bc

Dewasa Sebelum Waktunya

book_age18+
95
IKUTI
1K
BACA
drama
tragedy
twisted
humorous
mystery
like
intro-logo
Uraian

Pernikahan tak sengaja yang terjadi antara dua insan yang tidak saling mencintai membuat rumah tangganya tidak sehat. Apa lagi usia mereka yang masih terlalu belia membuat mudah goyahnya pendirian di dalam hati.

Alya dan Sandy yang kala itu tengah berteduh di sebuah pos ronda karena hujan malah di grebek warga karena di kira melakukan perbuatan asusila. Demi menjaga nama baik bersama, mereka bersedia di nikahkan walau baru tamat SMA.

chap-preview
Pratinjau gratis
Di Grebek
Hari ini adalah hari kelulusan bagi sekolah SMA Nusa Bangsa. Seluruh siswa tengah merayakan kelulusan mereka. Alya gadis berusia 17 tahun itu telah lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Gadis itu berniat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Alya Pelangi adalah nama yang di berikan oleh kedua orang tuanya. Gadis itu bisa menyelesaikan sekolahnya di usia 17 tahun karena memang ia memiliki otak yang cerdas. Hari ini kelas Alya berniat akan membagikan sedekah kepada kaum duafa. Ini biasa mereka adakan saat kenaikan kelas. Seluruh siswa di kelas Alya akan menyumbangkan berupa uang ataupun barang untuk di bagikan kepada yang membutuhkan. Alya berpendapat dari pada uannya di belikan pilox atau spidol untuk mengotori baju, mending di bagikan kepada fakir miskin. Itu jauh lebih bermanfaat dari pada buat mengotori pakaian. Dan alhamdulillah semua teman-temannya setuju. Target saat ini adalah sebuah desa kerabatnya Sandy. Setelah semua berkumpul, mereka segera berangkat ke desa tersebut yang letaknya lumayan jauh dari kota. Ada yang menggunakan motor dan ada juga yang menggunakan mobil. Setelah sampai, mereka segera berkumpul di aula desa tersebut. Setelah penyaluran selesai, kini saatnya mereka kembali. "Al, kamu pulang bareng Sandy ya. aku mau langsung jemput mama ke bandara soalnya." Kata Putri teman satu kelas ku. Pada saat berangkat, aku memang bareng Putri. Aku tidak membawa kendaraan karena motorku sedang di perbaiki di bengkel. Aku menarik nafas panjang. Aku merasa bimbang dengan saran Putri. Aku takut akan ada salah paham antara aku dan Winda pacar Sandy. Winda itu gadis pencemburu berat. Jangankan sampai membonceng motor Sandy. Hanya sekedar mengerjakan tugas kelompok saja ia sudah cemburu. Padahal aku dan Sandy hanya sahabat. Di antara kami tidak ada perasaan apapun selain teman. "Gimana Al?" tanya Sandy. "Baiklah. Tapi sampai jalan besar saja ya. Nanti turunkan aku di halte. Aku ke rumahnya naik taksi saja." Ucapku. "Kenapa tidak sampai rumah sekalian Al?" tanya Sandy heran. Sebagai sahabat sejati, Sandy tidak akan membantu sahabatnya setengah-setengah. "Aku takut. Winda..." aku tidak melanjutkan kalimatku. Aku yakin Sandy akan paham sendiri. "Baiklah. Tapi aku tidak akan membiarkanmu sendirian menunggu taksi. Aku akan menemanimu sampai mendapatkan taksi." Ucap Sandy mantap. "Oke kalau begitu. Aku tinggal dulu ya." Putri sempat melambaikan tangan kepada kami saat ia mulai meninggalkan kami. Dan kini tinggallah aku dan Sandy saja di sana. Karena yang lain pun sudah ijin pulang duluan. "Jalan sekarang?" tanya Sandy sambil menghidupkan mesin motor besarnya. Aku mengangguk lalu naik di jok belakang motor Sandy. Sebelum Sandy memutar gas di genggamannya, ia menarik kedua tanganku dan melingkarkan di pinggangnya. "Pegangan yang benar agar tidak terjatuh." ucapnya. Aku hanya menurut. Jujur rasanya tidak nyaman. Namun jika tidak demikian, maka aku akan jatuh terpental ke belakang saat Sandy menarik gas di tangannya. Tubuh Sandy yang besar dan tinggi membuatnya cocok memakai motor sport miliknya. Aku berpegangan dengan perasaan campur aduk. Entah kenapa tiba-tiba saja detak jantungku seperti berdetak lebih kencang. Langit cerah berubah menjadi gelap. Angin bertiup sangat kencang. Petir menyambar, suara bergemuruh tiba-tiba menyergap. Sandy menepikan motornya di sebuah pos ronda. Kami harus berteduh dulu karena rintik hujan mulai turun. "Kita neduh dulu ya Al, ada petir soalnya." Sandy berucap sambil mematikan mesin motornya. Aku setuju. Aku turun lalu berteduh di dalam pos ronda. Kami duduk dengan jarak aman. Aku di pojok kanan, dan Sandy di pojok kiri. Entah kenapa hari semakin gelap seolah sudah memasuki waktu maghrib. Padahal jam baru menunjukan pukul empat sore. "Kok jadi gelap gini ya?" tanyaku cemas. Aku benar-benar merasa takut di saat-saat seperti ini. Hujan deras di sertai petir menyambar membuat tubuhku gemetar. Selain karena rasa takut, tubuhku juga mulai menggigil. "Kamu kedinginan Al?" tanya Sandy cemas. Ia langsung melepas jaketnya dan memberikannya kepadaku. "Pakai ini Al." Aku menerima jaket itu dengan rasa sungkan. " Lalu kamu bagaimana?" tanyaku. "Tak apa. aku kan cowok masa lemah." Guraunya. Padahal aku tahu bahwa Sandy kedinginan juga. Tapi aku tidak mau jatuh pingsan karena kedinginan lalu Sandy memanfaatkan tubuhku. Bukannya sok kepedean, bukankah tindakan kejahatan terjadi bukan karena ada niat, namun ada kesempatan juga. Kami terdiam sejenak. Tiba-tiba petir menyambar sebuah pohon kelapa di dekat pos ronda. Sontak aku terlonjak kaget lalu melompat. Tubuhku menabrak tubuh Sandy. Karena sama-sama terkejut Sandy terhuyung lalu menimpa tubuhku. Aku berteriak kencang. Bersamaan dengan itu si pemilik pohon kelapa tengah melihat pohon kelapa itu dan memergoki kami yang tengah tumpang tindih di lantai pos ronda. "Woi, lagi ngapain kalian? m***m ya?" teriak bapak-bapak itu. Mendengar teriakan bapak itu, kami langsung bangkit dan berdiri. "Tidak pak, kami gak lagi ngapa-ngapain." Teriak Sandy untuk membela diri. Namun sepertinya usahanya sia-sia. Bapak itu tidak percaya dan malah memanggil warga yang lainnya. "Tamatlah riwayatku." Ucapku cemas. Beberapa orang warga datang berbondong-bondong untuk menggerebek kami. Kami di arak hujan-hujannan menuju rumah pak lurah yang kebetulan letaknya di dekat situ. Kami segera di adili. Dengan tubuh basah dan menggigil, aku menangis tersedu. Aku terus memanggil-manggil mama untuk minta perlindungan. "Pak, mereka harus segera di nikahkan untuk membersihkan kampung ini dari petaka." Ucap salah seorang warga. Karena adat di sini barang siapa yang ketahuan berbuat asusila harus segera di nikahkan. Jika tidak, maka mereka percaya desa ini akan di landa musibah yang berkepanjangan. What? menikah? kami terperanjat. Bagai mimpi di sambar petir di siang bolong. Kami yang baru saja merayakan hari kelulusan akan di nikahkan. Tanpa rasa dan rasa cinta. Apa jadinya dengan nasib rumah tangga kami nantinya. "Pak, kami tidak ngapa-ngapain pak. Masa harus menikah?" aku berusaha membela diri. Isak tangis ku belum mereda. Namun tidak ada yang percaya sama sekali. "Maafkan aku ya Al, gara-gara aku kita jadi terpojok seperti ini." Ucap Sandy penuh sesal. Air mataku terus terurai. Aku tidak tahu harus bagaimana. Hening sejenak. "Al, kamu tidak apa-apa jika aku menikahi mu? aku akan bertanggung jawab. Aku harus menutup aib ini." Sandy berucap dengan tenang. Sorot matanya penuh keteduhan seperti air danau tanpa riak. Aku tidak percaya dengan ucapan Sandy barusan. Ia pura-pura kah atau bersungguh-sungguh. Di antata kami tidak ada rasa cinta tapi dengan mudahnya Sandy berkata demikian. Aku pun bimbang. "Al, are you oke?" Sandy mengudap bahuku pelan. Berusaha menenangkan perasaanku yang tengah terguncang. Aku hanya mengangguk. Entah anggukan setuju atau anggukan bahwa aku baik-baik saja aku pun tidak tahu. Yang jelas setelah aku mengangguk seorang wanita paruh bay langsung membawaku untuk berganti pakaian. Saat aku keluar kamar itu Sandy pun sudah berganti pakaian. Ia tengah duduk berhadapan dengan seorang kyai. Lalu aku di sandingkan dengan Sandy. Pak kyai pun segera menikahkan kami. Bersambung.....

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook