1
Neng' Pov
Namaku Neng Karmila.
Orang-orang memanggilku dengan sebutan Teteh Neng atau Neng saja.
Aku merupakan seorang gadis asli keturunan sunda. Kedua orang tuaku pun asli sunda, yang berasal dari kota yang berbeda dan lumayan jauh.
Menurut penilaian orang-orang yang mengenalku. Wajahku ini cantik, tubuhku langsing dan tinggi. Terlihat seksi. Rambutku panjang lurus sepinggang, dan aku suka mengikatnya dengan tali rambut. Setengah ke ujung rambutku ini juga, di warnai merah mahogani.
Aku juga di kenal sebagai gadis yang kalem. Kebiasaan burukku adalah suka merokok. Meskipun begitu, aku ini di kenal sebagai gadis yang baik-baik dan tidak suka neko-neko. Ya, kenakalanku hanya sebatas merokok dengan beberapa temanku saja.
Dari kecil hingga aku lulus dari sekolah menengah atas, aku tinggal dan di besarkan oleh Ibu dan Ayah tiriku.
Sementara untuk Ayahku, tinggal bersama dengan istrinya di kampung halamannya.
__
Kisah ini berawal dari setelah kelulusanku dari sekolah menengah pertama. Beberapa hari setelah aku menerima Ijazzah SMA, aku melamar kerja kesana kemari. Aku menaruh CV lamaran pekerjaan di berbagai perusahaan yang ada di kota kecilku sendiri. Namun setelah beberapa minggu, hinggal dua bulanan aku menunggu panggilan pekerjaan tersebut, tak kunjung jua adanya panggilan pekerjaan dari perusahaan-perusahaan yang aku lamar.
Aku pun memutarkan otakku "Kira-kira, aku harus melamar pekerjaan dimana lagi?"
"Mungkin aku harus mencoba melamar pekerjaan di daerah tempat tinggalnya Ayahku."
Setelah berfikir seperti itu. Aku pun segera bangkit berdiri dari kasur. Aku melangkah mengambil ponsel tulalitku yang ada diatas lemari pakaian berukuran satu meterku.
Aku melangkah kembali, lalu duduk di samping kasur kembali.
Sejenak aku menyibak rambutku ke belakang, lalu menyampingkan rambut panjangku ini ke telinga menggunakan telapak tangan kananku.
Aku segera menelepon Nenekku.
Selama aku mengobrol dengan nenekku ini, menggunakan bahasa sunda.
["Halo, assallamu allaikum Neng?"] Suara nenekku menjawab telepon dariku.
["Waallaikum salam Nek. Gimana kabarnya Nenek sekarang?"]
["Alhamdulillah sangat baik. Kabanya Neng sendiri, bagaimana?"]
["Alhamdulillah, kabar Neng juga sangat baik. Oh iya Nek, sekarang lagi apa?"]
["Sedang duduk saja. Teleponan sama Neng."] Candanya Nenekku sangat pucu dan menggemaskan.
["Nenek ini, bisa saja."]
["Hehehe.. Kalau kamu sendiri, sedang ngapain teh? Kata Ayah kamu, sekarang ini kamu sudah lulus sekolah ya? Jadi gimana, kamu ini ingin melanjutkah kuliah atau bagaimana Neng?"] Nenekku berkata tanpa jeda. Tentu ia mengerti masalah perkuliahan. Nenekku sendiri, meruapakan lulusan sarjana S1. Daya ingatnya Nenekku pun lumayan sangat tinggi.
["Neng, tidak melanjutkan kuliah Nek. Sekarang ini, Neng sedang mencari pekerjaan dan menunggu panggilan kerja saja."]
["Terus bagaimana? Sudah mendapat panggilan pekerjaan belum?"]
["Belum Nek."]
["Kalau gitu, kamu mencari pekerjaannya disini saja? Di tempat tinggalnya Nenek, banyak pabrik-pabrik. Sekalian juga, kamu tinggal, menemani Nenek disini?"]
["Hehe.. Neng juga mikirnya begitu Nek. Neng mau mencoba melamar pekerjaan di daerahnya Nenek."]
["Ya sudah atuh. Kamu berangkat saja kesini? Tinggal sama Nenek, biar kamu bisa melamar kerja disini juga. Kapan kamu mau kesininya? Biar nanti Nenek, bilang dulu ke Ayah kamu? Kalau kamu mau kesini, untuk tinggal dan mencari pekerjaan disini."]
["Maaf Nek? Memangnya Ayah sekarang, tidak tinggal bersama dengan Nenek?"]
["Sudah tidak Nenk. Ayah kamu sudah memiliki rumah sendiri. Tapi rumahnya tidak jauh dari sini. Hanya berbeda desa saja. Jadi kapan, neng mau datang kesininya?"] Suara Nenekku terdengar sangat berharap, agar aku dapat datang dan tinggal di rumahnya.
["Mungkin besok ya Nek? Neng datangnya?"]
["Geura atuh. Nenek seneng pisan, kalau Neng bisa cepet-cepet datang kesini. Jadi Nenek tidak kesepian lagi."]
["Iya Nek."]
["Kamu berangkat dari sananya pagi-pagi saja ya Neng? Biar kamu sampai disininya tidak terlalu sore."]
["Iya Nek, nanti Neng berangkatnya pagi-pagi."]
["Kamu sudah tahu belum, bus apa yang harus kamu naiki untuk datang kesini?"]
["Hehe belum Nek."]
["Ya sudah, nanti kamu telepon saja Ayahmu ya Neng? Soalnya Nenek juga tidak tahu."]
Nenekku memang tidak pernah datang kemari. Karena aku tinggal ini, di rumahnya Ayah Tiriku.
["Iya Nek, nanti Neng telepon Ayah."]
["Ya sudah kalau gitu. Nenek mau melanjutkan menjahit dulu ya?"]
["Iya Nek."]
["Salamu allaikum."]
["Waallaikum salam Nek."]
Telepon pun telah di akhiri.
Aku menaruh ponselku diatas kasur, di samping bokongku.
Aku bangkit berdiri, melangkah, membuka lemari pakaian. Aku mengeluarkan beberapa pakaian keseharianku dan juga pakaian untuk melamar kerja dari dalam lemari, di pindahkan keatas kasur. Tak lupa juga, aku menyiapkan juga beberapa lembaran syarat-syarat, seperti Ijazzah Asli, SKCK, Foto kopian Ijazzah, CV, pas foto, guna melamar pekerjaan disana nanti. Mengenai surat keterangan dokter, fikirku bisa menyusul membuatnya, ketika aku sudah berada di tempatnya Nenekku. Begitu pun dengan surat lamaran pekerjaan yang akan aku buat secara tertulis dengan tanganku, aku akan membuatnya disaat aku sudah berada di tempat nenekku.
Dan tidak lupa juga, aku menyiapkan sepatu pantopels berwarna hitam.
Aku melangkah, mengambil tas cangking milikku yang lumayan besar, lalu menaruhnya diatas lantai, di samping kasur.
Aku duduk di samping kasur. Aku memasukkan seluruh pakaianku ke dalam tas cangkingku ini.
Karena pakaian yang aku bawa ini lumayan banyak, satu tas cangking milikku ini, tidaklah terlalu muat. Di tambah dengan, takutnya kalau aku memasukkan surat-surat lamaran pekerjaanku ke dalam tas cangking ini, surat-surat lamaran pekerjaanku akan kusut.
Aku segera bangkit berdiri, melangkah, mengambil tas ransel, lalu duduk kembali di samping kasur.
Aku memasukkan sisa pakaianku dan juga surat-surat lamaran pekerjaanku yang terbungkus amplop cokelat ini ke dalam tas ransel.
Sekarang, seluruh kegiatan packingku sudah selesai. Lumayan berkeringat juga ternyata. Aku pun mengusap keringat yang ada di wajahku dengan handuk kecil.
Aku melangkah keluar dari kamar, menuju ke dapur. Sesampainya di dapur, aku segera menuangkan air mineral dari teko ke gelas, lalu meminumnya. Aku menaruh gelas diatas meja.
Aku melangkah menghampiri Ibuku yang sedang menonton televisi di ruangan keluarga.
Aku duduk di sofa, mengambil bantal kecil, lalu menaruh bantal kecil ini diatas pangkuanku.
"Kalau Om Farid, kemana Bu?" Tanyaku.
"Belum pulang. Seperti biasa, kayaknya dia akan pulang nanti malam. Memangnya kenapa gitu Neng?" Tanya Ibuku sembari kedua matanya tertuju kearah Televisi, menonton sinetron.
"Tidak apa-apa koq Bu. Neng hanya ingin ijin saja. Kalau besok, Neng akan pergi ke rumahnya Nenek. Neng akan tinggal sementara disana, sambil mencari-cari pekerjaan." Ucapku.
"Memangnya, kamu belum juga dapet panggilan pekerjaan disini?" Tanya Ibuku.
"Belum." Jawabku.
"Ya sudah. Ibu sih terserah kamu saja Neng. Kamu inikan sudah besar. Jadi kalau kamu mau tinggal dan mencari pekerjaan di tempat tinggalnya Ayah kamu itu, Ibu mah tidak akan melarangnya. Om Farid juga,
pasti juga akan mengijinkannya, kalau Ibu mengijinkannya. Terus rencana kamu ingin berangkat kesananya itu, kapan?" Beberapa kali Ibuku berkata kepadaku.
"Rencananya sih besok Bu. Neng juga sudah memasukkan seluruh pakaian Neng."
"Oh begitu Neng. Ya sudah, kalau memang Neng mau berangkatnya besok. Mendingan sekarang, Neng istirahata saja? Biar nanti, Ibu saja yang menyampaikan pesan Neng kepada Om Faridnya."
"Hah," Aku bangkit berdiri.
"Terima kasih ya Bu? Neng masuk ke kamar? Mau istirahat." Ucapku.
"Iya Neng." Ucap Ibuku.
Aku tidak langsung masuk ke dalam kamar. Aku melangkah masuk ke dalam kamar mandi, melakukan bersih-bersih badan. Setelahnya, aku lanjut melangkah masuk ke dalam kamar, lalu lanjut tidur.