DUA PULUH DUA

1030 Kata

Livia mengintip suaminya yang terduduk bingung di kursi panjang di taman belakang rumah. Berkali-kali lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar. Menatap bulan sabit dengan pandangan menerawang. Wajah tampannya seperti kehilangan gairah hidup. Rasanya sakit melihat orang yang dicintainya hancur. Ia bisa menerima jika dirinya tidak - belum dicintai. Hanya melihat Andra terus murung membuatnya meringis. Sementara Fara, penyebab kegalauan Andra bertingkah semaunya. Terkadang pergi sehabis subuh dan pulang menjelang tengah malam. Ia tidak berani bertanya. Fara mengacuhkan perdamaian yang ia tawarkan, bahkan menuduhnya yang bukan-bukan. Mungkin memang benar, yang pertama itu selalu paling egois. Lihat saja anak pertama. Kehadiran adiknya tak jarang mendatangkan sibling rivalry yang parah. Ia

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN