Permainan Bab 2

1292 Kata
Risti melempar pakaian Bambang ke lantai dengan tatapan garang. Bambang memunguti pakaiannya dengan cepat lalu berlari menuju pintu keluar. "Maafin saya mba maafin" Bambang menatap memelas kepada Risti, dia sendiri tak memahami bagaimana bisa dia tidur bersama wanita itu. "Pergiii.....!" Bentak Risti lagi. Bambang memakai pakaian sembarangan sambil mencari tas kecil yang dia bawa semalam, ternyata berada di sofa. Saat mendekati pintu.. Aarrggh... Bambang tak tahu cara membuka pintu itu. Dengan wajah pucat penuh peluh,Bambang mendekati kamar Risti yang dibatasi tirai. "Mbaa maaf, mmh...saya itu...tak bisa buka pintunya." dengan nada polosnya. Risti dengan wajah memerah kesal bangun dari kasur menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Berjalan melewati Bambang yang masih terpaku dengan bahu mulus Risti. Dia susah menelan salivanya, sambil memegang dadanya yang berdegub kencang. Belum sampai pintu Risti berbalik badan, sadar bahwa Bambang memperhatikannya. "Kau...apa belum puas dengan semalam?" bentaknya lagi. "Aahh..ohh..maaf mba " secepat kilat Bambang menunduk lalu berjalan melewati Risti yang telah membukakan pintu untuknya. "Urusan kita sepertinya akan berlanjut ya mas Bambang." berbisik Risti saat Bambang keluar pintu. Deg....jantung Bambang seketika melorot. Dengan cepat tanpa menoleh dia masuk ke dalam lift. Ya allah Lala dan Lulu, dia melihat hp ada 15 panggilan 10 panggilan dari hp adiknya dan 5 dari Bude Yati. Mereka pasti khawatir. Dengan cepat Bambang memencet no hp Bude Yati. "Hallo bude ini Bambang, " "Ya ampun Bambang kamu kemana aja." "Lala sama Lulu nangis semalam nungguin kamu ga pulang-pulang." "Iya bude maaf saya ketiduran di rumah teman, bude" "Saya tapi tidak bisa pulang sekarang bude karena udah kesiangan, udah harus ke tempat kerja." "Tolong sampaikan pada si kembar ya bude, nanti sore saya baru balik, titip adik-adik dulu." "Ya udah syukur deh kamu ga papa." Hati-hati ya" "Iya bude terimakasih." "Ya ampun mana ga sempat mandi dan ganti baju lagi" gerutu Bambang diatas motornya lalu bergegas menuju tempatnya bekerja. Di apartemen, Risti tersenyum dengan penuh kemenangan. Aktingnya berhasil. Lalu dia mandi dan bersiap-siap ke kantor. "Bu bos ada meeting jam 9 dengan Pak Darma jangan lupa." Isi pesan Wa Karin. Edward sudah menunggu di lobi apartemen. Risti masuk ke mobil dengan bersemangat sambil menyapa Edward dengan ceria. Edward kebingungan setahun bekerja dengan Risti baru kali ini Risti tersenyum seperti itu padanya. "Tumben banget hari ini seger gitu." ujar Karin melihat gerak gerik dan wajah Risti yang segar. 'Emang biasanya aku kurang seger ya?" tanya Risti sambil tersenyum. "Bukan kurang seger bu, tapi kurang kasih sayang" celetuk Karin sambil terbahak "Sialan lo" umpat Risti kesal. Yuk ah kita meeting " ajak Risti penuh semangat. Karin mengekori Risti di belakangnya sambil membawa beberapa berkas. Aneh! Di ruang meeting, Pak Darma mempresentasikan sistem kerja baru dalam rangka meningkatkan kualitas jasa ekspedisi yang saat ini sedang mereka kerjakan. Risti melamun teringat kejadian semalam. Flashback Setelah yakin Bambang pulas, Risti bangun dari sofa lalu memapah Bambang ke dalam kamarnya. Sedikit berat namun Risti tetap bersemangat. Diletakkan Bambang pelan berbaring di ranjang queen miliknya. Dia memperhatikan wajah Bambang saat tertidur,wajah Risti merona..aarrgghh...dia manis juga. Pelan Risti melepaskan satu persatu pakaian Bambang, mulai dari baju kaos yang sudah pudar warnanya, berlanjut melepas kaos dalam juga yang tak kalah lusuh dengan sobekan di bagian ketiaknya. Risti tersenyum geli. Ragu Risti melepas gesper celana jeans Bambang, namun tak sulit karena, kancing kaitan celana jeans Bambang pun ternyata tidak ada. Betapa terkejutnya Risti , matanya melotot melihat celana dalam biru milik Bambang yang juga sobek di bagian karetnya,, ya ampun sobek semua " gumam Risti menahan tawa. Daaann..gundukan di balik segita itu terlihat begitu menantang. Sseerr...bulu kuduknya berdiri otot kakinya pun menjadi lemas. Ayoo Risti..fokus...gumamnya dalam hati sambil menutup mata. Setelah selesai melucuti pakaian Bambang satu persatu dan hanya menyisakan sempak butut Bambang, Risti berjalan ke arah laci lalu mengambil botol kecil berwarna merah berisi cairan pewarna makanan, Lalu dengan cepat meneteskannya dia atas seprei putih miliknya. Lalu Risti melepaskan semua pakaiannya dan masuk ke dalam selimut bersama Bambang. Risti merasa jantungnya maraton menahan debaran. Namun ia kembali mengingatkan dirinya. Aktingnya harus maksimal dan tidak boleh ada kesalahan. Risti menatap wajah teduh Bambang yang tertidur pulas, lalu mencium cepat pipi Bambang. "Sori Bang, gue harus lakuin ini" ucapnya dalam hati lalu mematikan lampu dan ikut tidur bersama Bambang. Malam itu berasa malam paling nyenyak dan hangat bagi Risti. Flashback off "Bu..Bu Risti..." panggil Pak Darma "Ehh..iyaa..pak, gimana?" ucapnya kaget saat ketahuan melamun. Karin geleng-geleng kepala menebak pasti ada sesuatu yang telah terjadi dengan sahabatnya ini. Di kantor, Bambang tak bisa konsentrasi, design yang dia kerjakan gagal semua tak bisa sesuai dengan project yang seharusnya. Berulang kali Bambang menarik nafas panjang dan mengusap kasar wajahnya. Fani menghampiri meja Bambang. "Ini Bang, makan dulu sudah jam 2 siang aku perhatikan kamu belum makan." Fani menyodorkan sebungkus nasi padang dengan lauk telur dadar padang kesukaan Bambang. "Eh iya Fan, aku sedikit ga enak badan saja, terimakasih" ucapnya kagok menatap Fani sekilas lalu menunduk. Fani kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaan. "Astaghfirullah apa yang telah aku lakukan semalam." gumam Bambang sambil menghela nafas panjang. Terlintas di pikirannya bagaimana dia memeluk pinggang Risti yang halus dan mencium aroma rambut serta tubuh Risti yang begitu menggoda. "Aarrgghh...aku bisa gilaaa." umpatnya kesal dengan dirinya sendiri. Bambang pulang lebih awal, langsung menjemput Lala dan Lulu di sekolah karena kebetulan si kembar masuk siang jadi pukul setengah enam sore baru keluar sekolah. "Mas Bambang." teriak Lala dan Lulu berbarengan. Bambang yang menunggu di parkiran lalu tersenyum manis melihat si kembar lalu menghampirinya. Mas kemana semalam?" tanya Lala "Iya aku sama Lala sampe takut." "Mas ke rumah teman mas ehh malah ketiduran, maaf ya kembar, besok-besok mas janji ga gitu lagi deh." "Ohh gitu ya udah yok kita pulang." ajak Bambang. Hampir sepekan kejadian itu berlalu. Tak ada tanda-tanda Risti menghubungi dirinya, Bambang heran sekaligus resah. Hampir setiap malam Bambang membayangkan kejadian di apartemen Risti. Sabtu ini dia libur, sampai siang hanya tidur-tiduran saja di kasur memasak ayam goreng dan mengantarkan si kembar ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Tiba-tiba Tok..tok.. Bambang bangun dengan malas dari kursi tamunya. Wanita yang dinantinya tepat berada dihadapannya. "Mba Risti." sapanya kikuk. Risti masuk lalu melihat ke sekeliling rumah. "Mana si kembar?" tanyanya cuek "Ohh..sedang sekolah." jawab Bambang Dan lagi-lagi penampilan Risti begitu mempesona dengan dress marun diatas lutut dan rambutnya yang diikat tinggi. "Astahgfirulloh, Bambaaaang..." Bambang menepuk jidatnya sendiri. Risti tersenyum dalam hati pura-pura ia tak memperhatikan kelakuan Bambang. "Aku boleh duduk"? "Ohh boleh mba duduk aja." Bambang mempersilakan Mereka terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. "Mau minum apa mba?" tanya Bambang "Air putih saja" jawab Risti datar. Bambang berjalan ke dapur, siang ini dia hanya menggunakan celana katun warna biru tua sebatas lutut dengan kaos hitam bergambar bola, Risti memperhatikan Bambang dari belakang, tumben pakaiannya ga ada yang sobek " gumam Risti tersenyum geli bila mengingat kejadian lampau. Teeeng...matanya terpaku pada urat-urat pada otot betis Bambang yang sangat kokoh. "Aarrgghh...ya ampun dasar perempuan m***m" Risti menghardik dirinya sendiri. "Ini mba silakan diminum" Bambang mempersilakan sambil mengusap peluh di dahinya. Cuaca sedikit mendung tapi kenapa bagi Bambang seperti musim kemarau saat berduaan saja seperti ini dengan Risti. "Apa air ini tidak kamu masukan racun?" tanya Risti ketus. "Ya ampun mba ya gaklah masa saya masukin racun." "Kalau gitu kamu minum dulu nih." Risti memberikan gelas bagiannya kepada Bambang. Dengan cepat Bambang minum sedikit air dari gelas Risti. "Tuh..kan saya ga masukin racun." ucap Bambang sedikit kesal dituduh hendak meracuni Risti. Lalu Risti menempelkan bibirnya minum dibagian yang sama. Lagi-lagi Bambang menelan salivanya. Tergoda.. Ting...ting.. Hp Risti berbunyi. Ayah sayang Nama tertera di layar hp. "Hallo ayah." "Aku baik-baik saja, ayah sehatkan?" "Ada apa yah?" "Ohh itu..kami sudah sepakat mengenai tanggal yah". Ucap Risti dengan jelas sambil menatap Bambang lalu mengedipkan sebelah matanya. **** Maaf kemarin ga sempat up. Selamat membaca dan jangan lupa tab love-nya. Terima kasih
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN