7 Sherine duduk di pinggir ranjang dengan kaki menjuntai ke lantai. “Nicholas, kita harus bicara.” Ini kali pertama Sherine memanggil nama Nicholas—kecuali saat pria itu menghujam dirinya dalam-dalam dan mengantarnya menggapai puncak-puncak kenikmatan, saat itu ia menjerit nama Nicholas dengan tak tahu malu dan lepas kendali. Nicholas melempar kemejanya ke lantai, lalu membuka sabuk celana. Ia mengangkat sebelah alisnya, bertanya tanpa kata. “Nicholas...” “Bukankah sedikit bicara tapi banyak beraksi itu lebih bagus, Sayang?” Celana Nicholas jatuh ke mata kaki. Napas Sherine tersekat memandang pemandangan spektakuler di depannya. Tubuh berotot Nicholas yang menawan, bukti gairahnya yang tampak besar terkurung dalam celana dalam maskulin. “Kau menyukai tubuhku, Sayang?” Dengan te

