Getting Closer

1064 Kata
“Hah?! Apa-apaan ini?” gumam Adam merasa sangat terkejut pada saat itu, dan kini pikirannya menjadi terfokus pada satu hal, ia tersadar bahwa saat ini ia tengah dipermainkan oleh mimpi buruk saat ini, itu lah yang ada di dalam anggapan Adam. Dengan napas yang memburu, ia berusaha keras untuk berpikir dan mencari jalan keluarnya, ‘Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus ku lakukan??’ itu lah pertanyaan yang di gumamkan oleh Adam kepada dirinya sendiri, yang pada akhirnya ia pun menyadari jika ia tidak mengenakan gelang saat ini dan mengingat bahwa ia meletakannya di atas meja sebelum ia tidur malam itu. Hal itu tentu membuat Adam merasa sangat kesal, karena pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya belum terbangun dari tidurnya saat ini. “Adam!” sebuah panggilan dari suara yang sangat lembut saat itu, membuat Adam teringat dengan Ningrum, dan menyadari bahwa wanita yang memanggilnya kali ini merupakan Ningrum. Dan segera saja Adam berlari untuk mengikuti suara dari panggilan lembut itu. “Ningrum!” gumam Adam seraya berlari untuk mengejar suara panggilan yang terus menerus di lontarkan oleh Ningrum di sana, Adam berusaha untuk mencari dan menemukan di mana asal suaranya. Namun, langkah kaki Adam seketika berhenti saat dirinya kembali mendapati seorang anak perempuan yang kini berada tepat di hadapannya, yang membuat Adam melangkah mundur, dikala anak perempuan itu berjalan mendekatinya. “Datang lah kepadaku, Adam!” ucap anak perempuan itu kepada Adam yang kini menggelengkan kepala dengan cepat dan segera berbalik untuk kembali berlari menjauhi anak perempuan itu yang kini berlari untuk mengejar dirinya. “Ningrum!!”  teriak Adam dengan kencang, dan di saat yang bersamaan sebuah cahaya silau datang dan menarik Adam untuk kemudian terbangun dari mimpi buruk yang membelenggu dirinya malam itu. “AHH!!!” Adam memekik dengan cukup kencang, ia bahkan kini terduduk dari tidurnya dan terdiam dengan napas yang memburu saat ini. Pandangannya kini tertuju ke arah depan, di mana sebuah cermin besar yang kala itu memantulkan pantulan dari dirinya yang terlihat pucat dengan napas yang tersengal serta keringan yang membasahi tubuhnya pada saat itu. “Hah … hah …. hhhh …” pandangan dari Adam kini menoleh menatao gelang kain yang tergeletak di samping nakas tempat tidurnya, yang segera saja membuat Adam meraih gelang itu untuk kemudian segera memasangkan gelang tersebut, seraya memejamkan matanya dan berdoa juga berharap semoga ini adalah kenyataan dan ia tidak berada di dalam sleep paralysis yang tidak berkesudahan. Yang pastinya akan sangat melelahkan baginya saat itu. “...” Adam terdiam untuk beberapa saat, dan ia sebenarnya sangat ingin menolehkan pandangannya untuk menatap ke arah jam dinding di sana, namun ia belum memiliki keberanian untuk melakukannya, yang membuat pandangannya kini di alihkan dengan cepat ke arah jendela kamarnya dan mendapati bahwa mentari sudah menerangi langit pagi itu, dan membuat Adam pun menghembuskan napasnya dengan lega dan dengan berani menoleh menatap ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul delapan pagi. “Hh … yeah! Aku rasa semalam aku terkena kelumpuhan tidur!” gumam Adam kepada dirinya sendiri, dan tidak lama dari ia mensyukuri jika ia sudah benar-benat terbangun dari sana, pandangannya pun segera tertuju ke arah pintu kamar ketika pintu tersebut terdengar diketuk sebanyak tiga kali, dan membuat Adam terperanjat setengah mati karenanya. Tok … tok … tok … “Adam! Kau sudah bangun? Apakah kau mau pergi ke mart dan berbelanja bersama denganku hari ini?!” sebuah pertanyaan yang terlontar dari seseorang yang Adam ketahui sebagai Roul di sana, membuat Adam kembali menghelakan napasnya, ketika mengingat jika sahabatnya yang satu itu untuk salam satu minggu akan terus berada di apartemen miliknya dan tinggal di sana. Yang membuat Adam menghembuskan napasnya penuh dengan rasa syukur. “Hei, Adam!” panggil Roul lagi, dan membuatnya kini menoleh menatap pintu seraya berucap, “Oh, tidak Roul! Aku akan menitip saja1” jelas Adam kepada Roul, yang kemudian tidak lagi terdengar suaranya. Pagi itu, Adam menghembuskan napasnya dengan panjang, ia segera mengusap wajahnya yang terus ia sambung hingga kepala dan juga rambutnya untuk kemudian kembali terdiam sejenak dan memikirkan mengenai mimpi buruk tersebut. Mimpi menyeramkan yang ia rasa tidak pernah ada habisnya di hari itu, yang membuat dirinya tidak ingin mengingat mimpi itu selamanya oleh Adam, yang pada akhirnya membuat Adam pun beranjak dari kasurnya untuk kemudian keluar dari kamar tidurnya di pagi itu. Dengan langkah yang gontai, Adam berjalan keluar dari kamar hanya dengan memakai kaos oblong putih serta boxer berwarna hitam denagn corak emas di sisi kanan dan juga kirinya. Pandangan Adam saat ini menoleh menatap sahabatnya Roul yang tengah sibuk  memanggang roti dan juga memasak telur goreng untuk dirinya dan juga Adam, yang kala itu membuat Adam merasa beryukur karena setidaknya sahabatnya yang notabenenya selalu menyusahkan Adam, saat ini bisa di andalkan. “Selamat pagi!” sapa Roul kepada Adam yang membuat dirinya hanya berdeham dan merampas sandwich yang baru saja di siapkan oleh Roul untuk dirinya sendiri, dan membuat Roul kini hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dari Adam saat itu, dan kembali membuat roti lapis di sana untuknya. “Bagaimana dengan malam mu? Aku mendengar kau merancau tidak karuan semalaman, apakah kau bermimpi buruk?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Roul pada saat itu, membuat Adam kini tertegun untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia menolehkan pandangannya ke arah Roul yang kini menatap dirinya dengan sangat penasaran, seolah ia ingin sekali tahu tentang apa yang di mimpikan oleh Adam malam tadi. “Yah … begitu lah!” jawab Adam kepada Roul dan membuat dirinya terlihat kecewa setelah mendengar penjelasan yang di lontarkan oleh Adam pagi itu. “Yah begitu lah?? bagaimana kau ini! Selalu saja menyimpan rahasiamu sendirian!” ucap Roul terdengar memprotes dan merasa kesal kepada sahabatnya yang satu itu, namun Roul juga tidak menanggapinya dengan berlebihan, yang membuat Adam pun biasa saja menanggapi keluhan dari Roul yang kala itu kembali memasak untuk makan paginya, karena sandwich tadi sempat di rampas oleh Adam dari atas piringnya. …   Tidak ada yang pernah bisa menerkanya, mengenai mimpi buruk yang mungkin saja akan menjadi sebuah tanda dari kematian yang mengerikan, atau setidaknya seperti sebuah peringatan jelas yang datang. Seseorang yang pernah aku selamatkan dari roh penyihir yang tidak pernah aku temui sebelumnya, pada akhirnya membuat diriku harus berhubungan dan berhadapan dengan hal yang tidak pernah bisa aku bayangkan sebelumnya dan bahkan berkelanjutan hingga saat ini. Yang pada akhirnya membuat diriku menyadari jika mereka tidak akan pernah berhenti. -Adam.  To Be COntinue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN