bc

Anak Yang Terlahir dari Rahim Wanita Gila

book_age12+
1.3K
IKUTI
5.1K
BACA
family
HE
fated
blue collar
drama
bxg
witty
like
intro-logo
Uraian

Dua puluh tahun Fadly mencari keberadaan istrinya. Akhirnya, ia menemukan wanita itu di sebuah rumah sakit jiwa. Menurut pengakuan, sebelum dibawa ke rumah sakit itu oleh warga, dia terlebih dahulu diperkosa.

Dina namanya, bahkan selama di rumah sakit tersebut, dia sempat melahirkan seorang bayi yang disangkakan oleh pihak rumah sakit adalah bayi hasil p*********n. Dengan mengambil keputusan terbaik, bayi itu di titipan di sebuah panti karena tidak ada yang bisa mengasuh.

Fadly yakin bayi yang dilahirkan Dina adalah anaknya sebab saat memutuskan pergi dari rumah, sang istri meninggalkan sepucuk surat yang mengabarkan bahwa dirinya sedang hamil.

Akankah Fadly bisa menemukan kembali anaknya? Dan apakah istri kedua Fadly bisa menerima jika seandainya anak itu diketemukan?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Bertemu Kembali di Rumah sakit Jiwa
Dua puluh tahun yang lalu, aku pernah menikahi seorang gadis. Dia gadis yang sempurna. Tapi, usia perkawinan kami tidak bertahan lama, hanya tiga tahun, dia memilih pergi dan meninggalkanku sepucuk surat serta sebuah test pack bergaris dua sebagai pengantar perpisahan. Suamiku, Aku bukan istri yang sempurna, aku sangat lelah menerima setiap perlakuan ibumu dan adik maduku sendiri. Sungguh, bukan perihal berbagi cinta dengan orang lain, tapi ini menyangkut harga diriku. Maaf, karena aku pergi dengan membawa benihmu yang tertanam di rahim ini. Aku berjanji akan merawat dan menjaganya dengan baik. Aku akan selalu mengenalkan dengan benar siapa kamu sebenarnya. Walau dia tidak pernah melihatmu. Suamiku. Maafkan keputusan yang gegabah ini. Tapi aku sudah memberi isyarat padamu, betapa aku terluka oleh perbuatan kasar dan hinaan orang-orang di sekitarmu. Tapi kenapa, engkau selalu menutup matamu? Mereka terus menyebutku mandul, sedang aku sudah berbesar hati menerima kehadiran Siska sebagai pelengkap kekuranganku. Semoga dengan tidak adanya aku di rumahmu, Siska bisa lebih mengontrol emosinya. Karena aku tak ingin anakmu kelak lahir dengan membawa sifat pemarah selayak ibunya sendiri. Dari istrimu Aliya Azkadina * Aku menyesal sempat mengabaikannya. Kupikir dia bahagia, sebab dialah yang meminta agar aku menikahi wanita lain, guna memenuhi keinginan ibu untuk segera menimang cucu. Ternyata, semua justru terbalik. Kepergian Dina membuatku begitu terpukul. Hari berganti hari, bulan berganti bulan hingga puluhan tahun berlalu dan aku terus saja mencarinya. Hingga hari ini, wajah yang kurindukan bak purnama itu kembali ada di depan mata. Tapi tidak seperti dahulu, saat senyum merekahnya begitu kucandui, saat tubuh bak biolanya begitu kukagumi. Kini dia hanya seorang pasien di rumah sakit jiwa. "Dina, benarkah itu dirinya?" Ke seluruh pulau Jawa aku mencari ternyata disinikah dia? Jika benar, maka sungguh kuasa Allah yang ingin kembali mempertemukan kami. Ini kenapa, niatku untuk mengganti keberangkatan ke rumah sakit ini dengan staf lain, selalu mendapat rintangan. Ternyata, ada seseorang yang menungguku di sini. Kudekati salah satu perawat untuk menanyakan identitas pasien yang wajahnya sangat mirip dengan istri pertamaku itu. "Sus, pasien itu namanya siapa?" "Oh yang itu, namanya Aliya Azkadina, Dok." Prasangkaku semakin menemukan kebenaran. Jika wajahnya saja yang mirip namun tidak namanya, hati ini masih bisa menyangkali. Tapi kenyataan, nama dan wajah sama. Sudah pasti itu Dina. "Itu pasien sudah lama sekali di rumah sakit ini, semenjak pengangkatan pertama saya sekitar dua puluh tahun silam, Dok." Jantungku berdegup kencang mendengar penuturan suster yang ada di hadapanku kini. "Apa bisa suster ceritakan sedikit tentang riwayat pasien itu?" "Banyak kisah pasien yang saya lupakan, karena memang pasien silih berganti masuk dan keluar. Tapi khusus wanita itu, saya ingat betul segalanya, Dok. Dia dibawa ke rumah sakit ini oleh beberapa orang dengan tangan terikat dan beberapa bekas pukulan di tubuhnya. Kalau saya katakan dia habis disiksa." "Benarkah?" Dada ini terasa berdenyut kuat, tapi kucoba untuk menguatkan diri. "Benar, Dok. Yang membawanya kemari mengatakan bahwa dia gila dan mengamuk di kampung." "Lalu keluarganya kemana?" "Tidak ada diantara orang tersebut yang mengaku keluarga. Katanya dia pendatang di kampung itu. Saat kami periksa, ternyata dia juga diperkosa." "Astaghfirullah! Lalu Sus?" "Oleh pihak rumah sakit, dia dirawat hingga sadarkan diri. Tentang kebenaran dia gila atau tidak, dokter mengambil kesimpulan untuk melakukan beberapa pemeriksaan. Namun kenyataan yang terjadi justru ketika sadar, wanita itu menjerit-jerit ketakutan, memukul siapapun yang berusaha mendekati. Saya pikir dia trauma. Hingga pada akhirnya dokter memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit ini. Meski tanpa sanak saudara karena kartu identitasnya tidak ditemukan." Lagi-lagi tenggorokan ini terasa tercekat, sungguh malang nasibmu, Din. Andai aku menemukanmu sedari dulu, tentu kamu tidak akan semenderita ini. "Tujuh bulan dirawat, dia melahirkan, Dok," lanjut suster itu. "Apa? Melahirkan?" "Kalau diprediksi dia telah lama hamil, bukan saat pertama kali dibawa oleh sekelompok orang dahulu." Aku menghela napas. "Tanggal berapa dia dibawa ke rumah sakit ini?" "Saya lupa, Dok. Saya rasa datanya juga sudah tidak ada lagi, karena memang kejadiannya sudah lama sekali." "Lalu, anak yang dia lahiran dirawat oleh siapa?" "Oleh pihak rumah sakit, bayi itu diserahkan kepada sebuah panti asuhan. Sebab tidak ada sanak keluarga yang bisa merawat." "Bisa saya tahu ke panti asuhan mana bayi itu dibawa?" "Panti asuhan Anak Bangsa, kalau saya tidak salah. Bayi itu diserahkan dengan identitas bayi Aliya Azkadina. Emang ada apa, Dok?" Pertanyaan penutup yang diajukan suster tersebut menyentak dadaku dengan kuat. Haruskah aku jujur? "Dia adalah istri saya yang pergi dari rumah dua puluh tahun silam, Sus. Saya mencarinya kemana-mana, sungguh kuasa Allah bisa menemukannya di tempat ini." "Masya Allah. Benarkah Dok? Apa dokter mau membawanya pulang? Dia sudah lebih terkontrol saat ini, Dok. Pengobatannya pun sudah dihentikan." "Iya, tentu. Saya akan membawanya pulang hari ini juga." * Entah kenapa ada degup tak biasa saat aku memasuki kamar Dina. Dia terduduk di atas sebuah kursi sembari menatap keluar jendela. Di tangannya, sebuah boneka tanpa pakaian ditimang-timang sambil sesekali mengecup kepala. Sungguh pemandangan yang menyesakkan d**a. "Kamu jangan takut, Din. Mas akan menemukan anak kita." Meski ragu, kulangkahkan jua kaki ini. Dia bereaksi saat mendengar seseorang memasuki kamarnya. Saat tubuhnya berbalik, kedua netra Dina tepat menangkap keberadaanku. Dia terhenyak, kemudian segera naik ke atas ranjang sembari memeluk kedua kaki. "Pergi! Pergi! Jangan mendekat! Tolong! Tolong!" Dina melempar bantal ke wajahku, lalu meringkuk di sudut dinding. Menabrak-nabrak dinding tersebut seolah ingin menembusnya. Diri yang melihat hal itu, tak kuasa membendung tangis. Pasti ia kembali teringat masa dahulu saat ada yang menodainya. "Din, ini Mas Fadli, Suamimu." "Pergi! Jangan menyentuhku! Pergi!" Dia lupa padaku, bahkan mungkin menganggap aku adalah lelaki yang sudah menodainya dahulu. "Pergi kau! Pergi! Tolong! Tolong! "Din, ini saya. Mas Fadli." Kupegang dua pundaknya, dia semakin menekuk. Kurasakan goncangan hebat pada tubuhnya lalu tak lama, ia kehilangan kesadaran. "Dina, bangun Din. Astaghfirullah, Dina. Suster, tolong saya, Sus." Mendadak jantung ini berdegup begitu kencang, bukan mudah usahaku untuk.menemukannya. Kini setelah semua kita dipertemukan kembali kuharap semua baik-baik saja. Dina, maafkan aku ... Beberapa orang suster kini menghampiri ruangan rawatan Dina, mereka segera membantuku untuk mengecek kesadaran istriku itu. "Sepertinya Ibu Dina sangat terguncang, Dok," ucap salah satu suster. "Oke. Terima kasih, aku akan menunggunya hingga ia sadarkan diri." "Baik Dok, kalau begitu kami permisi." Mereka kembali keluar ruangan, menyisakan aku dan Dina yang terbaring di atas ranjang. Kuusap kepalanya perlahan, tak terasa dua mataku basah. Ribuan penyesalan dan kecewa menghujam d**a, akankah aku bisa mengembalikannya seperti dahulu? *** Lanjut?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook