya pun mendekat ke arah Nevan. Sepertinya Nevan mulai mengantuk terlihat jika anak bungsunya sesekali menguap lebar. " ya bunda, Nevan mau beresin dulu. " " Bunda bantu. " " Bun yah, Iyal ke kamar dulu. "Iyal beranjak berdiri setelah mendapat respon dari orang tuanya. Sebelum ke kamar, ia mencabut charger di ponselnya terlebih dahulu. Setelah ia membuka layar kunci ponselnya ternyata mendapat banyak sekali pesan dan itu disebabkan dari Satria. Temannya satu itu memasukkan lagi dirinya ke dalam grub dan terdapat pula 1000 pesan belum terbaca. "Sebenarnya mereka omongin apa sih? Sampai banyak gitu. "Dahi Daniyal mengekrut bingung. Ia membuka pesan grub chatnya. "Cih ternyata dari gadis itu penyebabnya." Daniyal malas melihat pesan gadis itu kini beralih ke aplikasi lain. Terdapat notif dari akun seseorang setelah terbuka gadis yang baru saja menganggunya kini memfollow akun instragam pribadinya. Daniyal menghela napasnya lega ketika mengetahui jika instragamnya itu bersifat privat. Ia langsung menuju nekan tombol 'x' pada akun gadis itu. "Gue harus bertahan satu tahun ini sama gadis seperti dia, ya semoga kelas 12 nanti tak sekelas sama dia."Kini Daniyal mulai memasuki kamarnya. ... "Gak dibales. "Lea meletakkan wajahnya di atas bantal. " Kapan ya Daniyal mau balas chat dari gue?" Capek? Iya pasti seseorang yang berada di posisi Lea akan merasakan lelah mengharapkan seseorang yang sangat sulit diraih. Tapi Lea tetap yakin dalam dirinya sendiri kalau ia bisa membuat Daniyal jatuh cinta padanya walau hampir merasa menyerah tapi inilah resikonya mencintai tanpa dicintai. "Mama udah pulang belum ya. "Lea pun beranjak berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya. Lea pun melangkah menuju kamar orang tuanya. Tapi tak sampai di sana ternyata mamahnya baru keluar dari kamarnya. " Mama. "Lea mendekat namun mamahnya hanya memasang wajah yang datar. " Kenapa? Mama lagi sibuk, besok mama kembali ke luar kota. " Deg! Rasa sesak di hatinya membuat Lea terdiam sehingga membuat Bunga-sang mama pergi berlalu dari tempatnya berdiri. " Gue gak tau mereka berubah tapi gue pengen tau. "lagi lagi setetes air mata terjatuh dari pelupuk matanya namun segera ia usap. " Enaknya ke belakang deh. "Lea pun berlari kecil menuju halaman belakang rumahnya. Ternyata di sana ada bibinya yang tengah menyiram tanaman. Lea tersenyum lebar melihat apa yang dilakukan bibinya itu kini ia menghampiri waniya paruh baya itu. " Bibi, biar Lea saja yang nyiram. " " Oh non Lea, iya non. "Bibinya yang sudah tau kebiasaan anak majikannya pun menyerahkan selang air pada Lea. " Makasih bi. "Lea tersenyum senang. " Sama-sama non. Ya udah bibi mengerjakan pekerjaan lain. " " Oke bi! Semangat! "teriak Lea sambil melambaikan tangannya pada bibinya membuat wanita itu tertawa pelan. " Siram menyiram siram menyiram, bersih bersih biar bunga Lea cantik kayak Lea. Baby breath love you! "Lea bernyanyi ria dengan lagu yang ia buat sendiri. Ketika ia sibuk menyirami tanaman bunga kesukaannya itu, ia mengernyitkan dahinya tatkala merasakan kakinya yang seperti tertimpa benda ringan. Ia menundukkan kepalanya ke bawah dan langsung mengambil selembar foto itu. Ketika ia lihat ternyata itu adalah foto semasa kecilnya bersama orang tuanya. Foto itu diambil ketika ia masih berusia 9 tahun ketika menanam bunga baby breath bersama orang tuanya sebelum mempunyai kebun bunga seperti sekarang ini. Foto itu sengaja di taruh di salah satu pot bunga baby breath sebagai tanda menanam pohon bersama. "Hiks hiks. "Lea tak kuasa menahan air matanya agar tak jatuh lagi kini ia menangis memegang foto itu dan mengusapnya untuk membersihkan dari bercak tanah dari tanaman itu. " Lea rindu. "Lea memeluk selembar foto itu dengan posisi tubuhnya yang berjongkok. Bunga baby breath di sekitarnya menjadi saksi bagaimana terlukanya ia merasa terangsingkan oleh orang tuanya sendiri. ... Seorang pria paruh baya itu memasuki ruang kerja seorang temannya. Wajahnya berseri bertanda betapa bahagianya ia ketika mengetahui perusahaan yang ia bangun dan hampir gagal itu bisa diperbaiki oleh temannya. "Jovan? "panggil ia pada temannya itu. " Oh Gilang, kapan kau datang ke sini. "temannya yang bernama Jovan nampak senang dengan kehadirannya. Keduanya bertos ria sebelum duduk di kursinya masing-masing. " Terima kasih telah membantu perusahaan sampai perusahaan kakek kau hampir bangkrut. " " Ah tidak apa-apa, lagian demi teman. " " Untuk utang-utangku di perusahaan lain, kenapa kau juga melunasinya. Kau tak usah terlalu banyak membantu itu akan membuatmu semakin kesulitan. " " Sudahlah, aku membantumu itu karena kita sudah berteman dari kecil. Kau jangan terlalu sungkan. " ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN