Devan berdiri di depan cermin kamarnya. Matanya menatap tanpa fokus pada bayangan dirinya yang tampak lelah. Setelah pertengkaran kecil dengan Senna malam ini, pikirannya tak bisa berhenti. Ada gejolak yang membuat dadanya sesak dan kepalanya terasa berat. Tanpa banyak pikir lagi, ia meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Air dingin yang membasuh tubuhnya seolah mampu mendinginkan amarah dan kegelisahan yang sejak tadi ia rasakan. “Hmmph enggak boleh begini,” batin Devan sambil memejamkan mata, membiarkan air mengalir di wajah siapa tau bisa membuat pikirannya lebih jernih. Namun, bayangan Senna tetap saja tak mau pergi dari benak Devan. Semua hal tentang Senna begitu melekat tidak bisa ia lupakan barang sejenak. Selesai mandi, dengan handuk melilit di pinggang dan rambut masih basah

