Pernikahan terpaksa
Malam itu, seorang gadis tengah menunggu pasangan kencan buta yang di atur oleh orang tuanya. Dia tidak berani meninggalkan tempat janjian, itu semua karena berhubungan dengan perusahaan orang tuanya yang tengah goyah. Kim Chaerin, seorang mahasiswa jurusan Entertaiment semester terakhir.
Perusahaan orang tuanya yang bergerak di bidang hiburan tengah terancam gulung tikar. Itu semua karena salah satu tingkah artis yang berada di naungannya, Park Nara. Seorang artis yang merupakan sahabat Chaerin sendiri membuat sebuah scandal yang juga membuat dirinya tidak bisa bangkit lagi.
Kekasihnya yang sudah mendampinginya selama hampir lima tahun, ternyata menjalin kasih dengan Nara sahabat Chaerin. Tiga tahun di selingkuhi mereka berdua, membuat hati Chaerin menebal akan rasa sakit dan membuatnya sedikit tidak percaya kepada orang lain selain orang tuanya.
“Kim Chaerin?” tanya seorang lelaki yang tampaknya bukan orang Korea seperti dirinya. Tapi kalau melihat kulitnya yang eksotis seperti mama nya Chaerin. Sepertinya mereka satu suku bangsa yang sama, Indonesia.
“Ne,…”
“Bisa bahasa Indonesia? Aku tidak terlalu paham bahasa Korea. Kalau tidak salah, anda juga keturunan orang Indonesia juga, bukan?” lelaki tampan dengan warna kulit yang di inginkan Chaerin sejak dulu, itu membuatnya sedikit terbatuk.
“Ehem, maaf. Tapi bahasa ku kurang begitu lancar. So, mohon bimbingannya.” jawab Chaerin dengan sedikit terbata-bata karena bahasa yang di gunakan.
“Tidak masalah selama anda mengerti apa yang saya katakan. Saya setuju dengan perjodohan ini, besok saya tunggu anda di depan kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan. Dan setelah anda menandatangani surat nikah, maka keluarga anda akan langsung mendapatkan apa yang kalian inginkan.”
Lelaki itu tampak dingin sekali, tapi dia juga terlihat sangat tampan.Chaerin merasa dadanya sesak sebentar karena pernikahannya akan di lalui tanpa adanya pesta atau penghormatan terhadap leluhur mereka.
“Baiklah,” Chaerin tidak bisa menolak, mungkin ini yang seharusnya terjadi demi keluarganya dia harus berkorban.
Pertemuan pertama, keduanya berakhir seperti tidak terjadi apa-apa. Kim Chaerin terpaksa menerima semua itu dengan senang hati. Meski hatinya sendiri ingin sekali mengumpat dan berkata kasar pada Park Nara dan Jeremy. Dua manusia laknat itu berhasil membodohi dirinya sampai sekian tahun, sungguh luar biasa sekali.
Malam itu, pikiran Chaerin benar-benar tengah ruwet. Dia mampir di salah satu kedai minum dan memesan beberapa botol minuman beralkohol sebagai penghilang sakit kepalanya saat itu.
“Chaerin, apa kamu sudah gila? Jeremy tidak setampan itu sampai membuat mu gila seperti ini!” Sonia, sahabat satu kamar dalam asrama Chaerin. Berasal dari Indonesia.
“Aku? Gila? Hahahaha kamu yang sudah gila. Aku tau kamu paling memihak Nara, karena dia sudah membelikan mu begitu banyak barang mewah. Hahaha, pergi sana, aku tidak butuh ular seperti mu.” kata-kata Chaerin benar-benar kasar saat ini. Tapi Sonia tetap mengangkat gadis itu dan membawanya pulang ke asrama.
“Tutup mulutmu, aku sampai sekarang masih tidak tau apa yang kamu katakan. Barang mewah pala mu kepentok pintu? Hais, seandainya benar dia keluar uang untuk ku, tidak mungkin aku kere di perantauan seperti ini.” Sonia benar-benar menggerutu di sepanjang jalan karena rancauan Chaerin yang tidak masuk akal itu.
“Uuu? Miskin? Bukankah kamu anak seorang konglomerat di negara mu? Bagaimana bisa kamu bilang miskin?” Chaerin tidak bisa tidak bertanya, melihat status orang tuanya.
“Hmm, itulah kenyataannya. Kau pikir selama ini kalian makan di bayarin sama artis terkenal si Park Nara itu? Tidak! Aku yang bayar.” jawab Sonia dengan kejengkelan yang sudah tidak bisa di kendalikan lagi.
Mendengar apa yang sudah di katakan Sonia, Chaerin seakan tersadar dengan mendapat tamparan keras.
“Tapi Sonia, dia selalu meminta uang kembali saat setelah kita kembali dari makan bersama. Aku pikir, dia selalu bayar punya kita.” fakta yang benar-benar membuat keduanya tidak habis pikir pada kelakuan Nara.
Dia selalu mengatakan jika dirinya adalah artis terkenal dengan bayaran satu juta dolar dalam satu kali tampil. Tapi kenyataannya? Sungguh membagongkan sekali.
Tidak akan percaya satu sama lain jika mereka tidak bercerita bersama. Sonia, yang di ketahui Chaerin. Dia tidak akan berbohong atau mengatakan omong kosong yang begitu kejam. Tapi, beda dengan Nara yang sudah terbukti sangat kejam padanya.
“Jadi, tas yang kamu beli belakangan dengan harga selangit itu?” pertanyaan Chaerin memang menggantung, tapi Sonia paham yang di maksud.
“Bayar makan saja tidak mau, ya kali dia sebegitu dermawannya sampai membelikan ku tas dengan harga di atas sepuluh ribu dolar. Mimpi di siang bolong!”
Perbincangan mereka berdua berakhir tepat di tengah malam saat Chaerin sudah tidak kuat lagi menahan kantuk. Sonia merasa mendidih darahnya ketika mengetahui apa yang sudah di katakan pada Chaerin oleh Nara.
Di antara mereka bertiga memang Chaerin yang paling polos. Saking polosnya bahkan dia tidak bisa di bedakan dengan bodoh. Gampang di bodohi Nara, bahkan sampai kekasihnya di ambil oleh orang yang di akui sebagai sahabat pun Chaerin baru tau setelah tiga tahun.
Sonia kasihan pada sahabatnya satu ini, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Keesokan paginya, Chaerin bangun tepat jam setengah sembilan pagi. Sedangkan dia memiliki janji di jam setengah sepuluh. Memang ada waktu satu jam, tapi perjalanan ke tempat yang di janjikan itu lumayan memakan waktu. Kalau sampai Chaerin terlambat, dia tidak bisa berkata-kata lagi.
“Mau ke mana?” tanya Sonia yang baru saja masuk membawakan sup ayam untuk meredakan mabuk untuk Chaerin.
“Aku terburu-buru, nanti saja aku jelasin.” Chaerin langsung mengenakan baju kemeja putih rapi dengan bawahan rok span hitam langsung berlari menuju ke tempat yang sudah di janjikan.
Chaerin tidak terlambat, bahkan dari waktu yang di janjikan pun masih kurang lima menit lagi. Tetapi lelaki berkulit eksotis yang semalam, sudah menunggu di depan pintu masuk gedung catatan sipil.
“Cukup on time juga, dengan kamu datang ke sini. Sudah tidak ada kata mundur atau menyerah lagi, mengerti?” suara lelaki itu jarang sekali di dengar oleh Chaerin dari kemarin, tapi dia terlihat sangat dominan, apa bisa Chaerin mengimbangi lelaki eksotis yang bahkan sampai saat ini belum di ketahui namanya itu?
“Selama anda tidak mencurangi ku, aku tidak akan mundur meski tidak tau nama anda.” ucapan Chaerin cukup sarkasme untuk ukuran orang yang akan menikah.
“Maafkan aku, aku lupa mengenalkan diri. Perkenalkan, nama saya Zein Akbar Anggara. Cukup panggil aku Zein,” Zein lelaki pemilik kulit eksotis itu mengulurkan tangan.
“Aku Kim…”
“Sudah tau, kamu gadis bodoh yang bisa di tipu orang selama tiga tahun.”
Plak,
Kata-kata Zein benar, tapi itu sudah seperti tamparan di siang bolong bagi Chaerin. Dengan menunjukkan ekspresi tidak sukanya, Chaerin membawa Zein segera masuk ke dalam gedung dan segera menyelesaikan apa yang menjadi tujuannya.
Jujur saja, di hari yang sangat melelahkan ini. Chaerin sangat mengantuk dan ingin memejamkan mata saat itu juga. Memang pilihan yang salah, semalam dia minum dan bercerita hingga larut malam.