1

1012 Kata
1 Sherine duduk di pinggir ranjang dengan mata menyipit, silau oleh cahaya matahari yang sudah menerangi kamar. Seluruh tubuhnya terasa lenguh, pusat dirinya nyeri oleh nikmat yang baru kali pertama membelahnya. Pria itu gila, menggaulinya berkali-kali, yang meski tidak dimungkiri memberi rasa nikmat, tapi benar-benar menguras seluruh energinya. Sherine tidak akan menamai hubungan intim mereka sebagai bercinta. Tidak ada setitik cinta pun di antara mereka. Pria itu menggaulinya dengan hasrat menggila yang tak kenal ampun. Memperlakukan ia seperti b***k gairahnya. Namun anehnya, setiap kecupan dan cumbuan Nicholas mengirim rasa nikmat tak terhingga, dan Sherine membenci kenyataan itu, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia tak lebih dari seorang wanita munafik. Sherine bangkit dari ranjang dan berjalan malas ke kamar mandi. Ia tidak mendapati keberadaan Nicholas di kamar, mungkin pria itu sudah pergi bekerja atau ke mana pun—Sherine tak peduli. Tiga puluh menit kemudian Sherine selesai mandi dan mendesah lega dalam hati saat membuka salah satu lemari pakaian yang ada di kamar dan menemukan beberapa pakaian, yang sepertinya memang disediakan untuknya. Sherine memilih sehelai celana jeans dan baju kaus pas badan berlengan pendek. Kalau-kalau ia bisa kabur, maka pakaian inilah yang paling tepat untuk memudahkan aksinya. Setelah merapikan rambut—tanpa menyentuh sedikit pun kosmetik-kosmetik yang terpajang indah di meja rias, yang pastinya juga disiapkan oleh orang suruhan Nicholas—Sherine keluar dari kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi saat ia menuruni anak tangga ke lantai dasar. Tidak tampak keberadaan Nicholas di rumah, dan hal itu membuat Sherine lega. Ia bisa mulai merencanakan pelariannya. Seharusnya ia sudah melakukannya seminggu yang lalu, tapi saat itu ia benar-benar tak bisa berkutik. Ia diinapkan di sebuah rumah mewah yang dikawal ketat oleh beberapa pengawal berbadan raksasa. Sherine masuk ke dapur, sebelum melarikan diri, setidaknya ia harus makan sesuatu dulu. Seluruh energinya sudah terkuras habis oleh kegiatan ranjang tadi malam. Bayangan bagaimana panasnya permainan hasrat dirinya dan Nicholas melintas di benaknya. Seketika pusat diri Sherine berdenyut. Wajah dan seluruh tubuhnya memanas. Ia dapat rasakan lipatan antara pahanya melembap. Sialan pria itu yang bisa membuatnya menjadi wanita jalang seperti ini! Sherine membenci Nicholas. Pria itu kejam dan menyebalkan, tapi ironisnya tubuhnya seperti tercipta untuk pria itu. Baru mengingatnya saja, seluruh sel-sel dalam tubuhnya berteriak mendamba. Seluruh kulitnya menggelenyar mengharapkan belaian sensual. “Selamat pagi, Nyonya Sherine. Saya Anne, kepala pelayan di sini,” ujar seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah. Sesaat Sherine terkejut, tidak menyangka akan mendapati pelayanan mewah seperti ini. Ah, tentu saja, ia Nyonya Nicholas King. Ia akan mendapat layanan istimewa di rumah ini. Dengan senyum tipis, Sherine membalas sapaan Anne, lalu mengucapkan beberapa menu yang ia inginkan. Anne tidak tampak terkejut meski menurut Sherine sendiri, permintaannya terlalu berlebihan untuk wanita bertubuh langsing dengan tinggi 162 senti seperti dirinya. Namun Sherine tidak dalam kondisi ingin menjaga berat badan tetap ideal. Ia butuh asupan gizi yang banyak dan mengembalikan seluruh energinya agar ia segera bisa melarikan diri. Satu jam kemudian, setelah selesai makan, dengan gaya santai agar Anne dan pelayan lainnya tidak curiga, Sherine berjalan ke pintu depan. Ia mendesah lega saat tidak mendapati satu pengawal pun berjaga di dekat pintu. Sayangnya, kesenangannya hanya berumur sesaat. Begitu pintu terbuka, napas Sherine tertahan. Beberapa pengawal tampak berjaga-jaga di gerbang masuk, sebagian meronda ke sana kemari. Kaki Sherine melemas. Pupuslah sudah harapannya. Bagaimana ia bisa melewati para pengawal itu? Sherine yakin pria berengsek itu sudah mewanti-wanti para pengawalnya untuk mengawalnya dengan ketat. Tembok-tembok tinggi yang mengelilingi rumah dan pagar berterali tajam, kian membuat Sherine putus asa. Pria j*****m! Sherine mengertak gigi geram. Ia dikawal seperti penjahat kelas kakap, padahal ia hanya seorang wanita muda berumur sembilan belas tahun yang bahkan tidak pernah belajar ilmu bela diri selain membawa semprotan merica di dalam tasnya untuk mengantisipasi terjadi hal-hal tak diinginkan. Kecewa berlumur amarah, Sherine kembali masuk ke dalam rumah. Ia harus berpikir cerdas agar bisa melarikan diri. Ia tidak mau seumur hidup ditawan pria itu. Menjadi pemuas nafsu dan mesin penghasil keturunan, itu mimpi terburuk setiap wanita, termasuk Sherine! *** Malam telah larut saat Nicholas mendorong pintu kamar. Suasana tampak temaram oleh cahaya lampu tidur. Nicholas menyalakan lampu utama yang seketika membuat seluruh kamar terang benderang. Sesosok bertubuh langsing dan cenderung mungil untuk Nicholas yang bertubuh tinggi gagah, tampak tergolek di atas ranjang dengan kedua mata terpejam. Celana denim pendek dan kaus pas tubuh membalut sempurna tiap lekuk sensualnya. Selimut tampak bergulung di ujung kaki. Nicholas berjalan maju sambil melepas kancing-kancing kemejanya, lalu dengan begitu saja melemparnya ke lantai. Darah Nicholas bergolak dan menderu deras ke bawah pusar. Ia menyeringai samar. Wanita yang satu ini memang luar biasa. Dengan hanya menatapnya saja, hasrat Nicholas bisa terbakar. Hanya Sherine satu-satunya wanita yang membuat Nicholas merasa seperti ini. Belum pernah sebelumnya ia merasakan hasrat yang begitu membara pada wanita manapun—bahkan pada Rihanna. Nicholas naik ke atas ranjang. Tangannya meraba kulit mulus paha langsing Sherine. Sherine tampak sedikit bergerak, tapi masih melanjutkan tidurnya. Nicholas membungkuk di dekat paha Sherine. Dalam sedetik, bibirnya telah pun menari di kulit mulus paha yang menggoda itu. Sherine bergerak, mendesah dalam tidur, kemudian matanya terbuka. Nicholas terkekeh kecil saat sedetik kemudian Sherine menjauh dengan mata melebar. “Apa yang kaulakukan??” tanya Sherine sambil bangkit dan buru-buru meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang sebenarnya masih berpakaian utuh. Nicholas tergelak. “Untuk bercinta dengan istriku,” goda Nicholas nakal. Wajah cantik di depannya merona, dan hasrat Nicholas terbakar kian dahsyat. “Aku bukan istrimu!” Nicholas mengangkat alis dengan mata gelapnya yang menatap Sherine penuh minat. “Kau lupa dengan upacara pemberkatan pernikahan kita kemarin, Sayang?” Upacara pemberkatan itu dilakukan di rumah ibadah terdekat dan hanya disaksikan oleh ibu tiri Sherine, pamannya yang bernama Joe dan beberapa orang yang berkaitan dengan upacara tersebut. Sherine mengatup rahang rapat-rapat, membuat Nicholas tergelak kecil. Dalam satu tarikan, Nicholas berhasil menyingkirkan selimut dan menarik Sherine ke dalam pelukan. Sherine meronta, membuat Nicholas makin b*******h. “Sepanjang hari ini aku merindukanmu, Manis. Kau juga, kan? Jadi berhentilah berpura-pura tidak ingin bercinta denganku.” Nicholas meremas pelan p******a Sherine. “b*****h! Lepaskan!” *** Love, Evathink Follow **: evathink
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN