Chapter 2

1120 Kata
Seharian ini waktu Naura ia habiskan untuk menemani Chila, ia bahkan izin dari Florist hari ini. Bahkan untuk mandi saja Naura masih di rumah Rendra. Jika ingin pulang Chila selalu melarangnya. "Tante Naura biar pulang dulu, ya? Kan udah malam ini, Chila juga mau bobok kan? Nanti kalo Tante Naura nya nggak pulang dimarahi sama Ayah Bundanya loh. Emang Chila nggak kasihan, hm?"  "Bukan Tante, Yah.. Mamah. Tante sekarang jadi Mamah nya Chila."  Rendra belum tau jika Naura jadi dipanggil Mamah oleh Chila. Karena Rendra baru saja pulang dari kantor. Ini juga Rendra baru saja mandi.  "Ra?" ucap Rendra menuntut penjelasan Naura. "I-itu... Ehm.. A-aku nggak ada maksud apa-apa." sahut Naura sedikit gugup.  Mata Rendra masih menatap Naura dengan tenang. "Kamu yakin izinin Chila untuk panggil kamu Mamah? Kamu yakin nggak keberatan, Ra?"  "Ren Chila udah aku anggep anak aku sendiri. Aku udah sayang banget sama dia." Senyum Rendra merekah lebar saat mendengar ucapan dari Naura. Rasanya sekarang Rendra ingin sekali melumat bibir merah itu saking senangnya. Tapi mengingat disini ada Chila niatnya itu pun ia urungkan. "Thank you, Sayang." ucap Rendra begiitu lirih. "Mau aku antar pulang?" "Mamah nggak bobok sini?"  "Mamah harus pulang dulu, nanti kalo nggak pulang dimarahin sama Ayahnya Mamah gimana?" Ting! Bunda : Kamu dimana Ra? Bunda tunggu daritadi tapi nggak pulang-pulang. Sekarang Ayah sama Bunda udah di bandara mau ke luar kota ada urusan bisnis.  Naura dengan cepat mengetikkan balasan untuk sang Bunda. Bibirnya trus tersenyum mengingat permintaan Chila baru saja. "Kenapa senyum-senyum? Dapet chat dari bujangan mana?" ucap Rendra sinis. Naura mengerutkan keningnya sembari menahan tawa. Rupanya kekasih hatinya ini sedang cemburu terhadapnya. Kalian juga harus tau kalau Rendra ini sangatlah posesif dalam segala hal. Tapi kalua sudah masuk dalam mode cuek. Huft... Jangan tanya lagi, cueknya minta ampun dan berdampak pada kepekaannya. "Cemburuan banget sih? tapi manis, aku suka." Rendra menendus tak suka dengan apa yang diucapkan oleh Naura. "Kenpa kalau cemburu nggak boleh? Kamu marah gitu kalau aku cemburu liat kamu senyum-senyum baca chat dari orang?"  Naura terkekeh lirih. Naura segera menyodorkan ponselnya yang masih belum terkunci dan menampakkan chat antara Nuara dan sang Bunda. "Sama calon mertua masih mau cemburuan? Ini Bunda loh Ren." Rendra yang sedang memangku Chila sangat terlihat sekali salah tingkahnya. tapi hal itu tak lama karena setelah itu mimik wajah Rendra kembali dinormalkan menjadi datar. Dan ya, emang begitulah dasar Rendra orangnya datar. "Mamah jadi nginep sini. Nanti Mamah boboknya sama Chila, ya?" "Beneran??" "Iya dong beneran. Masa mau boongan. Bundanya Mamah izinin Mamah bobok sini." "YESS!!! Horee!!!" Rendra tersenyum sendu melihat betapa bahagianya putrinya itu. Batin Rendra selalu terngiang-ngiang kata andai. Andai dia dulu tak buru-buru menikah.  **** Naura mendesah pelan saat melihat kulkas yang isinya hanya ada camilan milik Chila. Naura sangat lupa untuk membeli stok sayuran di kulkas Rendra. "Ngapain?"  Naura terlonjak kaget karena suara Rendra yang tepat berada di belakangnya. Gadis itu mengelus pelan dadanya. "Kenapa selalu ngagetin sih?" sentak Naura yang dibalas senyum kecil oleh Rendra. "Laper?" "Hmm, tapi kulkas kamu nggak ada isinya, Yang." Naura mengelus perutnya. Rendra tersenyum singka melihat wajah kekasihnya yang terlihat lucu saat sedang lapar seperti ini. Rendra malaah membayangkan bahwa Naura saat ini sedang ngidam. Bagaimana nanti jika Naura sedang hamil anaknya dan bertingkah megggemaskan seperti ini? Rendra sungguh tak sabar menanati masa-masa itu. Ia ingin berada di samping Naura.  "Ada mie instan kan? Kamu nggak cek?" Naura menepuk jidatnya menyadari kebodohannya yang lupa dengan nasib mie instan. "Kamu mau juga nggak?" "Boleh, tapi yang goreng ya." Rendra sangat jarang sekali makan mie instan yang berkuah. Rendra lebih suka dengan mie instan goreng. 'Kamu seksi banget, Ra.' gumam hati Rendra yang melihat Naura hanya mengenakan kaos dan rambut yang dicepol tinggi sehingga beberapa helaian rambut tergantung indah di leher putihnya.  Rendra mengelap wajahnya kasar untuk mengenyahkan pikiran buruk yang bersarang di kepalanya. Tiap melihat tingkah Naura bagaimanapun itu. Apalagi malam ini cuaca yang begitu mendukung untuk melakukan hubungan intin yang panas.  "Ren duduk dulu. Ngapain sih berdiri mulu? Ngga cape apa?" titah Naura yang masih fokus dengan kegiatan nya. Ia bahkan tak menyadari jika ada Rendra di belakangnya dengan tatapan gelap yang bahkan siap untuk menerkam Naura saat itu juga.  'Sial! Ra milikku udah tegang.' gumam hati Rendra saat merasakan miliknya telah mengeras. Pria itu berdecak dan melangkah menuju kursi meja makan.  Rendra menompang dahinya dengan tangannya. Matanya terpejam singkat merasakan tak nyaman di bagiannya itu.  "Sudah siap. Mie goreng untuk mu, dan mie kuah untukku." Naura meletakkan dua porsi mie di meja makan. Ia lalu segera duduk tepat di samping Rendra.  Rendra melenguh kecil saat menatap Naura.  "Kenapa Yang?" tanya Naura yang masih fokus dengan mie kuahnya.  "Nggak." balas Rendra singkat.  Naura meninggikan bahunya acuh. Malas sekali jika harus berpikir keras saat perutnya lapar seperti ini.  Saat makan mati-matian Rendra menahan matanya agar tak memandang paha Naura yang terekspos. Ia tak mau jika sampai lepas kendali. Ia ingin menjaga kesucian Naura hingga tiba saatnya ketika mereka menikah nanti.  "Ah... Kenyang sekali..." ucap Naura yang terdengar seperti desahan di telinga Rendra.  Cukup! Rendra tak kuat lagi. Miliknya sudah sngat sakit dan sekarang ditambah pemandangan dan suara yang menggoda itu.  "Salahku telah mengizinkan mu untuk menginap disini. Malam ini aku nggak bisa menahannya lagi, Sayang." ucap Rendra serak.  Naura yang diajak bicara hanya bisa mengedipkan kedua matanya karena ia tak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Rendra saat ini.  Tanpa banyak berkata Rendra langsung menyerang bibir merah Naura. Rendra melumatnya dengan liar seakan esok ia tak dapat lagi menikmati bibir mungil nan cantik milik kekasihnya itu. Rendra menyesap bibir itu atas dan bawah secara bergantian berharap agar Naura mau membuka bibirnya untuk Rendra. Rendra menggeram kecil karena Naura tak juga mau membuka bibirnya. Rendra menggigit kecil bibir bawah milik Naura dan ia segera melesakkan lidahnya untuk masuk. Hisapan dan cecapan terdengar jelas di dapur itu.  Lidah Rendra terus mengajak lidah Naura untuk berperang, lalu lidah Rendra itu juga menjilat indah deretan gigi Naura. Naura telah dibuat tak berdaya dengan kelakuan kekasihnya itu. Gadis itu hanya bisa melenguh di sela-sela ciuman mereka. Tangan Rendra turun dan perlahan masuk ke dalam kaos milik Naura. Tangan kekar Rendra itu mengelus pelan perut rata Naura. Tak hanya itu Rendra juga mengelus punggung Naura. Tangan pria itu juga dengan kurang ajar melepas kaitan bra milik Naura. Hal itu membuat Naura mengeratkan genggamannya di kaos milik Rendra. Tautan kedua terlepas, mereka sama-sama mengambil nafas banyak-banyak. Tangan kanan Rendra pun juga masih setia berada di dalam kaos Naura. Mata Rendra yang sayu menatap dalam wajah cantik kekasihnya yang saat ini memerah. "Aku menginginkanmu malam ini, Sayang." ujar Rendra serak. **** duh pengennya di chapter 3 ada adegan hot nya, tapi bentar lagi udah puasa :( gimana nih guys enaknya? ada yang punya ide?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN