Angela terlihat tengah memegang segelas minuman kaleng dingin dengan tatapan matanya yang mengarah ke arah jendela. Ia menatap ramainya laju lalu lintas di malam hari melalui jendela di rumahnya.
Ingatannya melalang buana kembali ke kejadian kemarin malam dimana Regan memasakkan makanan untuk dirinya. Entah kenapa sosok Regan yang menggunakan celemek saat itu tak mau enyah dari pikirannya.
Angela menghela nafasnya. Kemudian ia meneguk minuman yang ada dalam genggamannya.
Sebenarnya apa yang di inginkan dan di rencanakan oleh Regan padanya. Sebenarnya apa maksud Regan dengan terus mendekati dirinya. Ia hanya karyawan biasa, bahkan asal usulnya saja tidak jelas karena hidup sebatang kara. Kenapa seorang Regan Danial yang merupakan pewaris dari sebuah perusahaan raksasa melirik dirinya dan terus mendekati dirinya.
"Apa yang ingin dia dapatkan dariku?" gumam Angela.
Drrtt drrrttt
Angela menoleh ke arah ranjang dimana handphone nya tergeletak. Handphonenya berdering tanda ada panggilan masuk.
"Siapa yang menghubungiku malam-malam begini," gumamnya.
Angela menyimpan minuman kalengnya di atas meja sudut dan berjalan menuju ranjangnya. Ia mengambil handphone nya dan mengernyitkan dahinya menatap nama yang tertera di layar.
Handsome Devil....
"Apa dia tidak waras, menghubungiku di jam segini," gumam Angela saat menatap jam digital yang menunjukkan pukul 11.30.
"Direktur gila ini benar-benar ingin menghukumku karena kejadian waktu itu yang aku menuduhnya sebagai pencuri. Sial banget sih!"
Angela terpaksa menerima panggilan itu dengan nada suara pura-pura sudah terlelap.
"Hooaamm... ada apa Pak?" tanya Angela yang duduk di sisi ranjang.
"Kamu sudah tidur?"
"Bapak bertanya hal itu di jam segini? Apa Bapak sehat," seru Angela semakin tidak perduli dengan siapa saat ini ia berbicara.
"Ah maaf, aku tidak melihat jam. Aku baru pulang meeting dan rasanya lelah sekali. Seharian ini juga aku tidak bertemu kamu, makanya aku menghubungimu sekarang saat aku sampai di rumah."
Angela sedikit tertegun mendengar maksud dari ucapan Regan itu. 'Sebenarnya apa maksud ucapannya. Apa dia benar-benar ingin menggangguku setiap saat,' batin Angela.
"Kalau lelah kenapa tidak beristirahat saja, Pak. Kenapa harus mengganggu istirahat orang lain dulu," seru Angela.
"Aku ingin mendengar suaramu," seru Regan di sebrang sana.
Angela semakin di buat membeku mendengar ucapan Regan yang selalu tidak di sangka-sangka dan selalu membuatnya meleleh seperti es.
"Aku sudah mulai mengantuk. Aku matikan telponnya," seru Angela ingin segera mengakhiri panggilannya itu karena saat ini jantungnya menjadi berdebar cepat.
"Aku akan memotong gajimu kalau kamu melakukan itu."
"What? Lucu sekali ancaman anda. Anda yang mengganggu waktu istirahat saya dan sekarang anda berkata seperti itu!" seru Angela.
"Kenapa kamu selalu emosional saat berbicara kepadaku?"
"Karena anda selalu mengusik saya," seru Angela.
"Benarkah? Tetapi aku suka sih melihat kamu yang seperti ini. Sangat galak, benar-benar kucing kecil yang liar."
Angela merasa sangat dongkol sekali. Bagaimana bisa ada orang seperti direkturnya ini yang benar-benar tidak tau malu. Angela tidak tau lagi harus menghadapi pria ini dengan bagaimana. Ia bersikap galak dan jutek saja malah membuatnya semakin menyebalkan.
"Akhir pekan nanti aku ada undangan dari clientku, putranya akan bertunangan. Aku ingin datang ke acara itu bersamamu."
"Kenapa harus saya? Apa anda tidak memiliki wanita untuk di kencani?" seru Angela.
"Pemikiranmu tepat sekali. Jadi aku ingin kamu yang menemaniku nanti."
"Aku tidak bisa. Anda bisa mencari wanita lain yang bersedia untuk menemani anda," seru Angela.
"Kamu tinggal pilih saja, mau aku laporkan ke kantor polisi karena pencemaran nama baik setelah menuduhku sebagai pencuri, atau gajimu bulan ini di potong 50%."
"Anda sedang memeras saya!" pekik Angela tanpa sadar dan Regan hanya terkekeh di sebrang sana.
"Kamu tidak ada pilihan selain menurutiku, bukan," seru Regan masih terkekeh renyah dan terdengar begitu merdu.
Angela di buat semakin dongkol oleh Regan. Akhirnya ia pun tak mampu berkata apapun lagi.
"Tidak menjawabnya. Baiklah aku simpulkan kamu setuju. Kalau begitu besok aku akan menemanimu berbelanja beberapa barang untuk lusa nanti."
"Tidak perlu. Saya akan mencari pakaian sendiri. Lagipula saya memiliki beberapa gaun dan saya tidak perlu membelinya lagi."
"Aku tidak mau pasanganku terlihat biasa saja. Jadi turuti saja, besok setelah pulang kerja. Aku tunggu di halte dekat kantor."
Angela hanya mampu menghela nafasnya panjang. "Baiklah."
Akhirnya sambungan telpon pun terputus, setelah Regan menyuruh Angela kembali tidur dan mengucapkan selamat tidur. Angela menatap layar handphone nya yang sudah padam.
"Pria itu. Dia benar-benar bisa membuatku stress," gerutunya mengusap wajahnya gusar.
***
Angela tengah berada di halte dekat kantornya, sesuai janjinya dengan Regan, ia menunggu di sana. Tak lama sebuah mobil sport berhenti di depannya, kemudian kaca mobil bagian depan terbuka dan menampakkan wajah tampan Regan yang duduk di kursi pengemudi.
"Ayo masuklah," seru Regan.
Angela melihat ke kanan dan ke kiri dulu, kemudian langsung melangkah menaiki mobil.
"Anda menyetir sendiri?" tanya Angela karena biasanya Regan membawa seorang sopir.
"Iya, aku ingin menikmati waktu berdua saja dengan kamu," seru Regan membuat Angela mendelik ke arahnya.
"Saya tidak menyangka kalau anda yang begitu dingin bisa mengatakan hal seperti itu," seru Angela.
"Kenapa? Apa terdengar aneh?" tanya Regan dengan santai seraya fokus menyetir.
"Tidak sih. Jadi sekarang kita akan kemana?" tanya Angela.
"Apa kamu lapar? Aku tau tempat makan yang enak," seru Regan.
"Terserah anda saja," jawab Angela.
----
Saat ini Regan dan Angela duduk berhadapan di salah satu restaurant.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Regan saat Angela sedang sibuk membaca buku menu.
Angela menghela nafasnya seraya meletakkan buku yang ia pegang ke atas meja.
"Saya tidak tau mau pesan apa," seru Angela dengan ekspresi lucu dan sangat menggemaskan.
Regan sedikit tertegun melihatnya, entah kenapa ekspresi menggemaskan itu membuat Regan ingin sekali melahapnya.
"Dasar kucing liar yang nakal," gumam Regan.
"Apa?" seru Angela.
"Tidak. Bukan apa-apa," jawab Regan yang menutup menu makanannya. Regan memanggil salah seorang waiters dan memesan makanan favorit di sana.
"Apa saya harus ikut ke acara itu?" tanya Angela.
Regan menangkap raut tidak nyaman dari Angela.
"Apa yang membuatmu tidak nyaman datang ke acara itu?" tanya Regan.
"Saya hanya tidak terbiasa menghadiri acara seperti itu. Penuh dengan basa basi dan sangat membosankan," seru Angela.
"Kamu harus mulai terbiasa sekarang. Karena nanti akan sering menemaniku menghadiri acara seperti ini," seru Regan dengan santai.
"Kenapa begitu? Kenapa saya harus terus menemani anda. Saya itu pegawai anda bukan ISTRI anda!" seru Angela.
"Kalau begitu ayo kita menikah, biar kamu menjadi istriku," seru Regan membuat Angela kaget dan menatapnya dongkol.
"Emm apa maksud anda. Candaan anda sangat tidak lucu," seru Angela memalingkan wajahnya yang terasa memanas. Entah kenapa jantungnya mendadak berdebar-debar.
"Aku tidak bercanda," jawab Regan terdengar serius.
Syukurlah Angela di selamatkan oleh waiters yang datang dengan membawa pesanan mereka berdua.
"Makanlah, ini menu favorit di sini dan rasanya sangat lezat," seru Regan.
Angela menyuapkan sepotong daging ke dalam mulutnya dan seketika matanya berbinar.
"Ya Tuhan, makanan apa ini. Rasanya sungguh luar biasa!" seru Angela sangat antusias dengan kedua matanya yang berbinar-binar. Melihat itu, Regan hanya tersenyum simpul dan mulai menikmati makanannya.
***
Mobil Regan sudah berhenti di depan rumah Angela. Ia menarik rem tangan.
"Sudah sampai-" ucapan Regan menggantung di udara saat menoleh ke sampingnya dan Angela terlihat sudah terlelap. Ia melepaskan sabuk pengamannya, kemudian ia mencondongkan badannya mendekati Angela dan menghapus jarak di antara mereka berdua.
Regan menatap Angela dengan intens setiap inci bagian wajahnya. Kedua alisnya, matanya, hidung mancungnya, bibirnya yang mungil tetapi juga berisi membuat Regan ingin sekali melahapnya tanpa henti, dan dagunya dengan belahan kecil.
"Sebenarnya apa yang kamu miliki dan tidak di miliki wanita lain. Kenapa aku tidak ingin melepaskanmu, Kucing kecil," gumam Regan tersenyum kecil. Ia mengingat saat mereka pertama kali bertemu, pertemuan yang tidak di duga, tetapi itu juga menjadi nilai plus bagi Regan. Angela sudah membantu sekaligus menolongnya.
"Aku akan segera memilikimu," seru Regan membelai rambut Angela.
Kedua mata Angela bergerak menandakan ia mulai terusik dan akan bangun. Regan pun kembali menarik tubuhnya menjauh dari Angela dan kembali menunjukkan ekspresi datarnya.
"Ini dimana?" seru Angela dengan suara seraknya yang sialnya begitu seksi.
'Sial! Kenapa harus seseksi itu suaranya,' batin Regan memalingkan wajahnya seraya berdehem.
Angela tampak celingak celinguk melihat keluar. "Sudah sampai yah," seru Angela.
"Iya. Sekarang kamu istirahatlah. Besok Nicholas yang akan menjemputmu dan mengantarmu ke salon untuk merias diri. Nanti aku akan menjemputmu di sana. Besok aku ada pekerjaan, jadi aku hanya bisa menjemputmu petangnya," jelas Regan begitu rinci.
"Apa harus menjelaskan serinci itu," seru Angela.
Regan menoleh ke arahnya. "Aku hanya ingin menjelaskannya," jawab Regan dengan santai.
"Kalau begitu saya masuk dulu," seru Angela menuruni mobilnya diikuti Regan.
Regan menyerahkan beberapa kantong belanjaan kepada Angela. Tanpa kata, Angela langsung beranjak pergi meninggalkan Regan memasuki rumahnya. Regan masih berdiri dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya seraya menatap ke arah pintu rumah Angela.
"Kucing kecil yang ganas," gumamnya tersenyum misterius.
***
TBC...