Chapter 7

1018 Kata
"Aman kan?" "Aman, ngantuk tapi.." rengek manja terdengar sangat menggemaskan di telinga Rendra. Naura baru saja sampai di hotel pukul 1 dini hari. "Yaudah tidur gih. Masih jam satu sayang. Mau aku temenin?" "Temenin gimana?" suara Naura sudah mulai memelan. "Aku temenin telepon gini sampai kamu tidur." Naura hanya menjawab dengan gumaman. Sleepcall. Sedangkan Rendra di ujung sana tengah menatap layar laptop dengan kopi di sebelahnya. Yeah, dia berani ambil cuti, berarti dia juga harus siap dengan pekerjaannya yang menumpuk. "Ren?" "Hm? Kenapa, Sayang?" "Kamu nggak tidur?" "Nanti, nunggu kamu tidur." "Yaudah tidur yuk. Kamu besok harus kerja kan? Nggak boleh kesiangan, Ren. Kamu tiap pagi perasaan kesiangan mulu sih. Kalau nggak dibangunin ya nggak bangun." dengusan malas Naura membuat Rendra terkekeh. "Iyaiya, Baby." Rendra sengaja tidak memberi tahu Naura jika malam ini dia lembur. Rendra tak mau jika nanti malah Naura ikut begadang menemaninya. "Ih, nggak mau ah dipanggil baby." "Kenapa?" tanya Rendra dengan jemari yang masih sibuk menari-nari di atas keyboard. "Nanti panggilan Baby buat baby kita aja." Naura terkikik geli setelahnya. Disisi lain Rendra langsung menghentikan pergerakan jemarinya. Wajahnya berubah sendu setelah itu. Tangannya meremas udara kecil. "Nanti ya, Ra. Kita berjuang dulu. Kan kalau kita pengen senang, kita juga harus mau untuk bersusah-susah dulu. Tiap kebahagiaan yang dilalui harus melewati perjuangan dulu kan?" "Iya, Mas Rendra ku sayang." Rendra tersenyum mendengarnya. Jarang-jarang sekali kekasihnya itu menjawab dengan nada manja seperti ini. "Ra, kalau dipikir-pikir kamu manis banget tau kalau panggil aku 'Mas'." Naura medengus malas mendengar kalimat itu. "Ri, kili dipikir-pikir kimi minis bingit tii kili pinggil iki Mis. Bilang aja kalau emang pengen dipanggil 'Mas'." "Iya, emang pengen. Mulai sekarang panggil Mas, ya?" diujung sana Nuara tidak bisa lagi menahan bola matanya untuk tidak berputar malas. "Nggak mau ah, orang kita seumuran yang ada nanti malah canggung." "Nggak, Sayang. Mau ya? Lucu loh kalau kamu panggilnya gitu." "Nanti deh dipikir-pikir lagi." Hening, Rendra sibuk dengan pekerjaannya sedangkan Naura mungkin sudah mengantuk. "Ren, tidur yuk. Udah jam dua nih." "Iya, yaudah ditutup ya?" "Iya," "Selamat tidur, Sayang..," Di ujung sana Naura tersenyum mendengar kata sayang yang terdengar sangat menggemaskan di telinganya. Telepon terputus dan Naura pergi ke alam mimpi meninggalkan Rendra yang masih sibuk dengan laptop nya. *** Dengan mata yang masih setengah sadar Naura meraih handphone nya di nakas. Dering alarm terus berbunyi tak mau berhenti yang membuat Naura sebal pagi ini. Setelah mematikan alarm pun Naura ingin kembali untuk tidur, namun niatnya itu ia urungkan ketika ia melihat notifikasi dari pacar tampannya. Rendra: Besok bangunkan aku jam lima, ya, Sayang. Love you♥ Meskipun masih setengah sadar Naura tetap melengkungkan senyumnya membaca pesan itu. Naura: Okay. Masih pukul 4 yang artinya setelah bangun seperti ini, Naura tidak bisa lagi untuk tidur. Kamar ini Bundanya yang mem-bookingkan untuk nya. Ayah dan Bunda nya berada di kamar sebelah. "Laper." sudah kebiasaan Naura jika setiap pukul 4 pagi ia selalu kelaparan. Akhirnya Naura pun menghubungi room service. Sembari menanti Naura membereskan kamarnya dan juga baju-baju yang ada dalam kopernya itu. Ternyata sang Bunda memintanya kemari untuk datang di acara pernikahan anak teman Ayahnya. Bundanya pun juga sudah menyiapkan baju kondangan yang warnanya seragam dengan milik Ayah dan Bunda nya. Tak terasa sudah pukul 5, yang artinya Naura harus segera menelepon Rendra. Beberapa panggilan tak Rendra angkat hingga panggilan ke 6 baru pria itu angkat. "Hm?" suara berat itu hanya bergumam. Naura bisa menabak jika pria itu masih memejamkan mata tapi tetap memaksa untuk mengangkat teleponnya. Naura rasa nya sungguh tak sabar jika nanti ia berumah tangga dengan Rendra dan setiap pagi mendengar suara berat dan seksi milik Rendra itu membuatnya tak bisa menahan senyum. "Jam berapa ini, Mas, hm? Nggak butuh kerja? Nggak butuh cari duit buat nikahin aku, hm?" Naura mendengar kekehan berat dari sana. Oh My God, so sexy. "Calon istri kok gitu bangunin nya?" suara serak itu membuat Naura semakin mabuk kepayang. Tapi kemudian terdengar Rendra sedang berdeham singkat, mungkin untuk menghilangkan seraknya di tenggorokan. "Udah berapa kali aku telepon kamu. Tapi nggak kamu angkat," "Maaf, Sayang. Ngantuk banget, bentar ya." Alis Naura mengernyit ketika Rendra memintanya menunggu, tapi malah pria itu mematikan teleponnya. "Aneh," gumam Naura merasa sebal karena dimatikan tiba-tiba. Rendra is calling... Senyum Naura kembali terbit ketika Rendra meneleponnya via video call. Tanpa berpikir panjang tangannya itu langsung menggeser icon telepon dan muncullah wajah Rendra Widyatama sang pujaan hatinya yang sedang bertelanjang d**a dengan rambut yang masih berantakan. Mati-matian Naura menahan senyumannya saat melihat Rendra. Dia tak mau terlihat salah tingkah. Kekehan keras Rendra terdengar, "Kenapa sih, Ra?" "Hey, kenapa, hm? Ada yang salah sama muka aku?" lanjut Rendra. Naura hanya menggeleng dan berdeham singkat agar salah tingkahnya segera hilang. 'Ayolah, Ra. Ini cuma Rendra yang telepon. Biasanya juga begini. Apa soal Rendra yang tak memakai kaos? Ck, bahkan aku juga udah pernah liat langsung Rendra telanjang bulat dengan wajah keenakannya di atasku. Lalu apa? Apa yang membuat mu salah tingkah?' gumam Naura dalam hati. "Cepet mandi ih, liat muka kamu kucel banget tuh." Rendra melotot mendengarnya. "Mana ada kucel, aku ganteng gini. Pacarku aja mau kok sama aku, enak aja kamu ngata-ngatain kucel." "Ohya? Bagus dong kalau dia mau. Emang secantik apa sih dia bisa mau sama kamu?" "Gimana ya cantiknya?" "Oh, kamu bingung? Berarti pacar kamu itu nggak cantik yakan?" "Cantiklah, cantik banget malah. Udah baik, cantik, sayang sama anak aku, terus... sayang juga sama Bapak Ibu aku. Terus..." Naura menahan senyuman yang terus berusaha terbit di bibirnya. "Terus apa?" "Hmm.. Kamu harus tau, Ra. Goyangannya dia, beuh mantap banget. Apalagi kalau dia lagi desah, desahnya seksii banget, padahal dia masih pertama tapi udah ahli banget. Kayak gini, Ra, aku contohin. Ah—" "Ren, stop!!" Rendra tertawa terbahak hingga handphone di genggamannya terjatuh. "Aduduuu, wajah pacar ku itu sekarang lagi merah banget loh, Ra." Rendra kembali tertawa terbahak-bahak melihat wajah Naura yang sangat merah. Naura sebenarnya bukan orang pemalu. Makanya Rendra sekarang tertawa sampai sulit berhenti. "Rendra, ih! Aku matiin nih ya?!" Betapa malu nya Naura sekarang karena Rendra menceritakan segala kelakuannya ketika malam pertama mereka. "Janganlah, Ra. Habis kamu lucu banget," ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN