Prolog : Ratu Menara Gading
Ratu di Menara Gading
Kamar Tidur Cleo, Ashland Mansion.
"Gaun ini sampah."
Cleo Ashland berdiri di depan cermin setinggi plafon, menatap gaun sutra Champagne yang dipilihkan oleh stylist pribadinya. Dengan wajah datar, dia menjatuhkan gelas wine-nya yang masih penuh, tepat ke atas gaun mahal yang tergeletak di kasur itu.
Cuuurrr
Noda merah pekat menyebar di kain sutra yang indah.
Para pelayan di kamar itu menahan napas, ketakutan.
"Nona Cleo! Itu gaun Valentino..." protes salah satu pelayan.
"Itu gaun nenek-nenek." potong Cleo tajam.
Dia berjalan ke lemari besarnya, jemarinya menari di atas deretan hanger baju.
"Malam ini Ayah membawaku ke kandang singa, bukan ke acara kultus."
"Aku butuh sesuatu yang... mematikan."
Cleo menarik sebuah gaun vintage berwarna krem dengan detail renda yang rumit. Klasik, tapi potongannya berani. Tanpa lengan.
Tuan Ashland masuk ke kamar dengan wajah gugup. Dia sedang merapikan dasi kupu-kupunya dengan tangan gemetar.
"Cleo, Sayang, kau belum siap? Kita tidak boleh terlambat. Don Archie tidak suka orang yang tidak tepat waktu."
Cleo menoleh, menatap ayahnya dari pantulan cermin sambil memasang anting mutiara.
"Tenanglah, Pa. Kau berkeringat seperti pencuri yang ketahuan," sindir Cleo.
"Kenapa kau takut sekali? Mereka cuma sekumpulan orang Italia tua yang main gangster-gangsteran."
"Jaga mulutmu!" desis ayahnya, menutup pintu kamar rapat-rapat.
"Ini bukan permainan. Nathair Archie... putranya Don Archie... dia baru saja pulang dari 'bisnis' di luar negeri. Dia maniak gila, Cleo. Benar-benar gila. Jangan menatap matanya. Jangan bicara padanya. Cukup berdiri cantik di samping Papa."
Cleo memutar bola matanya.
"Hei! Kau mendengar papamu kan?" Tambah Ashland memastikan anak perempuannya, yang juga bencana berjalannya selama ini mengerti.
"Yaa..yaa" jawab Cleo sambil memoleskan lipstik merah gelap di bibirnya.
"Orang gila?" gumam Cleo pada bayangannya sendiri. "Baguslah. Setidaknya tidak membosankan seperti teman-teman golf Papa."
Dia berdiri, kemudian menyemprotkan parfum di leher jenjangnya.
"Ayo, pa. Mari kita lihat sirkus macam apa yang kau takuti itu."
"Anak ini... " gerutu Ashland mendengar putrinya yang jelas tidak mau tau ketakutan ayahnya.