Pengantin Wanita Yang Sangat Polos

1041 Kata
"Tadi Mas Zakki yang menawarkan dan sekarang ... Yara meminta. Apakah tidak boleh?" Nayyara mengedipkan matanya berulang kali, sudah terlihat seperti mata barongsai yang sedang beratraksi. Senyum manis dan menawan terukir di wajahnya yang cantik jelita meskipun tanpa polesan bedak dan teman-temannya, membuat Zakki seperti kehilangan setengah kewarasannya. "Mau cium?" Zakki bertanya seperti orang linglung. Entah bagaimana ceritanya, saat ini justru dirinya yang terlihat kelimpungan. "He-em," jawab Yara sambil mengangguk berulang kali dengan wajah polosnya. Ah ... tidak tahukah Yara, jika Zakki memaknai keinginannya itu dengan artian yang sangat begitu luas, seluas samudra Atlantika dan sedalam lautan Hindia? Nayyara semakin mendekat, hingga lutut mereka saling bersentuhan. Zakki menelan ludahnya, dapat di pastikan jika saat ini jantungnya sedang jungkir balik jumpalitan tidak karuan. Walau belum siap, tapi apa boleh buat jika istrinya sudah memintanya sekarang, sebagai suami yang baik tentu Zakki harus memenuhi kewajibannya, begitu pikirnya. Lalu dengan mantap, Zakki melantunkan do'a, "Bismillah, Allahumma jannibnaasyyaithoonaa, wa jannibi syaitoona maa rozaktanaa." "Mas Zakki baca apa?" tanya Yara dengan wajah penuh tanda tanya. Bahkan wanita berusia dua puluh tahun itu sampai mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya, sangking penasarannya. Usianya boleh dua puluh tahun, tapi kepolosannya seperti anak tujuh tahun. Almarhum pak Wijaya memang benar-benar memingit Yara di dalam rumahnya, dan tidak sedikitpun mengizinkan Yara mengetahui dunia luar. "I-itu tadi do'a sebelum berhubungan suami istri, Yara," jawab Zakki semakin gugup. Yara kembali mengangguk-angguk mengerti, wanita cantik itu lalu berkata dengan entengnya, "Ya sudah kalau begitu, ayo kita berhubungan." Mata Zakki langsung membulat sempurna, zakunnya terlihat naik turun tidak karuan, seperti debaran jantungnya saat ini. Demi Allah, Zakki dulu seorang penjudi, pemabok, dan suka menghabiskan waktu di dunia malam, tapi satu hal yang tidak pernah di lakukannya, bermain perempuan. Jika hanya sekedar duduk bersama, atau berjoged bersama ia pernah melakukannya. Tapi kalau untuk bersentuhan, apalagi sampai berhubungan badan, Zakki paling pantang melakukannya. Wajah sang bunda selalu membayang di pelupuk matanya, sampai ia begitu enggan berurusan dengan perempuan, selama malang melintang di dunia kelam. "Mas Zakki." Pria itu berjengit kaget, saat Yara memanggil sambil menepuk pahanya. "Ah, iya sayang," sahut Zakki gugup. "Sayang?" beo Yara. "Waah, sepertinya Yara lebih suka di panggil 'sayang', Mas," ujarnya dengan wajah ceria. Zakki meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya sudah, kalau kita sedang berdua Mas panggil 'sayang' atau Yara, ya," ucap Zakki akhirnya. Yara mengangguk dengan wajah senang. Wanita cantik itu terlihat menguap kecil sambil menutupi mulutnya "Ayo, Mas, sekarang, Yara sudah mengantuk," ucapnya. Dengan gugup, Zakki mengulurkan tangannya, membelai puncak kepala istrinya, menyelipkan anak rambut di telinganya. Lalu telapak tangan besar itu membingkai wajah cantik Yara, membuat wanita itu memejamkan kedua matanya. Dengan lembut Zakki mendaratkan sebuah ciuman penuh kasih di kening wanita itu. Ciuman itu perlahan turun di kedua mata Yara, lalu beralih ke hidung dan pipi mulus milik istrinya, yang cantik mempesona. "Sayang ...." lirih Zakki, yang membuat Yara membuka kedua matanya. "Sudahkah, Mas?" tanya Yara, lagi-lagi dengan wajah polosnya. "Belum, sayang. Kan tadi baru ciuman," jawab Zakki yang mulai merasakan sesuatu yang tidak beres. "Perasaan tadi Yara cuma minta di cium, kan sudah di cium sama Mas Zakki, koq belum? Memangnya mau apa lagi?" Nah ... kan? Zakki menepuk keningnya frustasi. "Ya Allah, begitu polosnya istriku ini. Terima kasih bapak mertua, sudah memintaku menikahi putrimu yang polos ini," ucap Zakki dalam hati. Ngenes padahal. "Yara mengantuk?" tanya Zakki saat melihat istrinya kembali menguap kecil. Yara mengangguk sambil mengucek-ngucek matanya. Zakki menarik nafas dalam-dalam. Ia baru tersadar jika sudah berfikir terlalu jauh akan permintaan Yara, istrinya yang polos itu. Pria itu lalu tersenyum lembut, serayak mengajak Yara untuk berbaring di atas kasur lantai. "Baca do'a sebelum tidur," ucap Zakki mengingatkan. Dengan patuh, Yara lalu membaca do'a sebelum tidur yang sudah di hafalnya. "Istri pintar," puji Zakki membuat Yara tersenyum senang. "Yara istrinya Mas Zakki," lirih Yara serayak memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Zakki. Wanita itu kemudian melingkarkan tangannya di pinggang pria tampan itu, menduselkan kepalanya di d**a bidang sang suami, mencari tempat nyaman dan hangat di sana. Yara tidak sadar, jika tindakannya membuat Zakki tersiksa setengah mati. Zakki lelaki normal, apalagi usianya sudah sangat matang, sudah pasti tindakan Yara menempel di tubuhnya membuat hasrat pria itu bergelora. "Yara," panggil Zakki lirih. Pria itu bermaksud mengalihkan fokusnya dengan mengajak istrinya mengobrol, tentang rencananya untuk mengajak Yara keluar dari tempat terpencil itu. "Apa, Mas Zakki," sahut Yara dengan suara khas orang mengantuk. "Maukah Yara mengikuti Mas Zakki, kemana pun Mas pergi?" tanya Zakki sambil membelai rambut panjang istrinya yang indah. Nayyara langsung menengadah, menatap suaminya dengan penuh arti. Rasa kantuk di matanya tiba-tiba menghilang begitu saja. "Yara istri Mas Zakki, kemana pun Mas Zakki pergi Yara akan ikut. Yara sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini selain Mas Zakki," jawabnya. "Masya Allah ... istri solehah," ucap Zakki serayak memeluk tubuh istrinya dengan erat. "Mas Zakki mau membawa Yara kemana? Apakah ke tempat yang bernama 'kota'?" tanya Yara tiba-tiba. Zakki terkekeh geli mendengar pertanyaan polos istrinya itu. Sepertinya, selain ilmu agama, Yara juga harus di ajarkan pengetahuan umum lainnya agar seimbang. Dan itu adalah salah satu keinginan Zakki untuk mewujudkannya. "Apa Yara penasaran dengan yang namanya 'kota'?" tanya Zakki lembut. Yara menggeleng lemah. "Kata bapak, Yara lebih aman tinggal di pedalaman dari pada tinggal di luar sana. Di luar sana penuh tipu daya dan muslihat, akan sangat berbahaya kalau kita tidak memiliki bekal yang cukup untuk tinggal di sana," ujar Yara, mengatakan tentang sebuah nasehat almarhum bapaknya. "Kalau Mas mengajak Yara ke kota, bagaimana? Apa Yara keberatan?" Yara kembali menggeleng. "Kemana pun itu, asal bersama Mas Zakki, Yara tidak akan keberatan," jawabnya. Zakki kembali tersenyum. Di usapnya punggung wanita itu dengan lembut, membuat Yara semakin nyaman berada dalam dekapnnya. "Kita akan selalu bersama, sayang, sampai maut yang memisahkan. Mas janji, akan selalu melindungimu dan membahagiakan hidupmu, inh sya Allah," ucap Zakki mantap. "Terima kasih, Mas Zakki. Yara juga berjanji, akan jadi istri yang baik buat Mas Zakki." Cup Tiba-tiba saja wanita itu mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Zakki, membuat pria itu hanya bisa melongok kaget. "Itu hadiah dari Yara buat Mas Zakki," ucap Yara tersenyum manis. Lalu dengan seenak hati, wanita itu membelitkan satu kakinya ke pinggang Zakki, dan kembali mendusel-duselkan kepalanya di d**a bidang pria tersebut. "Ya Allah, berilah hamba-Mu ini kesabaran," rintih Zakki dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN