5

1570 Kata
Kami sampai di rumah menjelang maghrib karena Kevin mengajak kami, aku, Kiera dan Fania untuk makan siang bersama dan mengantar Kiera dan Fania untuk membeli mainan SEBANYAK yang mereka mau. Iya itu capslock jebol. Kalian bayangin ini anak berdua bagaikan dapat jackpot dan membeli mainan sebanyak satu kantong plastik besar. Masing-masing anak. Meraka berdua tidak akan berhenti untuk mengambil mainan sampai aku marah kepada ketiga orang tersebut. “Assalamu’alaikum buun” ucapku. Kami berempat masuk kedalam rumah. Bunda dan kak Nia keluar menyambut kami dan setelah itu lebih memilih untuk masuk kedalam kamar untuk mandi. Setelah mandi aku mendapati Kiera duduk ditempat tidurku sambil memegang kantong plastik berisi mainan yang dibelinya tadi. “Mama” cicit Kiera “Kiera kenapa hm ?”. Aku tau ada yang ingin Kiera katakan tapi sepertinya dia terlihat takut. Aku lalu menghampirinya dan jongkok untuk menyejajarkan tinggiku dan tingginya. “Kiera ?”. Aku mengusap kepalanya dan Kiera menangis sambil memelukku. Aku yang panik karena dia tiba-tiba menangis langsung membawanya kegendonganku dan mengusap punggungnya. “Kiera kenapa menangis ?” “Mama marah kalau Kiera beli banyak mainan ?” ucapnya ditengah isakannya. Apakah Kiera takut karena tadi aku memarahinya ? “Mama tidak marah”. Namun perkataanku tidak membuat tangisannya mereda. Bahkan malah tambah keras. Aku akhirnya membiarkan dia menangis sampai tengisannya mereda. Aku duduk ditempat tidur sambil memangku Kiera. “Udah nangisnya ?”. Dia menganggukkan kepalanya pelan sambil memelukku. “Maafkan mama karena tadi marah sama Kiera dan Fania. Tapi mama marah bukan karena mama nggak sayang sama kalian berdua. Tapi mama marah karena kalian membeli banyak mainan. Kalau membeli hanya dua atau tiga mainan, mama nggak akan marah. Tapi kalian membeli mainan yang kalian sudah punya, hanya berbeda desain”. Aku mengusap kepala dan punggungnya, akhirnya Kiera berhenti menangis. “Itu namanya boros sayang, nggak baik. Kan nggak boleh jadi orang yang boros” “Kiera minta maaf mama” “Iya Kiera mama maafkan tapi jangan diulangi lagi ya”. Kiera menganggukan kepalanya dan mengacungkan jari kelingkingnya. Pinky promise. Hahaha lucunya “Nah sekarang Kiera mandi ya ? Mau mama mandiin atau Kiera mandi sendiri ?” “Kiera mandi sendiri”. Aku lalu menyiapkan handuk dan baju Kiera. Sambil menunggu Kiera selesai mandi aku membongkar mainan yang dibelinya tadi. Boneka barbie, lego dan kawan-kawannya. Kenapa Kevin membelikan mainan sebanyak ini ? Ataukah ini sebagai permintaan maafnya ke Kiera ? Tak lama Kiera sudah selesai mandi dan memakai baju. Aku lalu memakai mukenaku dan keluar. Masih ada Kevin disana. Tunggu sebentar… Kevin sudah pulang. Berarti Kiera akan pulang ke rumahnya hari ini ? Aku terdiam didepan pintu. Ya iyalah May, kan bapaknya sudah datang, ya pastilah dia akan membawa Kiera pulang ke rumahnya. “Kamu ngapain bengong didepan pintu ? Nanti kesambet baru tau rasa” kata Bunda. Aku menghela napas dan kemudian membantu bunda untuk menyiapkan makan malam. Di ruang tv sudah ada ayah, kak Fahmi dan juga Kevin entah apa yang mereka bicarakan. Ada juga Kiera dan Fania yang sedang bermain mainan barunya. “Bunda masak banyak banget. Kayak mau kasih makan se-RT”. Bunda hanya mendelik kearahku dan dengan gerakan mata memintaku untuk mengambil makanan di dapur. Ada lima lauk beserta nasi yang sudah tersedia dimeja. Belum lagi ada puding dan cookies yang baru saja matang. Memangnya hari ini ada orang penting yang datang ? “Kak ini Bunda masak banyak banget malah buat cookies lagi. Emangnya siapa yang datang sih ? Penting banget kayaknya” kataku “Nggak ada yang mau datang. Ya kita-kita aja sih ditambah dengan Kevin” ucap kak Nia “Lah terus ini makanan kok banyak banget ?” Tanyaku lagi “Mana kakak tau dek. Kamu tanya aja sama Bunda atau kalau nggak kamu siapin sajadah aja deh di mushollah, biar Ayah, masmu dan Kevin langsung sholat maghrib. Bunda juga ikut berjamaah dengan mereka dan kamu ikut juga ya. Kakak lagi halangan”. Dengan berat hati aku melaksanakan perintah Baginda Ratu 2, ya daripada kena marah. “May, toilet dimana ?” Tanya Kevin. Aku lalu menunjuk dengan dagu arah kamar mandi dan kembali mengatur sajadah. “Yang jelas dong May nunjuknya kemana. Kamu pakai dagu ya mana aku tau” ujar Kevin Aku menghela napas dan menampakkan senyum terpaksaku kepadanya. “Kamu lurus aja nanti ada pintu kayu disebelah kiri itu kamar mandinya”. Dia pun berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apapun. “Makan malam udah siap. Sisa supnya aja yang tinggal dipanasin dan sekarang semuanya bersiap untuk sholat maghrib ya” teriak Bunda. “Cucu Oma juga siap-siap sholat ya. Maya kamu bantuin mereka pakai mukena” titah Bunda “Siap Baginda Ratu 1” ujarku. Aku menggamit tangan Kiera dan Fania untuk menuju ke kamarku untuk mengambil mukena Kiera dan ke kamar kak Nia untuk mengambil mukena Fania. “Anak Kevin ayo silahkan, jangan sungkan-sungkan. Anggap saja rumah sendiri ya” kata Ayah mempersilahkan Kevin untuk makan malam dengan kami. Entah ajaib atau bagaimana kursi meja makan menjadi pas dengan adanya Kevin. Ayah dan mas Fahmi yang duduk saling berhadapan. Disamping kanan Ayah ada Bunda, Fania dan kak Nia, sedangkan disamping kiri Ayah ada aku, Kiera dan Kevin. “Ma Kiera disuap boleh ?” “Bol—“ “Kiera makan sendiri saja ya kan sudah TK. Lihat Fania sudah makan sendiri” tukas Kevin “Tapi kalau di rumah Papa nggak ada Mama yang nyuapin Kiera”. Aku memandang kesal kearah Kevin mencoba agar ia mengalah. “Boleh, Kiera boleh kok disuap terus sama Mama. Nggak ada yang boleh ngelarang”. Kevin menghela napas pelan. Mungkin sebagai tanda untuk menyetujui ucapanku. Aku mengambilkan nasi dan beberapa lauk kedalam piring Kiera. Aku sangat senang karena dia makan sangat lahap bahkan sampai meminta tambah. “Makanan Oma enak ya Kiera sampai tambah begitu” ucap Bunda “Iya Oma makanannya enak dan lebih enak lagi karena disuap sama Mama” ujar Kiera senang. Entah kenapa aku sangat sedih mendengar perkataan Kiera. Apakah dia tidak pernah disuap sama ibu kandungnya ? Dan juga karena perkataan Kiera mendadak suasana menjadi sepi— bukan sepi lebih tepatnya sedih. “Ada yang mau makan puding atau cookies ?” tanya kak Nia dan disambut antusias oleh Kiera dan Fania. Untung saja kak Nia pintar membaca situasi kalau tidak pasti makan malam ini akan terasa sangat gloomy. Aku membantu Bunda untuk memasukkan piring kedalam dapur untuk dicuci dan juga mengambil puding serta cookies sebagai makanan penutup lalu ikut menonton Upin dan Ipin bersama anak-anak. “Terima kasih” ucap Kevin pelan. Aku tidak tahu dalam konteks apa tapi aku mengangguk saja. Kami berdua terdiam sambil menikmati puding dan tawa anak-anak yang menonton Upin dan Ipin. “Kalau Kiera datang kembali untuk menginap disini boleh ?”. Kami berdua saling menatap dan jujur saja aku merasa kasihan dengannya. Tidak gampang rasanya menjadi single parent, apalagi dia bekerja dan juga mempunyai pangkat yang tinggi. Belum lagi kalau dia ada kerjaan dinas keluar kota sedangkan Kiera sudah bersekolah. “Rumahku akan terbuka kapan pun untuk Kiera” ucapku pelan “Bagaimana denganku ? Apakah aku juga bisa datang ke rumahmu kapan pun aku mau ?” “Lah kamu mau ngapain ?” “Ya mau datang saja sih” “Kok kamu malah bete sih ?” “Ya kamu sih” “Kok malah aku ?”. Kevin menyandarkan tubuhnya di sofa sambil menghela napas sambil mengaduk-aduk pudingnya yang menurutku sangat lebay. Aku mengerutkan kening melihat tingkahnya yang seperti anak-anak. Tidak sadar umur rupanya bapak satu anak ini. “Ya udah sih kalau kamu mau datang ya datang saja” “Gitu dong”. Idih ini orang mau datang ngapain ? Mau ngobrol sama Ayah ? “Ma, Kiera ngantuk”. Kiera dengan manjanya memeluk tanganku dan ku lihat jam belum masuk jam tidurnya. Sepertinya anaknya kecapekan dan efek tidak tidur siang karena bermain dan belanja tadi. “Maya langsung bawa masuk aja Kiera kasian cucu Bunda sudah ngantuk” ujar Bunda “Nggak usah Bun, saya dan Kiera langsung aja pulang” kak Kevin “Kamu nggak kasihan Vin ? Udah kamu nginap aja juga disini, ada kamar tamu kok lagian baju kamu dan Kiera masih ada kan ? Cukup kok dipakai sampai besok”. Tanpa membantah perkataan Bunda, Kevin mengiyakan dan menawarkan untuk menggendong Kiera sampai di kamarku. “Maaf harus merepot sekali lagi Bun” “Nggak merasa direpotin kok dan mulai sekarang kamu jangan sungkan kalau mau minta tolong sama kami ya, anggap aja kami keluarga kamu yang baru”. Lah Bunda enteng banget ya ngomongnya ? Kalau Kiera mah nggak pa pa, kalau bapaknya mah baru apa-apa. “Aku merasa sangat berterima kasih atas kebaikan kamu dan keluarga padahal kita baru saja kenal tapi kalian sudah sebaik ini. Mama saya juga menitipkan salam untukmu” “Sampaikan salamku untuk tante dan it’s okay anggap saja kami keluargamu sama yang seperti Bunda katakan” “Kamu tahu ? Kamu adalah orang pertama yang bisa membuat Kiera untuk terbuka dengan orang disamping aku, mama bahkan nannynya dan tanpa perlu waktu yang lama lagi” “Mungkin ini memang tadi dari yang di Atas untuk mempertemukanku dengan Kiera. Aku bisa menjadi auntyyang keren untuknya” “Daripada menjadi aunty kenapa tidak menjadi mommynya saja ?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN