Belajar huruf

2286 Kata
sebelumnya awtor mau minta maaf jika ada kesalahan huruf yang dipelajari Ratu di sini. karena bagaimanapun juga, awtor bukan rakyat Majapahit. T.T selamat membaca~ Aku tersadar dan menyadari bahwa aku sudah berada di kamar yang akhir-akhir ini ku tempati dengan perasaan kesal. Astaga, apakah mereka mengangkatku tadi? Lagi-lagi aku membebani orang lain. Aku memang tidak berguna. Gumamku sambil mengacak rambut dan memutuskan untuk keluar kamar. Dari langitnya, aku tau bahwa ini sudah masuk waktu malam. Aku memutuskan untuk keluar kamar dan menghirup udara malam, sebelum akhirnya aku mendengar derap kaki beberapa orang. "Ratu? Sedang apa berada di luar sendirian? Apakah tidak dingin?" Aku langsung menolehkan kepalaku dan mendapati Nertaja bersama dengan beberapa dayang-dayang yang membawa beberapa bahan dan alat yang tidak kutahu untuk apa. "Ah, selamat malam Nertaja. Aku sedang mendinginkan kepalaku. Ada apa kamu kemari?" Nertaja hanya mengulas senyum manisnya. Fix gue kalo belok ke Nertaja. "Ayo, masuk dulu." Aku dan Nertaja pun memasuki kamarku. Lalu beberapa dayang-dayang itu meletakkan alat dan bahan yang mereka bawa serta pamit pergi keluar. "Kurasa kakanda sudah memberitahumu tentang belajar huruf, apakah belum disampaikan Ratu?" Ohiya, tadi siang kan aku gagal membantu karena tidak bisa membaca. "Maaf Nertaja, aku lupa. Apakah kamu yang akan menjadi guruku selama tiga bulan kedepan?" "Iya Ratu. Kakanda memberi tugas ini agar kita semakin dekat juga, mengingat kita adalah saudara." Jadi selain Raja menganggapku adik, Nertaja pun menganggapku saudara? "Bisa kita mulai, Ratu?" Lalu malam itu pun aku mempelajari bentuk awal huruf huruf aksara jawa yang pernah kulihat namun tak terbesit sedikitpun untuk ku pelajari. "Jadi, kita menggunakan Aksara Kawi yang berasal dari kata Kavi. Aksara Kawi sendiri tidak murni berasal dari jawa, karena juga sudah bercampur dengan Bahasa Sansekerta." Aku ngangguk-ngangguk seolah paham. Padahal aku tidak memahami apapun. "Tulisan ini sudah kita gunakan sedari nenek moyang kita. Karena itu sudah menjadi tradisi turun-temurun menggunakan tulisan ini. Apakah sulit, Ratu?" Tentu saja saudariku, kenapa masih bertanya^^ "Kita langsung ke cara penulisannya saja?" Lalu Nertaja menjelaskan cara menulis aksara kawi. Aku yakin aksara ini lebih lama lagi daripada aksara jawa mengingat pelajaran di sekolah tidak terlalu sama dengan ini. Selama pelajaran berlangsung, aku banyak menguap karena sudah malam dan membuat Nertaja merasa tidak nyaman denganku. Aku bahkan mengeluarkan air mata karena kantuk yang kutahan. Padahal aku benar-benar baru terbangun tadi. "Ratu, sepertinya itu saja yang harus kamu pelajari hari ini. Dari semua dasar yang ku ajarkan, kamu bisa menerapkannya secara langsung agar cepat ingat." Geurae (yeah). Practice makes perfect. "Baik Nertaja, mau minum teh bersama terlebih dahulu?" Iya emang kalo belajar bawaannya ngantuk. Giliran selesai langsung fresh. "Lebih baik kamu beristirahat karena sudah sedari tadi air matamu keluar karena mengantuk Ratu." Aku lalu tertawa kecil mendengar penuturan Nertaja yang rupanya melihatku menguap diam-diam. "Kalau begitu aku pamit Ratu, semoga cepat menguasainya." "Terimakasih banyak Nertaja." Lalu Nertaja keluar dari ruanganku. Aku mulai menyalin apa-apa yang kudapat dari pelajaran bersama Nertaja tadi dan mengetikkannya di gawaiku secara ringkas agar tetap ingat. Cr. Google Ah ini apaan. Kenapa aku malah belajar bahasa jawa kuno. Kenapa Majapahit tidak seumuran dengan mataram islam yang menggunakan aksara jawa biasa? Karena sudah tertidur, aku jadi tidak bisa tidur. Naudjanhdysnajjsjsherrrreghrhrhrhr Aku memutuskan keluar kamar dan menghirup udara segar. Jika di korea, kira-kira sekarang sedang masa apa ya? Joseon? Goryeo? Ah aku mau bertemu dengan Raja Gwangjong, atau agar mudah kita sebut dengan Wang So? Atau sekarang sudah zaman Joseon? Ah, aku mikir apaan sih? Lalu aku membalikkan badan dan memutuskan untuk masuk kamarku lagi sebelum akhirnya aku menyumpahi orang yang menatapku seperti hantu. "Ah astaga! Kanda ngapain di situ?!" Kakanda tersenyum kecil setelah mengamatiku yang aku tidak tau sudah berapa lama ia melakukannya. Dan mendatangiku yang masih sedikit terkejut. "Bagaimana pembelajaranmu dengan Nertaja? Apakah menyenangkan?" "So so." "Hm?" Susah sekali ya berbicara dengan kakek moyang (; "Mm, maksudku biasa saja. Kenapa kesini?" "Aku hanya sedang berkeliling. Dan mendapatimu sedang keluar. Kamu sendiri? Kurasa seorang perempuan keluar di jam segini bukanlah hal yang bagus." "Huf, aku hanya sedang bernapas." Aku kembali melihat langit malam yang tenang. Kurasa makhluk di sebelahku juga melakukan hal yang sama. "Jika ku katakan aku berasal dari sana, kamu percaya?" Aku lalu menunjuk salah satu bintang yang sangat terang. Namun jika memang faktanya begitu, maka cerita ini akan menjadi seperti serial You Who Came From The Stars. "Apa alasan aku tidak memercayai adikku sendiri?" Semenjak kapan aku menjadi adikmu..? Aku kembali menatap langit tenang ini sambil kembali menghembuskan napas dan menggeleng pelan. Aku tidak mau banyak pikiran di sini dan membuat obatku cepat habis. "Kamu tidak mengantuk?" "Belum." "Ayo lanjutkan belajarmu." "????" Dan sekarang aku dan Kakanda pun berakhir dengan posisi persis ketika aku bersama Nertaja. Saat ini aku benar-benar ingin menjedukkan kepala ke dinding saja. Kau tahu apa yang paling aneh? Ketika kakanda yang mengajar, AKU BENAR-BENAR TIDAK MENGANTUK. Mungkin ini adalah karena sistem pertahanan tubuhku yang lebih kuat ketika menghadapi seseorang lelaki karena trauma kejadian dengan Kak Teddy di masa lampau. Sebentar, Kak Teddy di masa lampau atau di masa depan ya? Kan aku yang kembali ke masa lampau? Sibuk berkelahi dengan pikiran sendiri, membuatku tidak sadar bahwa pembelajaran kali ini selesai. Sayang sekali saat ini tidak ada jam dan membuatku sering lupa waktu. "Hari ini kita belajar sampai sini dulu, istirahatlah. Besok akan kuajari lagi." "Aku tidak bisa tidur." Kakanda yang mulanya sudah mau menuju pintu keluar, menatapku dan berbalik arah. Tanpa disuruh ia langsung duduk di bibir ranjangku. "Mau ku nyanyikan lagu pengantar tidur?" "Memangnya kamu bisa bernyanyi?" "Hehe tidak. Tapi berbaringlah. Aku akan mengusap kepalamu hingga kamu tertidur." Aku pun berbaring di bantal sambil memunggungi Kakanda. Dan ia mulai mengelus pelan kepalaku sambil bersenandung kecil. Membuatku teringat kepada mama dan mulai menangis. "Kenapa menangis Ratu?" "Ah, aku ingat ibu." Mama yang dulu mengelus kepalaku, mama yang dulu nyiapin aku bekal, mama yang dulu nemenin aku belajar sampai larut malam. Entah kemana sosok beliau yang itu, tergantikan menjadi seorang ibu yang sibuk dengan dunia kerjanya dan membanggakan anak semata wayangnya. Membuat beban di pundakku semakin berat karena banyaknya ekspektasi dari orang-orang. Mama, aku kangen. "Ibu angkatmu? Pasti dia sangat menyayangimu. Maafkan ibu suri yang malah membuangmu Ratu." Bicara apaan sih? "Aku tidak punya ibu suri Raja. Ibuku ya ibuku." Lalu aku mendengar suara pergerakan kasurku. Karena penasaran, aku membalikkan badan dan melihat kakanda juga merebahkan dirinya di sampingku, dan mulai mengusap kepalaku perlahan seperti di awal. "Tidurlah, besok kamu harus bangun pagi karena belajar. Aku tidak mau mendengar kata bahwa kamu bangun terlambat karena aku mengunjungimu." Aku tertawa kecil membayangkan betapa paniknya esok aku jika terlambat bangun. "Aku tidak tau tapi aku tidak janji jika aku bangun cepat. Aku cukup ahli dalam bermimpi." "Iya, terserahmu saja." Lalu aku memejamkan mata sembari mendengar senandungan kakanda yang mengelus kepalaku dengan pelan. Dan kembali meneteskan air mata meskipun mataku sudah terpejam. Aku bisa merasakan jemari hangat kakanda menyeka air mataku. *** Aku membuka mataku pagi ini, terasa lengket dan agak sipit. Benar juga, kan aku menangis semalam. Yang berbeda lainnya adalah, masih ada seseorang di sampingku. KAKANDA?! "Ya! Ya! Ya ireona! (Hei! Hei! Hei bangun!)" Bukannya bangun, ia malah mempererat pelukannya kepadaku, dan membuat badan kecilku tertarik ke dalam pelukannya. Ya Tuhan pengen baper tapi kakek moyang sendiri. TAPI SEMENJAK KAPAN IA MEMELUKKU SEPERTI INI? MEMANGNYA AKU GULING?! Karena tidak kunjung sadar juga, aku mulai mengguncangkan lengannya dengan keras. Ternyata usahaku tidak sia-sia. Ia mulai membuka matanya. "Astaga kaget aku. Maafkan aku Ratu, aku semalam juga ketiduran." "Itu bukan masalah sekarang. Tapi apa yang harus kamu lakukan agar bisa keluar dari kamarku?" Lalu kami sama-sama terdiam beberapa saat. Mau bagaimana lagi? Ia Raja dan pastinya semua pandang akan tertuju kepadanya dimanapun dan kapanpun. "Bagaimana jika aku lompat dari jendela?" "Haha apalagi maks--" Dan kakanda sekarang sudah menghilang, bersamaan dengan jendela kamarku yang terbuka. Udahlah, cape. Untuk apa aku mengkhawatirkan seorang Raja yang memiliki banyak pengalaman sepertinya? Aku memutuskan kembali menyalin apa yang kupelajari semalam bersama kakanda ke dalam note di gawaiku. Sebentar, aku ingin mengusap air mata dulu. "Aksara Kawi ini terdiri dari Huruf Utama yang disebut Aksara Induk, tanda diakritik, dan hurup pasangan" Aksara induk Tanda Diakritik Aksara pasangan Astaga. Aku harus menggunakan font warna agar bisa membedakannya. Baiklah, karena yang ini disertai penjelasan, aku akan meletakkan nama serta penjelasannya di bawah gambar. Aksara Konsonan Aksara Konsonan memiliki 33 aksara, Di dalam aksara konsonan terdapat aksara ligature atau pasangan (warna Hijau untuk yang sudah fix dan merah yang masih diragukan tapi pakenya pada dasarnya sama). Contoh : ṅa dibaca Nga śa dibaca Sya dst. Penggunaan aksara pasangan atau ligatur selalu ada dibawah aksara yang akan dipasangkan dimana di dalam table terdapat K+ yakni pasangan awal Ka ditambah dengan pasangan Konsonan. Contoh : Aksara K+Pasangan NA dibaca Aksara K+aksara Pasangan PA dibaca Aksara K+aksara Pasangan SA dibaca Dan seterusnya. Karena contoh disini menggunakan K+ maka jika mau menggunakan aksara lainnya juga sama seperti tulisan "WKA" namun menjadi jadi aksara "WA" dan dibawah aksara "WA" tadi terdapat pasangan ligatur "KA". "SWA" juga sama yakni "SA" dan dibawah aksara "SA" ditaruh aksara ligature "WA", dan seterusnya. Aksara Vokal Aksara vokal memiliki 16 aksara dan juga pasangan-pasangannya. Aksara vokal adalah aksara hidup dan berdiri sendiri seperti a, i, u, e, o, ai, au, dan lain-lain. Namun di dalam aksara vokal ini harus paham dengan tanda diakritik, atau tanda baca diatas huruf seperti dalam bahasa portugis atau latina. a dibaca a (pendek panjang pengucapannya) ā dibaca aa (panjang pengucapannya) i dibaca i (pendek pengucapannya) ī dibaca ii (panjang pengucapannya) ā ḍ ĕ ö ī ṅ ñ ṛ ś ṣ ṭ ū dan seterusnya. Penggunaan aksara pasangan atau ligature vokal tidak selalu ada di bawah aksara yang akan dipasangkan seperti terkadang ada di atas, di depan atau bahkan di belakang aksara vokal. Contoh dimana di dalam table terdapat K+ yakni pasangan awal "Ka" ditambah dengan pasangan aksara vokal Juga J+ yakni "Ja" dipasangkan dengan aksara vokal P+ yakni "Pa" dipasangkan dengan aksara vokal L+ yakni "La" dipasangkan dengan aksara vokal. "Hah" Aku membuang napas setelah menyalin dan merangkum semua itu di gawai ku. Batre yang tersisa masih 88%. Ku mohon, jangan berkurang lagi. Aku lalu melemparkan gawaiku ke sembarang arah. Tapi itu akan jadi masalah besar apabila ada dayang-dayang yang datang. Menyadari hal itu aku langsung mencari benda yang memiliki empat sisi tersebut dan memasukkannya ke dalam tas. "Duk duk duk" "Masuk" "Ndoro, apakah ndoro lupa untuk sarapan? Yang Mulia Maha Raja sudah menunggu ndoro di ruang makan." Astaga, aku lupa. "Tapi saya benar-benar belum mencuci muka. Apakah tidak apa?" "Benarkah? Mungkin karena Ndoro begitu bersih dan membuat hamba mengira bahwa Ndoro sehabis luluran." Lalu dayang-dayang itu tersenyum tersipu malu.  Bukankah seharusnya aku yang melakukan hal itu..? "Baiklah Ndoro, mari hamba antar. Hamba rasa dengan penampilan begitu tidak akan ada yang tau bahwa Ndoro baru bangun tidur. Lagipula Maha Raja telah menunggu." Lalu aku beranjak dari kasur dan mengikuti dayang-dayang ini menuju ruang makan. Aku jadi ingat aku pernah melakukan bunuh diri di tempat itu. Ah, bukan bunuh diri biasa. Tepatnya Bela Pati. Woah, aku melakukan hal seperti itu di masa hidupku yang singkat ini. Ketika aku datang, Nertaja dan kakanda langsung melihatku dengan senyum sumringah. Padahal aku hanya datang sendiri, tidak membawa teh baru ataupun buah tangan. *Teh baru: Bahan ghibahan baru Setelah menyapa mereka berdua, aku duduk di kursi yang telah disediakan dan mulai acara makan bersama mereka. Setelah beberapa saat, aku bisa melihat piring yang digunakan kakanda untuk makan sudah habis. Namun berbeda dengan Nertaja, meskipun begitu, ia sudah meletakkan peralatan makannya. Karena merasa tidak enak, aku pun melakukan hal yang sama. "Eh, lanjutkan saja Ratu. Aku berhenti makan karena aku sudah kenyang." Hm, tidak heran ia body goals dan cantik. Membuatku insecure hampir setiap saat. "Kamu juga bisa mendengarkan kata-kataku sambil memakannya Ratu. Hari ini aku akan mengatakan sesuatu." "Baiklah, apa itu?" Aku memberhentikan makanku sejenak karena menurutku makan di depan petinggi seperti Raja ketika ia sedang berbicara bukanlah hal yang pantas. "Aku akan melaksanakan saranmu kemarin. Mengingat Majapahit sedang dalam keadaan yang makmur." Aku mengembangkan senyumku dan tanpa sadar langsung menggenggam tangan kakanda. "Terimakasih! Terimakasih banyak." Lalu aku yang tanpa sengaja menggenggam tangan kakanda langsung tersadar dan melepaskan tanganku. "Maaf, aku terlalu senang" Nertaja tersenyum sangat manis ke arahku. Rasa-rasanya aku bisa terkena diabetes. "Selain itu, ini juga diberlakukan dalam rangka peringatan hari lahirku." Lanjut Nertaja. Aku langsung terdiam. Nafsu makanku menghilang. Di hari lahirnya Hayam Wuruk, aku akan diperkenalkan di khalayak umum. Bahkan Patih Mada akan kembali dari ekspedisinya sesaat untuk hari itu. Woah, di kehidupanku yang singkat ini aku juga bertemu dengan Gajah Mada. Dan harus menghadapi cobaan yang akan datang selanjutnya. "Oh benarkah? Syukurlah." Namun di dalam hati aku mengatakan hal lain. Apakah mereka bisa menerimaku yang berasal dari masa depan? Apakah aku akan tetap bertahan hidup di sini? Atau apakah aku akan langsung di eksekusi mati di tempat? Aku tidak mau memikirkan hal itu. Biarlah aku menjalani saat ini. Saat nanti, biarlah takdir yang mengurusnya. "Bagaimana dengan pembelajaranmu? Apakah siang ini kamu ingin belajar lagi bersamaku?" Tanya kakanda dengan lembut. "Bersamaku? Semenjak kapan? Ia kan siswiku. Kakanda berusaha mencuri siswiku?" Lalu kakanda dan Nertaja pun tertawa bersama. Aku yang hanya mengikuti alur pun ikut tertawa. "Terimakasih kakanda, Nertaja, aku akan mempelajarinya sendiri agar bisa lebih mandiri. Dasar-dasar yang kalian berikan sudah lebih dari cukup untukku." Sebenarnya, aku tidak mau semakin merepotkan kakanda dan Nertaja. Karena itulah aku akan mencoba untuk belajar sendiri. Toh, belajar sendiri juga merupakan spesialisku. "Baiklah jika begitu maumu Ratu. Sebenarnya kami juga sedang disibukkan dengan acara hari peringatan kelahirannya kanda. Acara ini berdekatan dengan acara pergantian tahun. Karena itu, kamu juga harus mulai siap untuk memperkenalkan dirimu di hadapan banyak orang. Semoga itu tidak memberatkanmu, Ratu." Aku menelan salivaku dengan kasar. Apakah aku siap? ================================ Cr. Pembelajaran huruf: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://aksaratube.blogspot.com/2017/09/aksara-kawi.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwiAqO_9w8foAhUZU30KHYu_BZcQtwIwAHoECAUQAQ&usg=AOvVaw2aS7732sjkUGR--466HKoi https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kompasiana.com/amp/alvelino/belajar-mengenal-aksara-jawa-kuno-kawi-part-1_59667b022350df44740dde52&ved=2ahUKEwib84z7wcfoAhUNxzgGHUj5AdEQFjACegQICRAB&usg=AOvVaw04YZ65AKRVUnqN2AYwDAIg&cf=1&cshid=1585754073191 http://wiedpatikraja.blogspot.com/2010/08/?m=1
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN